Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Ingin membahas hal-hal umum mengenai mobil dan otomotif, silakan bahas disini...

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

Devourer
New Member of Senior Mechanic
New Member of Senior Mechanic
Posts: 166
Joined: Mon Jun 25, 2018 6:57

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by Devourer »

Share dari pengalaman ada m2 skyactiv di rumah.
Pas ambil unitnya, sempat test drive H tegak (Jazz & HRV), Polo dan Yaris (model lele saat itu)
Akhirnya pilihan jatuh ke m2 skyactiv karena faktor fitur, build quality and driving (lebih prefer polo sbrnya
tapi karena compromise aftersales n BQ mundur). Karena faktor harga jual akhirnya coba ambil second dulu:big_okay:

Minusnya dari pakai mazda 2 ini:
- comfort dan space tidak sebaik competitornya
- Sales/aftersales dari pengalaman pribadi kurang mengesankan:
Pas lg survey2 mobil, sy bbrp kali ke dealer mazda berasa sales tidak seramah di brand lain terutama H tegak dan T.
Untuk service, pengalaman SAnya kurang responsif pas setelah service ada kendala susah di hub. Ada juga sy pernah claim
setelah ganti steering rack, pas hub beres tanpa lihat service record SA yang berbeda( ganti karena kurang puas dgn pelayanan SA sebelumnya)
ngotot bilang belum diganti :big_slap:
- karena beli second, ga lama (1 bulanan lah) setelah pre-purchase inspection ok dan bawa pulang, a/c kadang suka panas,
steering rack hrs ganti dan ganti motor washer fluid. Agak kecewa waktu itu berasa PPInya ga niat, tapi ya namanya juga mobil bekas.
- Sparepart terutama yang gk fast-moving lama, sy ada karet interior hilang pesan dari Maret kemarin order sampai sekarang
belum dateng2 malah mobilnya udah keburu kejual. Gk kebayang kalau in-case amit2 accident dll bagaimana.
- Pas jual peminatnya sedikit yang hub dan butuh waktu (sktr 2 bulan) akhirnya baru laku.


Setelah dijual dan lagi pikir2 untuk cari pengganti, consider ambil mazda lg?
Iya karena kebetulan suka nyetir dan nikmatin driving feel mazda (steering feel dan transmisi), BQ solid dan berasa premium(ga ada rattle2 dll).
Faktor lain karena out of warranty, sy masih bs jajan diluar, order parts di toko ijo meskipun hanya beda ppn aja.

Tapi kalau sy gak terlalu concerned sama driving, jujur bakalan consider brand lain karena faktor sales/aftersales aja yang masih kalah IMO.
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15530
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ChZ »

mr_mytplx wrote: Tue Jun 02, 2020 9:37 Bener nih om. Udah kaya review makanan aja. Joss, enak, juicy, creamy, dan bahasa2 lainnya. Yg kesimpulan akhirnya : patut dicoba. :mky_03:
di sini yg juga ane soroti, kelemahan dari video reviews instead of text reviews.

bahasa yang too technical susah banget dijelaskan dengan video apalagi sambil ngomong di depan kamera, yg mana ini juga kadang bikin orang ga nyaman, sambil terdistraksi sama traffic dan take berulang-ulang kalo ada gangguan. ujungnya kalo gak terbiasa dengan semua "kekacauan" ini : kata-katanya yang keluar cuma "enak, nyaman, dll".

sementara text reviews, kita bikinnya sambil duduk santai ngupi, bisa full konsentrasi nulis. kita bisa do the wordplay lebih baik dengan teks ketimbang video. lbh ga menguras energi dan otak krn terfokus.

tp sebaliknya, kelemahan text reviews kurang efek visual dan kurang ada entertainment.

buat ane cuma Fitra Eri yang tau gimana caranya kombinasi good wordplay + on-camera performance + public stunt. Jurnalis pengalaman dan pembalap, sebuah paket lengkap. skill ngomong dan nulis ada, skill nyetir jangan ditanya.
akulemu wrote: Tue Jun 02, 2020 10:13
Iya semoga Mazda lebih lagi menuju ke-masuk akal-an dalam membangun people mover. Bagaimanapun yang sedang saya 'cacati' ini kan merk mobil saya sendiri, masa saya hina-hina :mrgreen:

Kalau review ada efeknya menurut saya. Itu seperti saya sudah berdiri di atas papan loncat kolam paling tinggi dan sudah di ujungnya tinggal locat, tapi perlu teman nakal yang jahilin saya untuk mendorong tiba-tiba dari belakang. Lha teman nakal itu reviewer :big_biglaugh:
hahahahhaha bisa aja om pengandaiannya,

nah atau yang sebaliknya, uda beli mobilnya baru nonton review nya. itu ntah kenapa suatu aktivitas yang pleasuring banget... :big_biglaugh: apalagi kalo mobilnya dipuji setinggi langit, rasanya jadi orang paling jenius sedunia ga salah milih mobil.

tp hardly affecting buying decision...

contoh ane skrg pake civic turbo, ya emang dari awal di mata ane civic turbo itu mobil terindah... luar-dalem. ga pduli orang bilang BQnya busuk bla bla bla. bahkan skrg keluar mazda3 jg ga yakin kalo dulu kluar mazda duluan bakal demen mazda...

apalagi ada sebuah faktor kuat kalo nih mobil does zero to hundred in less than eight seconds... buat ane yang sangat nerdy dan obsessed dengan zero to hundred figures, bakal susah berpaling ke mobil yang figur zero to hundred nya not as good... :ngacir:

skrg bahkan review yang bilang mazda lebih bagus dll, buat ane oh ya emang bagus, trus kenapa? still it is way slower. :ngacir:

dulu ane suka CX5 over CRV gen 4 salah satu faktornya juga zero to hundred figure... setelah CR-V baru bisa ngelakuin hal yang sama, ya cintanya balik lg ke CR-V :mky_07:

uda susah ngalahin cinta bawaan orok ama merek H tegak, orok aja naeknya H tegak... pertama nae mobil sendiri pakenya H tegak... :ngacir:
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
akulemu
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 281
Joined: Wed Jun 13, 2012 9:11
Location: Persebaya sampe tuek
Daily Vehicle: Venturer + cx9 sky + mobilio rs mt

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by akulemu »

slapnuts wrote: Mon Jun 01, 2020 11:13
Dengan overall panjang di sekitar 4035mm untuk Jazz dan Mazda2 4060mm, namun kelegaan kabin bagai bumi dan langit, apalagi ruang kaki penumpang dan bagasi. Mazda2 seakan ga efisien dalam hal manajemen ruang karena kepanjangan bonet.

Berlaku juga untuk CX5 vs CRV
Karena CX5 kepanjangan bonet, dengan ukuran yang mirip, CRV jauh lebih lega, baris kedua pun bisa reclining rebah, nyaman.
Ah saya hampir lupa menjawab argumen ini. Benar sekali penglihatan bro slapnuts (btw arti nama usernya ngakak).

Sesuai artikel lama soal design keseluruhan Skyactive disini https://europe.autonews.com/article/201 ... a-rwd-look , Mazda menunjukkan bahwa machine downsizing bukan filosofi masa depan mereka, namun mereka lebih berpegang teguh pada mesin N/A yang secara relatif lebih besar cc nya dari banyak saingannya. Dan kalaupun akhirnya menyematkan teknologi turbo, bukan artinya take or give dengan mengecilkan mesin, just add that turbo to that same n/a machine. Wow salute to that principle. Karena itu untuk masalah efisiensi, mereka lebih memilih menyempurnakan exhaust travel yang bisa lebih free flow.

Nah, long hood adalah akibat dari mesin yang tidak dikecilkan dan usaha menyempurnakan jalur exhaust yang harus lebih panjang untuk mencapai ke free-flow an tadi. Akibatnya lagi, kabin seperti di dorong ke belakang. Akibatnya lagi, karena aturan tentang dimensi mobil bisa mempengaruhi pajak, maka kabin penumpang yang didorong ke belakang tadi tidak bisa hanya mundur begitu saja, namun ter kepras ukurannya supaya dimensi overall mobil tidak menyusahkan pembayaran pajak.

Sebenarnya secara design, long bonnet seperti itu siluet nya bagus sekali. Memberikan profil lebih ke sebuah mobil rear wheel drive daripada fwd. Dan coba lihat mobil-mobil muscle nya Toretto di franchise FF, si gundul terlihat supercool dengan long bonnet nya Charger, GTO, Challenger, Camaro, dll.
Cars have soul.
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15530
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ChZ »

akulemu wrote: Wed Jun 03, 2020 3:37
Nah, long hood adalah akibat dari mesin yang tidak dikecilkan dan usaha menyempurnakan jalur exhaust yang harus lebih panjang untuk mencapai ke free-flow an tadi. Akibatnya lagi, kabin seperti di dorong ke belakang. Akibatnya lagi, karena aturan tentang dimensi mobil bisa mempengaruhi pajak, maka kabin penumpang yang didorong ke belakang tadi tidak bisa hanya mundur begitu saja, namun ter kepras ukurannya supaya dimensi overall mobil tidak menyusahkan pembayaran pajak.

Sebenarnya secara design, long bonnet seperti itu siluet nya bagus sekali. Memberikan profil lebih ke sebuah mobil rear wheel drive daripada fwd. Dan coba lihat mobil-mobil muscle nya Toretto di franchise FF, si gundul terlihat supercool dengan long bonnet nya Charger, GTO, Challenger, Camaro, dll.
ahh ini menjawab kenapa small cars itu kayak kurang di aspek beauty... long bonnet dan low slung design memang ngasih efek visual yang sangat cantik, dua hal ini susah banget didapat di small cars yang terkendala ukuran.

memang hrs diakui mazda2 itu cantik sekali di kelas b segment hatch karena long bonnet profile. Yaris harus jadi gede banget buat dapet ruang yang sama kayak Jazz.
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
riisesky
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 246
Joined: Thu Aug 06, 2015 6:22
Location: Jakarta
Daily Vehicle: CM5

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by riisesky »

kalo dari pengalaman ane,

awal mei kemarin mobil laku semua sisa GK5 manual di rumah, dapet F30 330 (ambil karna diskon menggiurkan) baru pake 2 minggu akhirnya tukeran sama x1 punya sepupu gara2 bawaan bocah ga muat, dan nyonya ngomel2 ga nyaman + sempit, padahal buat di tol enak pake banget T_T

bentaran pake x1 tetep sama keluhannya keras n jok nya kurang nyaman, eh pas libur lebaran maen ke rumah sepupu dia ada mazda 8 nganggur di garasinya, nyobain beberapa hari malah nyonya minta bayarin M8 nya karna faktor lega + nyaman T_T

konklusinya adalah, para bapak2 mungkin seneng sama driving dynamic, tapi para ibu2 nya lebih milih space + comfort, and in the end happy wife equal happy life hahahahahaha
Past : G100 CB-23 '87, DanGan 4G15 '90, Fj 40 '82, TBR541 LS At '00, T32 QR25DE '16, C24 QR20DE '11, F30 330i, GK 5 MT '15, C11 MR18DE '06
Present : CM5 K24 '04, RV3 '22
ginting
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 4324
Joined: Sun Dec 08, 2013 16:05
Location: CIPUTAT
Daily Vehicle: ISUZU MU-X

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ginting »

Taufiq6210 wrote: Tue Jun 02, 2020 8:46
Fookyoo wrote: Tue Jun 02, 2020 2:224 tahun gak pernah servis
Maaf nubie agak awam nih soal servis mobil, masih lebih sering servis komputer dan hp hehe.

Emangnya mobil dari baru seharusnya rutin servis ya? Karena dari dulu mama dan kakek saya selalu belinya mobil bekas terus (jadi nubie belum punya pengalaman mobil dari baru), dan servis itu dilakukan kalau ada yang rusak aja, karena kan kalau ga ada yang rusak apa yang mau diganti? Contoh AC kalau masih dingin apa yang mau diservis; power steering kalau ga ada yang rembes / bocor apa yang mau diservis; kaki-kaki kalau ga ada bunyi / rasa aneh apa yang mau diservis; dan sebagainya.

Setau nubie yang harus rutin itu pengecekan benda yang ada masa pakainya (bisa habis) kayak rem, ban, aki, busi; tapi bukan berarti benda-benda itu rutin diganti tanpa ada indikasi keausan kan.

Mohon petunjuknya
Service itu bisa : Cek, Repair, Replace.

Maintenance kan bisa : Preventive Maintenance (kencengin baut siapa tahu ada yg kendor, terutama yang sebelah kirim mobil krn mobil maju ke depan, roda nggelinding ke arah kiri yg mana mengendurkan baut roda yg kiri, besihin kotoran di radiator kalau pas habis lewat jalan becek)

Predictive Maintenance : kuraslah oli matic sebelum mobil terasa gak enak,...gantilah timing belt saat udah mencapai km tertentu tanpa harus nunggu putus dulu. sebab kalau sudah putus maka nanti ensuing damage-nya bakal banyak)..

FYI, oli matic buat MUX sy kuras saat di ODO 38,000 km...royal dikit di oli matic maka bisa mencegah matic tewas lebih dini…
Kenapa kok dikuras lebih awal dari buku service, karena saya pikir siapa tahu sy bawa mobil long range, isi full 8 orang, beban bagasi di atap, suhu panas...itu membuat oli leih cepet degraded...jadi ya sudahlah ...mobil satu satunya, mari kita sayang sayangi..

siapa tau juga nanti dijual setelah 5 thn, dengan demikian moga moga owner berikutnya bahagia krn dapat barang masih sehat..
Shonen
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 568
Joined: Sun Jan 27, 2013 13:34

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by Shonen »

ini jadi jawaban knp udah kasih fitur, bq bagus dkk ttp ga laku...krn mobil itu prinsipnya people mover..justru itu papanja, sigra, ipah, fortuner, alphard dari toyota sama city car macem jazz hrv dan crv dr honda jadi leader di kelasnya... (saya sampaikan fakta bukan fanboy) jawabannya ya krn people mover yg nyaman disokong ass yang mumpuni ane ga bilang bagus krn ya ada aja kurangnya pasti... klo memang titik beratnya ke sporty driving mungkin org tsb ya bakal milih yang ke sporti sportian... tapi masalahnya itu bukan mayoritas, berapa banyak orang yang spt itu, tentunya ya sedikit...
Ya emang si klo memang mau sporty knp ga beli sport car beneran...instead complain soal bq dkk ya bargaining sesuai dengan harganya...dan lagi jgn lupa ini kan mobil mass production
kunaskun
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 3964
Joined: Mon Mar 26, 2007 8:16

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by kunaskun »

akulemu wrote: Wed Jun 03, 2020 3:37
Ah saya hampir lupa menjawab argumen ini. Benar sekali penglihatan bro slapnuts (btw arti nama usernya ngakak).

Sesuai artikel lama soal design keseluruhan Skyactive disini https://europe.autonews.com/article/201 ... a-rwd-look , Mazda menunjukkan bahwa machine downsizing bukan filosofi masa depan mereka, namun mereka lebih berpegang teguh pada mesin N/A yang secara relatif lebih besar cc nya dari banyak saingannya. Dan kalaupun akhirnya menyematkan teknologi turbo, bukan artinya take or give dengan mengecilkan mesin, just add that turbo to that same n/a machine. Wow salute to that principle. Karena itu untuk masalah efisiensi, mereka lebih memilih menyempurnakan exhaust travel yang bisa lebih free flow.

Nah, long hood adalah akibat dari mesin yang tidak dikecilkan dan usaha menyempurnakan jalur exhaust yang harus lebih panjang untuk mencapai ke free-flow an tadi. Akibatnya lagi, kabin seperti di dorong ke belakang. Akibatnya lagi, karena aturan tentang dimensi mobil bisa mempengaruhi pajak, maka kabin penumpang yang didorong ke belakang tadi tidak bisa hanya mundur begitu saja, namun ter kepras ukurannya supaya dimensi overall mobil tidak menyusahkan pembayaran pajak.

Sebenarnya secara design, long bonnet seperti itu siluet nya bagus sekali. Memberikan profil lebih ke sebuah mobil rear wheel drive daripada fwd. Dan coba lihat mobil-mobil muscle nya Toretto di franchise FF, si gundul terlihat supercool dengan long bonnet nya Charger, GTO, Challenger, Camaro, dll.
at the end, Mazda = Function over Form. Form dalam artian cabin ya :big_biglaugh: kalau Form dalam hal tampilan mah setujulah, pasti cakep, walau jadi kaya zaman sekarang aliran mainstream kebanyakan merek yaitu salam satu tampang luar dalem semua type (joking ya) :big_grin:
akulemu
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 281
Joined: Wed Jun 13, 2012 9:11
Location: Persebaya sampe tuek
Daily Vehicle: Venturer + cx9 sky + mobilio rs mt

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by akulemu »

ChZ wrote: Tue Jun 02, 2020 15:36
nah atau yang sebaliknya, uda beli mobilnya baru nonton review nya. itu ntah kenapa suatu aktivitas yang pleasuring banget... :big_biglaugh: apalagi kalo mobilnya dipuji setinggi langit, rasanya jadi orang paling jenius sedunia ga salah milih mobil.
Berarti bisa diasumsikan, anda saat membaca thread ini seperti sumringah bangga terbang ke langit. Sudah kuduga. :mky_04:

Hehe all kidding aside

Saya sebagai pemilik Mazda kalau melihat berbagai review, langsung menjadi pemilik yang teramat bangga dengan tongkrongannya.

Justru kalau saya melihat review katakanlah CRV :mky_03: dan membayangkan saya memilikinya, saya berpikir bakal merasa intimidated dan dipaksa untuk menyesal dengan berbagai cercaan ini itu yang sudah kita tahu.

Namun sisi bijak saya juga sadar, bahwa saya sekarang seperti pemuda sedang beranjak dewasa dan mencari pengakuan dan apresiasi (a.k.a melihat review) di luar sana.

Berbeda dengan pemuda yang sudah mencapai kedewasaan, dia sudah tidak perlu mencari afirmasi lagi terhadap dirinya, justru kritiklah yang membangun dia.

mpvlover wrote: Mon Jun 01, 2020 7:13
Sejak jaman keemasan dulu belasan taun lalu yg perang antara dua member bacanya kaya baca cerita silat ga bisa berenti. Gaya bro mirip mirip
Sudah 2-3x saya pernah denger soal kejadian belasan tahun yang lalu yang disebut bro ini. Sebenernya di thread yang mana sih kejadiannya? Penasaran :mky_01:
Cars have soul.
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15530
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ChZ »

akulemu wrote: Wed Jun 03, 2020 17:25
Berarti bisa diasumsikan, anda saat membaca thread ini seperti sumringah bangga terbang ke langit. Sudah kuduga. :mky_04:

Hehe all kidding aside

Saya sebagai pemilik Mazda kalau melihat berbagai review, langsung menjadi pemilik yang teramat bangga dengan tongkrongannya.

Justru kalau saya melihat review katakanlah CRV :mky_03: dan membayangkan saya memilikinya, saya berpikir bakal merasa intimidated dan dipaksa untuk menyesal dengan berbagai cercaan ini itu yang sudah kita tahu.

Namun sisi bijak saya juga sadar, bahwa saya sekarang seperti pemuda sedang beranjak dewasa dan mencari pengakuan dan apresiasi (a.k.a melihat review) di luar sana.

Berbeda dengan pemuda yang sudah mencapai kedewasaan, dia sudah tidak perlu mencari afirmasi lagi terhadap dirinya, justru kritiklah yang membangun dia.
hahahahhahaa :ngacir:

kalo ane kebalikan oom... pakai most hated car brand in internet... uda kebal mobilnya dicerca orang ampe tahap ga peduli... :ngacir: apalagi kalo yg mencerca ga punya mobilnya... omongan lambe turah ga penting.... anggep aja emak emak bergosip :ngacir:

yah kesel kesel juga ama kelemahan mobilnya harus diakui, berharap improvement jelas dong, tapi kadang kalo feelnya udah "nyatu" sama mobilnya, ada sense of self acceptance dan appreciation buat mobil itu.

kayak owner BMW disini yang hobi ngeroast mobilnya sendiri, ane lihat itu bukan tanda benci atau penyesalan, tp lebih ke saking berdamainya dengan keadaan, hal seperti ke bengkel abis puluhan juta per bulan bisa jadi sesuatu untuk ditertawakan bareng-bareng.

inget perkataan raditya dika : tragedi suatu saat akan menjadi komedi.
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
g36
New Member of Senior Mechanic
New Member of Senior Mechanic
Posts: 143
Joined: Sat Jan 28, 2017 9:13

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by g36 »

Nice write-up om!
Saya sendiri suka karakter driving yang sporty macam Mazda, older Hondas, and 90s-early2000s BMW. Ya memang sih bukan mobil-mobil yang nyaman banget especially compared to... let's say a Camry, Yaris, or Livina. Or hell, a Merc for BMWs case.

Seperti dosen saya dulu yg suka nyeletuk tanpa filter waktu naik M2 old saya, "mobil kok kayak gerobak" WKWKWKWKKWWK.

Well, seperti sudah om2 tau namanya comfort lebih menjual daripada driver involvement. Mana mau orang mayoritas kalo mobilnya lewat jalan ga rata trus getarannya terasa di setir? Padahal mobil2 seperti itu handlingnya jauh lebih mantap dan fun even for daily use.

Tren mobil sekarang sudah seperti appliances. Just to get from A to B. Pake 5 taun trus buang/ganti, preferably naik kasta di merk yg sama. Sama aja kaya pake HP, 2-3 taun ntar ganti juga.
Dan appliances should not have quirks. It should be predictable (if boring). Fuss-free, silent, bla bla bla....ya jatuhnya ntar driving dynamics Camry di mobil elektrik.

Kalo tidak ada kampiun2 mobil "affordable" yg masih punya DNA sporty seperti Mazda dan Honda, lama kelamaan mobil yg fun to drive cuma jadi niche market dan mahal seperti mobil2 sport sungguhan.....marketnya makin terdorong untuk enthusiasts with deep pockets karena otherwise pasarnya ga cukup untuk turn profit.

Misal pabrikan semua ikut tren pasar yg dead feel driving ya bubarlah pasar enthusiasts wkwkwkwk. Hopefully we can store some decent cars to have fun in the future sebelum pasarnya beneran condong ke sana
[*]2012 ZY-VE DE
2013 HR15DE L11
2014 K14B ZC82S
2013 2ZR-FE ZRE141
2018 K14B 1K1FS (current)
2021 K15B NC22S (current)
User avatar
iwidiyanto
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 622
Joined: Sun Oct 30, 2011 11:48
Location: Antar Kota Antar Propinsi

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by iwidiyanto »

kalo mobilnya cuman satu row dan ga pernah ada penumpang, mungkin driving experience bla bla bla menjadi satu pertimbangan utama. tapi kalo ini mobil biasa yang 4 seat, yg ngerasain nyetir cuma satu org, lainnya ya mementingkan nyamannya. apalagi yang satu keluarga cuma punya satu mobil.

mungkin biar semua keinginan terpenuhi, mobil dibikin kaya pc rakitan, yg butuh buat game bisa nambah vga card, butuh kapasitas besar nambah hdd/ssd dll.
akulemu
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 281
Joined: Wed Jun 13, 2012 9:11
Location: Persebaya sampe tuek
Daily Vehicle: Venturer + cx9 sky + mobilio rs mt

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by akulemu »

iwidiyanto wrote: Fri Jun 05, 2020 15:32 kalo mobilnya cuman satu row dan ga pernah ada penumpang, mungkin driving experience bla bla bla menjadi satu pertimbangan utama. tapi kalo ini mobil biasa yang 4 seat, yg ngerasain nyetir cuma satu org, lainnya ya mementingkan nyamannya. apalagi yang satu keluarga cuma punya satu mobil.
Saya setahun terakhir menggunakan jasa sopir untuk ngantor, dan selama hampir 20 tahun bisa menyetir, baru kali ini memakai sopir. Dan yang saya baru saja temukan, ketika pindah duduk ke baris 2 sebagai penumpang, adalah saya tidak bisa pegangan.

Saya tercelikkan, bahwa rupanya selama mengemudi, pengendara memiliki pegangan supaya tidak rubuh ke kiri atau kanan, yaitu setirnya sendiri. Apakah si pengemudi mau nyetir halus atau grobyakan, dia tetap bisa stand still dan tubuhnya tidak mual karena pegangan tadi.

Beda dengan penumpang. Mereka tidak punya pegangan, kalaupun ada itupun handle di atas. Tapi secara natur berada di dalam benda bergerak, posisi lebih stabil adalah berpegang dengan apa yang di depan, bukan atas. Kalau sedang berada dalam bus atau MRT, saya akan selalu cari pegangan tiang instead of pegangan atas, sebab tetap bisa rubuh kalau si kondektur ngerem nya ga enak atau lagi berbelok. Plus lihat saja roller coaster pegangannya dimana.

Apalagi kalau penumpang kabin ke 2, sudah pegangannya tidak sesuai natur, ditambah pandangan ke depan terhalang. Disinilah antimo memiliki demand. Maka itulah penumpang memerlukan peredaman yang tepat.

------------




Hal lain.

Di jalanan Indonesia yang traffic nya selalu digambarkan lambat dan jalannya tidak bagus, peredaman ngayun seperti innova seperti menjadi jawaban mutlak. Tapi perlu diingat bahwa traffic tidak selalu lambat dan jalanan tidak selalu jelek.

Saya punya both Venturer dan CX9 sky. Di kehidupan saya sehari-hari di Surabaya, saya menilai cara peredaman dengan ayunan semata ini adalah salah satu pilihan ekstrim yang benar-benar mengabaikan traffic lancar dan jalan mulus. Di dalam ekstrim ini setiap lalu lintas dianggap macet dan setiap ruas jalan dianggap rusak.

Apa side effect nya? Begitu traffic lancar atau jalan mulus or both, muncullah goyangan yang tidak perlu hasil dari menggunakan ekstrim peredaman ngayun tadi. Munculnya bisa ketika line changing, ngerem, akselerasi, aspal gelombang tipis, terkena angin samping, berbelok landai di kecepatan sedang, dan segala momen lainnya dimana unsur gangguan seharusnya tidak major namun fitur peredamannya beraktifitas penuh, yaitu ngayun.

Akhirnya fitur peredaman yang bermaksud baik ini malah mengakibatkan penumpang tidak nyaman. Saya pernah disopirkan pakai Venturer melewati jalur-jalur antar propinsi, and I didn't like it. Pendekatan problem solving nya benar-benar berat sebelah sampai mobil tidak bisa dibawa keluar dari situasi yang dimaksud dalam solusi itu, yaitu tidak ada namanya jalan lancar dan tidak ada namanya aspal proper.

Pengalaman saya di CX9 yang memiliki chassis rigid, gangguan-gangguan minor tadi justru teredam. Suatu saat ketika di jalan lancar, sangking stabilnya itu mobil, istri saya sampai bilang "ini mobil kok kadang kayak ga nginjak tanah ya? Lurus gitu aja ga goyang." Bahkan lucunya dia sedikit merasa 'serem' karena seperti ada lose contact dengan aspal. Jadi karakter mobil yang tidak disukai di jalan jelek, malah menjadi antivirus di keadaan lain.

Pertanyaannya, sekarang bagaimana CX9 di jalan kurang baik itu sendiri? Kalo ga enak banget berarti kan sama saja dengan venturer hanya saja kebalikannya, semua jalan dianggap mulus. Untungnya masih disisakan kelembutan di suspensinya. Namun karena ada rigidity, ada usaha lebih yang harus dilakukan driver, yaitu menurunkan kecepatan lebih rendah di jalan kurang baik dan menghindarinya. Saya pikir ini solusi yang tidak merepotkan dan tidak sulit, paling jelek ya di penggunaan kampas rem dan kesabaran berkendara saja. Nah yang terakhir itu bisa dianggap sulit bagi banyak orang.

Warisan budaya driving kita yang sruntulan dan budaya tembak SIM sejak dini tidak suka dengan pendekatan ini karena artinya perlu lebih profesional seperti perhatian lebih ke kondisi jalan untuk pengereman yang halus, kesadaran bahwa penumpang bisa mengalami goncangan yang tidak dialami driver, dan segala hal lain yang seharusnya diperlukan untuk mendapatkan SIM secara legal. Mana suka kita teknik sabar ini?

Kalau bisa speedtrap hajar, poldur hajar, kubangan hajar, the world is mine.
Cars have soul.
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15530
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ChZ »

akulemu wrote: Sat Jun 06, 2020 2:35
Saya tercelikkan, bahwa rupanya selama mengemudi, pengendara memiliki pegangan supaya tidak rubuh ke kiri atau kanan, yaitu setirnya sendiri. Apakah si pengemudi mau nyetir halus atau grobyakan, dia tetap bisa stand still dan tubuhnya tidak mual karena pegangan tadi.

------------
ahhh bener juga, inilah kenapa kalo ngebut dan zigzag, satu-satunya manusia yang tidak terpengaruh adalah driver. ane sendiri sejak bisa nyetir selalu insecure disetirin karena sering banget kepala pusing liat gaya nyetir orang lain yang ga bisa sealus ekspektasi. Emang bener sih, jadi penumpang itu rasanya badan lebih loose, gak ada pegangan hidup.
Hal lain.

Apa side effect nya? Begitu traffic lancar atau jalan mulus or both, muncullah goyangan yang tidak perlu hasil dari menggunakan ekstrim peredaman ngayun tadi. Munculnya bisa ketika line changing, ngerem, akselerasi, aspal gelombang tipis, terkena angin samping, berbelok landai di kecepatan sedang, dan segala momen lainnya dimana unsur gangguan seharusnya tidak major namun fitur peredamannya beraktifitas penuh, yaitu ngayun.
salah satu yang bikin Venturer tidak terasa rigid adalah karena konstruksi body on frame (ladder chassis), sedangkan kelebihan monocoque adalah bodinya satu wungkul utuh yang tinggal nambah weld points saja sudah bisa besar dampaknya ke rigidity. Sementara ladder mau pakai bahan apapun tidak akan bisa menyamai rigidnya monocoque.

nah good newsnya, kekuatan lain ladder frame adalah bisa flexing dan frame ladder itu fungsinya juga sebagai damper tambahan sebelum kena bodi, sedangkan monokok mau digimanain kena jalan keriting bergelombang pasti terasa agak kaku. peredamnya hanya bergantung sama damper dan suspensi saja.

akibatnya selalu ada kesan kalo mobil monokok terutama yang murah-murah itu kasar dan gedubrakan. namanya mobil murah bushing-bushing dan dampernya ga mungkin yang paripurna :big_weee: atau sebaliknya, terlalu empuk sampe limbung. contohnya toyota yaris lama dan corolla lama.

dan ane setuju tidak cuma innova - nyaris semua SUV ladder frame pun rasanya punya sense yang sama : ada goyangan tidak perlu di jalan mulus, resiko pake chassis SUV dan dcab, yang kodratnya - low speed, jalan tidak rata - buat main tanah. Tidak pernah didesain untuk nyaman di long trip jalan mulus.
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
AR93
New Member of Senior Mechanic
New Member of Senior Mechanic
Posts: 143
Joined: Tue May 12, 2020 5:32
Daily Vehicle: Suzuki Swift ST

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by AR93 »

akulemu wrote: Sat Jun 06, 2020 2:35
iwidiyanto wrote: Fri Jun 05, 2020 15:32 kalo mobilnya cuman satu row dan ga pernah ada penumpang, mungkin driving experience bla bla bla menjadi satu pertimbangan utama. tapi kalo ini mobil biasa yang 4 seat, yg ngerasain nyetir cuma satu org, lainnya ya mementingkan nyamannya. apalagi yang satu keluarga cuma punya satu mobil.
Saya punya both Venturer dan CX9 sky. Di kehidupan saya sehari-hari di Surabaya, saya menilai cara peredaman dengan ayunan semata ini adalah salah satu pilihan ekstrim yang benar-benar mengabaikan traffic lancar dan jalan mulus. Di dalam ekstrim ini setiap lalu lintas dianggap macet dan setiap ruas jalan dianggap rusak.

Apa side effect nya? Begitu traffic lancar atau jalan mulus or both, muncullah goyangan yang tidak perlu hasil dari menggunakan ekstrim peredaman ngayun tadi. Munculnya bisa ketika line changing, ngerem, akselerasi, aspal gelombang tipis, terkena angin samping, berbelok landai di kecepatan sedang, dan segala momen lainnya dimana unsur gangguan seharusnya tidak major namun fitur peredamannya beraktifitas penuh, yaitu ngayun.

Akhirnya fitur peredaman yang bermaksud baik ini malah mengakibatkan penumpang tidak nyaman. Saya pernah disopirkan pakai Venturer melewati jalur-jalur antar propinsi, and I didn't like it. Pendekatan problem solving nya benar-benar berat sebelah sampai mobil tidak bisa dibawa keluar dari situasi yang dimaksud dalam solusi itu, yaitu tidak ada namanya jalan lancar dan tidak ada namanya aspal proper.

Pengalaman saya di CX9 yang memiliki chassis rigid, gangguan-gangguan minor tadi justru teredam. Suatu saat ketika di jalan lancar, sangking stabilnya itu mobil, istri saya sampai bilang "ini mobil kok kadang kayak ga nginjak tanah ya? Lurus gitu aja ga goyang." Bahkan lucunya dia sedikit merasa 'serem' karena seperti ada lose contact dengan aspal. Jadi karakter mobil yang tidak disukai di jalan jelek, malah menjadi antivirus di keadaan lain.

Pertanyaannya, sekarang bagaimana CX9 di jalan kurang baik itu sendiri? Kalo ga enak banget berarti kan sama saja dengan venturer hanya saja kebalikannya, semua jalan dianggap mulus. Untungnya masih disisakan kelembutan di suspensinya. Namun karena ada rigidity, ada usaha lebih yang harus dilakukan driver, yaitu menurunkan kecepatan lebih rendah di jalan kurang baik dan menghindarinya. Saya pikir ini solusi yang tidak merepotkan dan tidak sulit, paling jelek ya di penggunaan kampas rem dan kesabaran berkendara saja. Nah yang terakhir itu bisa dianggap sulit bagi banyak orang.

Warisan budaya driving kita yang sruntulan dan budaya tembak SIM sejak dini tidak suka dengan pendekatan ini karena artinya perlu lebih profesional seperti perhatian lebih ke kondisi jalan untuk pengereman yang halus, kesadaran bahwa penumpang bisa mengalami goncangan yang tidak dialami driver, dan segala hal lain yang seharusnya diperlukan untuk mendapatkan SIM secara legal. Mana suka kita teknik sabar ini?

Kalau bisa speedtrap hajar, poldur hajar, kubangan hajar, the world is mine.
Saya daily pake Mazda2, seumur-umur cuma naik innova 5-10 menitan doang, numpang temen atau sodara. Terakhir saya numpang Venturer sodara duduk di baris kedua, saya heran ini jalan lurus dan mulus gini kok mobilnya berasa goyang ke kiri-kanan. Dari situ saya mikir suspensinya agak 'aneh', walaupun memang empuk kok bisa gitu mobil jalan anteng tapi malah goyang2. Kayak naik bis AKAP. Mungkin karena memang saya hampir gaada pengalaman naik mobil ladder frame. Calya-Sigra walaupun mungkin bantingan lebih harsh tapi cukup anteng, pengalaman naik taksol. Dari situ saja saya mikir-mikir lagi buat beli Innova dan sejenisnya.

Ternyata mayoritas pabrikan mobil sudah meninggalkan ladder frame bukan tanpa alasan toh.
kunaskun
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 3964
Joined: Mon Mar 26, 2007 8:16

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by kunaskun »

ChZ wrote: Sat Jun 06, 2020 6:38 salah satu yang bikin Venturer tidak terasa rigid adalah karena konstruksi body on frame (ladder chassis), sedangkan kelebihan monocoque adalah bodinya satu wungkul utuh yang tinggal nambah weld points saja sudah bisa besar dampaknya ke rigidity. Sementara ladder mau pakai bahan apapun tidak akan bisa menyamai rigidnya monocoque.

nah good newsnya, kekuatan lain ladder frame adalah bisa flexing dan frame ladder itu fungsinya juga sebagai damper tambahan sebelum kena bodi, sedangkan monokok mau digimanain kena jalan keriting bergelombang pasti terasa agak kaku. peredamnya hanya bergantung sama damper dan suspensi saja.

akibatnya selalu ada kesan kalo mobil monokok terutama yang murah-murah itu kasar dan gedubrakan. namanya mobil murah bushing-bushing dan dampernya ga mungkin yang paripurna :big_weee: atau sebaliknya, terlalu empuk sampe limbung. contohnya toyota yaris lama dan corolla lama.

dan ane setuju tidak cuma innova - nyaris semua SUV ladder frame pun rasanya punya sense yang sama : ada goyangan tidak perlu di jalan mulus, resiko pake chassis SUV dan dcab, yang kodratnya - low speed, jalan tidak rata - buat main tanah. Tidak pernah didesain untuk nyaman di long trip jalan mulus.
Ladder Frame itu secara natural ga akan bisa nyaman. dan KAKU karena memang ditujukan untuk beban. penjelasan detil ginian mestinya si memang engineer karena saya juga cuma hasil google. dan ketidaknyamanan Ladder Frame ini dikadali dengan body mount yang ga langsung baut tapi ada damper dulu, retune kaki2 dsb. Kalau dibilang Ladder Frame tidak bisa nyaman, ya lihat LC200, lari diatas 140 tetap stabil adem ayem nyaman = harga memang tidak bohong tapi ya ini cerita soal engineering saja.

Tapi tidak tepat juga dikatakan monokok lebih kaku daripada Ladder Frame jadi tidak nyaman. karena semua kendaraan sekarang normalnya pakai monokok, dan keunggulan monokok bisa di-tune sesuai keinginan designer-nya dibikin salam satu platform juga bisa. mulai dari small hatchback, big sedan, crossover, medium SUV, sports car, hypercar, dsb semua bisa di tune sesuai maunya designer. Body kaku, dikasi kaki2 multi-link dengan peredaman empuk jadilah sedan mahal yang nyaman lengkap dengan pengendalian paripurna. body dibikin pendek tapi agak lentur biar ga kaku, kaki2 sederhana, dikasi peredaman seadanya jadilah city car yg ada yang empuk ada yang keras dsb.
kunaskun
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 3964
Joined: Mon Mar 26, 2007 8:16

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by kunaskun »

akulemu wrote: Sat Jun 06, 2020 2:35 Kalau bisa speedtrap hajar, poldur hajar, kubangan hajar, the world is mine.
dan berangkat dari sinilah, pabrikan bikin semuanya serba empuk. bodo amat dengan body control. toh jadi selling point kan. semakin empuk limbung = nyaman = mobil mahal kaya naik perahu.. padahal ini cerita kuno zaman peninggalan era karburator kali :big_slap:
AR93 wrote: Sat Jun 06, 2020 14:13 Saya daily pake Mazda2, seumur-umur cuma naik innova 5-10 menitan doang, numpang temen atau sodara. Terakhir saya numpang Venturer sodara duduk di baris kedua, saya heran ini jalan lurus dan mulus gini kok mobilnya berasa goyang ke kiri-kanan. Dari situ saya mikir suspensinya agak 'aneh', walaupun memang empuk kok bisa gitu mobil jalan anteng tapi malah goyang2. Kayak naik bis AKAP. Mungkin karena memang saya hampir gaada pengalaman naik mobil ladder frame. Calya-Sigra walaupun mungkin bantingan lebih harsh tapi cukup anteng, pengalaman naik taksol. Dari situ saja saya mikir-mikir lagi buat beli Innova dan sejenisnya.

Ternyata mayoritas pabrikan mobil sudah meninggalkan ladder frame bukan tanpa alasan toh.
di venturer juga sama ya saya pikir ada perbaikan dari waktu saya nyetir ANKI G yg pake pelek 16". apalagi naik ANPJS itu luar biasa lagi :big_biglaugh:
ladder frame zaman sekarang itu mobil yg aneh, diajak pelan susah, diajak ngebut ngeri sendiri. tapi ya keunggulannya di Indonesia soal durability klaki2 adalah mutlak, walau sebetulnya ditopang part kaki2 yang memang mahal = komponen bagus ketika sudah waktunya ganti.
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15530
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ChZ »

kunaskun wrote: Sat Jun 06, 2020 14:27
Ladder Frame itu secara natural ga akan bisa nyaman. dan KAKU karena memang ditujukan untuk beban. penjelasan detil ginian mestinya si memang engineer karena saya juga cuma hasil google. dan ketidaknyamanan Ladder Frame ini dikadali dengan body mount yang ga langsung baut tapi ada damper dulu, retune kaki2 dsb. Kalau dibilang Ladder Frame tidak bisa nyaman, ya lihat LC200, lari diatas 140 tetap stabil adem ayem nyaman = harga memang tidak bohong tapi ya ini cerita soal engineering saja.

Tapi tidak tepat juga dikatakan monokok lebih kaku daripada Ladder Frame jadi tidak nyaman. karena semua kendaraan sekarang normalnya pakai monokok, dan keunggulan monokok bisa di-tune sesuai keinginan designer-nya dibikin salam satu platform juga bisa. mulai dari small hatchback, big sedan, crossover, medium SUV, sports car, hypercar, dsb semua bisa di tune sesuai maunya designer. Body kaku, dikasi kaki2 multi-link dengan peredaman empuk jadilah sedan mahal yang nyaman lengkap dengan pengendalian paripurna. body dibikin pendek tapi agak lentur biar ga kaku, kaki2 sederhana, dikasi peredaman seadanya jadilah city car yg ada yang empuk ada yang keras dsb.
tidak mengubah point ane sebenernya kan emang balik lagi ke harga. smakin tinggi harga mobilnya makin flexible engineer buat rekayasa design di suspensi dan mounting-mounting... smakin murah mobil, smakin terbatas, smakin banyak kompromi.

sekarang monokok kebanyakan main di chassis rigidity, dengan tujuan supaya mereka bisa fokus ke setting kaki-kaki yang balanced nyaman tp ga compromise handling terlalu bnyk...

untuk mobil keluaran yang sekarang-sekarang ane ngerasa spt itu. CR-V gen 5 dan expander walau empuk tp ntu 2 mobil gila ditekuk 130 di tol aj masih nurut bgt... yg ane ga nyangka itu sasisnya expander, pdhl suspensinya empuk gt dan ban eco ecoan. ga heran rifat pede pake basis expander buat reli ap4...
Last edited by ChZ on Sat Jun 06, 2020 17:23, edited 1 time in total.
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15530
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ChZ »

AR93 wrote: Sat Jun 06, 2020 14:13 Ternyata mayoritas pabrikan mobil sudah meninggalkan ladder frame bukan tanpa alasan toh.
selain itu ladder chassis itu berat. dia harus pake mesin besar untuk compensate beratnya.

makanya kbanyakan pake diesel atau bensin cc besar. yang ujungnya ya nambah berat lagi. lalu titik gravitasi nya juga tinggi, lengkap deh. heavy + high center of gravity = worse driving dynamics on-road. smakin tidak populer terutama di negara - negara yang mana infrastrukturnya udah bagus.

Jimny JB74, mobil dengan ladder chassis terkecil aja itungannya berat. 1.1 ton padahal dimensinya cuma se-ignis. tp jimny pake ladder emang udah kodratnya jadi offroader. Butuh chassis flex.

btw beberapa hari lalu baca artikel lucu ...

"Sebenarnya kalau kita katakan desain ini memang relatif ya, saya pernah ingat diskusi dengan teman-teman (orang Jepang) di Jepang, mereka kalau lihat desain Kijang Innova itu pada bingung dan bertanya: sebenarnya ini mobil apa?" ujarnya melalui video conference bersama Forum Wartawan Otomotif atau Forwot, baru-baru ini.

"Karena di Toyota kalau saya pernah ngobrol dengan Chief Engineering MPV Toyota, di seluruh dunia yang namanya MPV itu model biasanya kayak Alparhd, Voxy, bentuknya gede-gede, sliding door, dan mengotak. Tapi, Innova ini sebenarnya MPV, Crossover, atau apa gitu," kata dia menambahkan.

https://www.100kpj.com/mobil/6807-orang ... a-kok-bisa
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
Pboyz97
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 4577
Joined: Sun Oct 09, 2016 15:14
Location: East Jakarta
Daily Vehicle: BRV Prestige Non HS 2023 - AN HRV SE 2023

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by Pboyz97 »

slapnuts wrote: Mon Jun 01, 2020 11:13 Wow, tulisan yang sangat berbobot Om :big_exellent:

Sama kasus dengan di Indonesia. Ambil contoh Mazda2 vs Jazz. Berbagi review otomotif mengatakan Mazda2 lebih fun to drive, dinamis, bla bla bla namun nyatanya penjualannya jauh di bawah Jazz dan Yaris. Selain alasan klasik karena aftersales Mazda masih di bawah duo itu, ada aspek lain di mana konsumen enggan untuk ambil Mazda2, yaitu kelegaan kabin dan bantingan.

Dengan overall panjang di sekitar 4035mm untuk Jazz dan Mazda2 4060mm, namun kelegaan kabin bagai bumi dan langit, apalagi ruang kaki penumpang dan bagasi. Mazda2 seakan ga efisien dalam hal manajemen ruang karena kepanjangan bonet. Begitupun soal bantingan yang kata beberapa reviewer fun to drive, handling tajam dsb, bagi orang awam Mazda=Keras, titik. Dan kebanyakan orang di segmen ini ga peduli apa itu fun to drive dsb, asal mobilnya irit, setir ringan, tenaga ada, dan ga terlalu keras ya itu definisi fun to drive bagi mereka. Itu yaris joker kurang hina apa coba di forum otomotif, sering diroasting lemot, radius putar terlalu lebar, cvt payah, ga fun to drive, tapi ya penjualannya tetap di atas Mazda2 yang didewakan reviewer.

Berlaku juga untuk CX5 vs CRV
Karena CX5 kepanjangan bonet, dengan ukuran yang mirip, CRV jauh lebih lega, baris kedua pun bisa reclining rebah, nyaman. Kebanyakan orang pembeli SUV ginian juga gapeduli “sportiness”, yang penting irit, lega, nyaman empuk. Orang awam mikir. SUV 500juta kok keras gini, kalah empuk dibanding Innova...hahaha, that’s why kalau mau sporty ya beli hatchback atau sedan.

Nb: curhatan dari mantan pengguna Mazda2 :big_peace:
Nice thread om Akulemu, thread yang sangat menarik untuk disimak hehehe

Setuju om slapnuts, karena karakter konsumen tiap negara beda beda. Gak bisa disamain. Dan tiap mobil, punya kelebihan dan kekurangan masing2, jadi balik lg ke kebutuhan dan selera tiap org kek apa. Gak bisa dipukul rata

Jazz vs Mazda 2
Saya setuju , sama pendapat om. Berhubung saya ex user GE8 2009 - 2018, dan udah pernah nyobain GK5, Mazda 2 GT PFL, dan Mazda 2 GT FL 2017. Jazz memang unggul di aftersales, brand , maintenance, dan akomodasi + kepraktisan, cuma kalah di peredaman, fitur, kualtias interior, driving feel, dan handling. Sedangkan Mazda 2 kebalikannya. Unggul di fitur, teknologi, kualitas interior, handling, driving feel, sednagkan lemah di brand, aftersales, maintenance yg cukup mahal buat ukuran mobil jepang, dan akomodasi + kepraktisan. Saya punya pengalaman dengan kedua mobil ini. Tahun 2015 lalu, saya sempet kepikiran buat ganti GE8 saya yang sudah 6 tahun sama GK5 atau mazda 2. GK5 langsung saya coret karena handling dan driving feelnya gak seenak GE8. Walaupun bantingan suspensi lebih empuk, dan akomodasinya lebih bagus daripada GE8 + Fiturnya jg meningkat dibanding GE8. Cuma , karena saya lebih membutuhkan driving feel, peforma, dan handling ketimbang kepraktisan dan akomodasi, saya lebih prefer Mazda 2. Cuma karena row 2nya sempit, sedangkan, mobil masih suka dipake sm ibu saya yg tingginya 173 CM, akhirnya gak jadi beli, padahal waktu itu ayah saya sudah siap buat DP mobil tersebut

Pertengahan 2018, saya akhirnya SPK Xpander ultimate buat gantiin GE8 tua saya, karena kebetulan ayah saya nyari mobil 7 seater yg bisa dipake kalo sodara saya pengen nebeng kalo jalan2 hehehe. Namun ,seiring dengan berjalannya waktu, tepat bulan ke 6 setelah pembelian xpander. Ayah saya tiba2 ngajak saya ke showroom mobekas deket rumah. Ternyata beliau mau TT Xpander saya yg baru berumur 6 bulan itu dengan M2 SKY GT 2016 PFL dengan odo yg baru 18rb. Sudah dicek service recordnya which is lengkap, dan kondisi mobil super mulus, layaknya mobil yg baru keluar dari showroom. Namun gagal lagi, karena sempitt ( kondisi saat itu saya sudah punya CRV 2010, dan CX5 2013).

Terakhir, akhir 2019 lalu. Ayah saya sudah tekat bulat untuk menjual xpander, karena dirasa kurang nyaman dan agak limbung. Serta udah ada mobil 7 seater lain dirumah , yaitu CRV Turbo. Akhirnya , diputuskan buat cari mobil yg lebih kecil dan 5 seater. Kandidatnya yaris joker TRD dan Mazda 2 GT FL 2018. Cuma , karena SEMPIT, dan maintenancenya cukup mahal (kebetulan punya AN CX5 Elite 2018 juga) akhirnya diputuskan untuk SPK yaris joker saja , karena lebih lega dan perawatannya lebih murah dibanding Mazda 2

Kesimpulan yg bisa saya ambil, walaupun Mazda 2 seringkali disebut the best hatchback on it's class, namun di Indonesia, penjualannya jauh dibawah jazz, yaris, dan baleno . Karena seperti yg om sebutkan tadi, ada aspek lain di mana konsumen enggan untuk ambil Mazda2, yaitu kelegaan kabin dan maintenance.Which is jadi prioritas org Indonesia kalo mau nyari mobil, urusan fun to drive , fitur dll urusan belakangan, sedangkan 2 hal tersebut gabisa didapetkan di Mazda 2


Kalau soal poin yg saya bold. I totally agreed with your opinion, sebagai user yaris joker. saya merasakan betul apa yg om sebutkan tadi, lemot, radius putar terlalu lebar, cvt payah, ga fun to drive. Memang betul, radius putarnya TERLALU BESAR untuk ukuran hatchback , serasa bawa innova atau fortuner yg dimensinya jauh lebih besar daripada yaris, xpander saya yg bodynya lebih gede daripada yaris aja JAUH LEBIH BAIK RADIUS PUTARNYA dibanding yaris joker ini ,dan hal ini yg bikin ayah saya gajadi tuker xpander sm yaris ini, yg akhirnya malah nambah hehehe. Selain itu CVT juga putaran bawahnya sangat bengek, walaupun perpindahannya cukup smooth dan halus, dan rasa nyetirnya juga kek kapas, gak ada fun2nya sama sekali. Masih lebih fun to drive GE8 dan yaris bakpao saya dulu dan xpander saya yg katanya cuma 4AT dibanding yaris joker ini, blm lagi lampunya yg masih halogen blm LED serta setir yg cuma bisa tilt doang, gabisa telescopic, disaat lawan2nya kek jazz dan mazda 2 headlampnya udh LED dan pengaturan setirnya udh tilt dan telescopic. Cuma bagusnya yaris joker, fiturnya jauh improve dibanding pendahulunya, bantingan cukup empuk ,row cukup lega dan irit BBM, serta durable, saat ini km udh 8rb, blm ada masalah apapun kek rattle dll, tinggal gas aja hehehe. Sama airbagnya dah 7, which is terbanyak dikelasnya. Melihat mazda 2 sekarang yg downgrade airbag dari 6 jadi 2 pada tipe GTnya + sunat SCBSnya dibanding versi sblmnya, saya agak bersyukur SPK yaris ini tahun lalu hehehe

Kalau soal CX5 VS CRV
Saya juga begitu. Tertarik sama CX5 karena fun to drive dan handingnya + fitur dan BQ yg jauh diatas CRV. Akhirnya tuker CRV 2.4 AT 2010 gen 3 dengan AN CX5 Elite pas GIIAS 2018 lalu, berbekal puasnya pengalaman pake CX5 2013 yg sampe 150rb gapernah ada masalah aneh2, cuma ganti oli dan servis rutin doang. Setahun kemudian, pas nyari gantinya si CX5 2013, saya gak kepikiran buat nyari honda, karena pengen MPV yg 7 seater. Pilihannya ada di serena dan voxy serta venturer. Serena dan voxy dicoret karena bokap gademen rasa nyetirnya yg kek supir hahaha. Sedangkan venturer dicoret karena nyokap gademen bentuknya. Nah, tiba2 bokap dah SPK CRV Turbo prestige buat gantiin CX5 2013. Saya pun langsung shock, kenapa coba ambil crv, dah punya mazda cx5 sm xpander yg 7 seater, ngapain lg coba ngambil crv yg medium suv dan 7 seater. Ternyata, setelah 11 bulan pemakaian, terhitung dari juli 2019 kemarin. Saya mulai mengerti mengapa ayah saya SPK CRV Prestige , karena beliau ingin mobil yg irit, lega, nyaman , empuk buat ibu saya , serta masih enak buat dikemudikan. Serena dan voxy memang memenuhi 4 poin pertama (irit, lega, nyaman, empuk) , tapi gak memenuhi poin terakhir, jadinya dicoret. Sedangkan innova venturer juga hampir memenuhi semua kriteria (kecuali nyaman) jadinya dicoret dan ayah saya memutuskan untuk SPK CRV Turbo Prestige pertengahan 2019 lalu

Nb: curhatan dari mantan pengguna CRV GEN 3 2.4 AT 2010 dan CX5 2.0 Touring gen 1 PFL 2013, serta pengguna CRV Turbo Prestige CVT 2019 dan AN CX5 Elite 2018
Past:
'09 GE8
'10 CRV RE
'13 CX5
'17 Xpander
'19 Yaris
'18 CX5
'18 ANF 2GD
'18 HRV
'18 ANKI 2GD
'19 CRV
'14 GNKI 1TR
'22 brio
'18 RX300
'18 ANPS
Now:
'23 voxy
'23 BRV
'23 HRV
Volare
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 304
Joined: Tue Apr 15, 2014 16:41

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by Volare »

slapnuts wrote: Mon Jun 01, 2020 11:13 Wow, tulisan yang sangat berbobot Om :big_exellent:

Sama kasus dengan di Indonesia. Ambil contoh Mazda2 vs Jazz. Berbagi review otomotif mengatakan Mazda2 lebih fun to drive, dinamis, bla bla bla namun nyatanya penjualannya jauh di bawah Jazz dan Yaris. Selain alasan klasik karena aftersales Mazda masih di bawah duo itu, ada aspek lain di mana konsumen enggan untuk ambil Mazda2, yaitu kelegaan kabin dan bantingan.

Dengan overall panjang di sekitar 4035mm untuk Jazz dan Mazda2 4060mm, namun kelegaan kabin bagai bumi dan langit, apalagi ruang kaki penumpang dan bagasi. Mazda2 seakan ga efisien dalam hal manajemen ruang karena kepanjangan bonet. Begitupun soal bantingan yang kata beberapa reviewer fun to drive, handling tajam dsb, bagi orang awam Mazda=Keras, titik. Dan kebanyakan orang di segmen ini ga peduli apa itu fun to drive dsb, asal mobilnya irit, setir ringan, tenaga ada, dan ga terlalu keras ya itu definisi fun to drive bagi mereka. Itu yaris joker kurang hina apa coba di forum otomotif, sering diroasting lemot, radius putar terlalu lebar, cvt payah, ga fun to drive, tapi ya penjualannya tetap di atas Mazda2 yang didewakan reviewer.

Berlaku juga untuk CX5 vs CRV
Karena CX5 kepanjangan bonet, dengan ukuran yang mirip, CRV jauh lebih lega, baris kedua pun bisa reclining rebah, nyaman. Kebanyakan orang pembeli SUV ginian juga gapeduli “sportiness”, yang penting irit, lega, nyaman empuk. Orang awam mikir. SUV 500juta kok keras gini, kalah empuk dibanding Innova...hahaha, that’s why kalau mau sporty ya beli hatchback atau sedan.

Nb: curhatan dari mantan pengguna Mazda2 :big_peace:
Huahaha bener bangett

Misalkan asumsi Masda ASS sekelas honda aja mending ambil jazz buat orang yg awam ya, apalagi ditambah ASS lebih jelek, parts indent, service mahal, resale jeblok dsb, no brainer lah

Penghuni forum otomotif tentunya mostly car enthusiast, yg lebih pro driver's car

Tp sisanya majority pake mobil ya cuma untuk transport, cari kenyamanan
pengendiesel
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1558
Joined: Sun May 22, 2016 4:20

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by pengendiesel »

kunaskun wrote: Sat Jun 06, 2020 14:32
di venturer juga sama ya saya pikir ada perbaikan dari waktu saya nyetir ANKI G yg pake pelek 16". apalagi naik ANPJS itu luar biasa lagi :big_biglaugh:
ladder frame zaman sekarang itu mobil yg aneh, diajak pelan susah, diajak ngebut ngeri sendiri. tapi ya keunggulannya di Indonesia soal durability klaki2 adalah mutlak, walau sebetulnya ditopang part kaki2 yang memang mahal = komponen bagus ketika sudah waktunya ganti.
Ajaibnya, di tol transjawa itu rajanya anki anf anps. Hampir gak ada yang mematuhi max speed limit.
Apakah mereka betul2 taruhan nyawa untuk ngebut kayak gitu? Terutama anki sama anps yang super empuk
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15530
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ChZ »

pengendiesel wrote: Sun Jun 07, 2020 3:49
Ajaibnya, di tol transjawa itu rajanya anki anf anps. Hampir gak ada yang mematuhi max speed limit.
Apakah mereka betul2 taruhan nyawa untuk ngebut kayak gitu? Terutama anki sama anps yang super empuk
wkwkwkwkwk emangnya ada yang gak taruhan nyawa oom ?

pickup dan avanza-avanza yang antarkota jg nyetirnya rata-rata macem sembalap

ampe heran kadang di tol pdhl sekali towel gas pake CRV jg pada ilang, tp masih aja pada niat ngejer... nyalinya gak abis-abis.
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7
pengendiesel
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1558
Joined: Sun May 22, 2016 4:20

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by pengendiesel »

ChZ wrote: Sun Jun 07, 2020 4:51
pengendiesel wrote: Sun Jun 07, 2020 3:49
Ajaibnya, di tol transjawa itu rajanya anki anf anps. Hampir gak ada yang mematuhi max speed limit.
Apakah mereka betul2 taruhan nyawa untuk ngebut kayak gitu? Terutama anki sama anps yang super empuk
wkwkwkwkwk emangnya ada yang gak taruhan nyawa oom ?

pickup dan avanza-avanza yang antarkota jg nyetirnya rata-rata macem sembalap

ampe heran kadang di tol pdhl sekali towel gas pake CRV jg pada ilang, tp masih aja pada niat ngejer... nyalinya gak abis-abis.
Hahahaha...pernah ngerasain bawa grenmek pu full load. Lari 70kmh udah antara surga dan neraka.

Cuma pas di tol ngepasin lari 100kmh, mostly yang nyalip dan hampir gak pernah ane salip ya trio leder frem itu. Kalo avanza memang ada yang ngebut, tapi masih ada yang normal :big_biglaugh:
User avatar
ChZ
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 15530
Joined: Tue Oct 08, 2013 14:30
Location: Semarang
Daily Vehicle: Civic FK4

Re: Sporty Driving Doesn't Sell Cars (Mazda Owner's Perspective)

Post by ChZ »

pengendiesel wrote: Sun Jun 07, 2020 5:37
Hahahaha...pernah ngerasain bawa grenmek pu full load. Lari 70kmh udah antara surga dan neraka.

Cuma pas di tol ngepasin lari 100kmh, mostly yang nyalip dan hampir gak pernah ane salip ya trio leder frem itu. Kalo avanza memang ada yang ngebut, tapi masih ada yang normal :big_biglaugh:
nah iya juga sih kalo di tol trans gak jarang ketemu trio ladder frame ugal-ugalan... tp emang kalo ane jadi driver SUV ladder diesel gt pasti juga napsuin liat jalanan kosong melompong macem tol trans... :mky_07:

paling nurunin kecepatan kalo uda mulai penumpangnya protes :ngacir:

dan rata-rata pembeli pajero fortuner anki itu jg petrolheads jg sih.
1997 E39 M52B28
2017 FK4 L15B7