eriwow wrote: ↑Wed Feb 03, 2021 6:03
Kalau kita liat kondisi di Indonesia khususnya saya kira bukan dari service dan spare parts yah...
1. Service --> Dengan paket service gratis dan terkadang berikut spare parts nya bertahun2 apakah ini menguntungkan? Setelah masa bulan madu saya yakin sebagian besar org akan lari ke non-beres yg nota bene lebih murah, lebih banyak pilihan, terkadang lebih ngerti dan juga lebih negotiable harganya.
2. Spare parts --> idem dengan service. setelah bulan madu mereka akan cari spare parts yg istilah jaman sekarang harga BPJS. Entah itu orsinil, KW super, KW1 dll. Yang paling mungkin menaguk keuntungan adalah pabrik dari spare part itu sendiri. sedangkan pabrikan entahlah mungkin mrk dapet sekian persen fee dari pabrik spare part
note: Kalo di Indonesia sebagian besar pabrik spare part itu berafiliasi ke konglomerat pabrikan. Mungkin itu yg jadi penyumbang keuntungan buat korporasi besar mereka.
saya justru tahu nya dari beberapa orang yang terlibat dalam dealership service dan sy rasa masuk akal saja...
1 dealership di kota besar utk merk populer saja blm tentu keluar ratusan unit sebulan. puluhan sudah bagus. itu merek yg jualannya puluhan ribu nasional. aplg merek yang cm jualannya ratusan unit nasional ? ada yg mampir saja bagus.
dulu bahkan seorang member veteran SM yang skrg sudah hiatus entah kemana punya posisi tinggi di sebuah dealer mobil jg cerita kalau jual mobil baru itu susah, tulang punggung dealer sebenarnya adalah service dan parts.
1. there is no free lunch. "servis gratis" hanyalah marketing bluff untuk preserving the cycle orang beli mobil baru dan servis di mereka. harga yang kita bayar untuk mobil dengan embel-embel "free service" adalah biaya servis selama kurun waktu yang ditetapkan. menguntungkan ? ya jelas. kalau tidak jurus ini tidak akan populer untuk menjaring konsumen baru atau lama. bahkan skrg di pabrikan non-premium spt mitsubishi saja sudah "dipaketkan" makanya xpander baru harganya mahal banget. tapi ya gakpapa orang indonesia rela mencicil sampai 10 tahun koq untuk membeli mobil "impian" mereka.
2. saya tdk yakin "sebagian besar" di sini benar-benar angka yang signifikan. majority yang "dropout" dari bengkel resmi adalah mereka yang mobilnya benar-benar "dipake" dalam artian : rental fleet, online taxi, dll krn ingin maintenance semurah mungkin. bahkan right at the moment mereka dapat mobilnya juga rasanya nyaris tdk pernah ke bengkel resmi. sedangkan yang per-orangan saya kira angkanya tidak terlalu besar yang "dropout" dari bengkel resmi kecuali anda hobbyist atau orang yang suka ke trid oli serayamotor utk coba berbagai macam lendir keraton, or simply cheapskate.
tidak banyak orang mau pusing merawat mobilnya cari bengkel di luar sana yang walaupun kualitas pengerjaannya mirip tp namanya sugesti ya susah... aplg bengkel resmi skrg banyak memanjakan dengan fasilitas macam-macam.
dan pertanyaannya, berapa yang memelihara mobilnya sampai let's say.... 6-7 tahun? sangat kecil saya rasa. artinya setelah 5 tahun ya ada konsumen mobil baru lagi datang ke dealer dan preserve cycle yang sama... servis lagi di bengkel resmi.
makanya nissan walau jualannya seret tapi masih cukup bertahan 1-2 tahun blakangan. mereka bisa saja bertahan dengan service dan parts livina livina tua yang sdh mulai deteriorating yang membuat angka penjualan parts dan jasa servis semakin besar sehingga operasional dealer tetap berjalan. walaupun skrg ya sudah mati 1-1 krn tidak berhasil menjaring banyak cycle baru.
yang diinginkan ATPM adalah menjaring sebanyak-banyaknya pembeli supaya ada semakin banyak orang "terjebak" dalam cycle ini.
oh ya jangan lupa bahwa ATPM itu juga mentargetkan omset untuk service dan parts.