Menjajal mazda tribute 2.3 ke pasir putih!

Mau review kendaraan yang ada? Silakan post disini...

Moderators: akbarfit, Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze

User avatar
pinoh_boy
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 1136
Joined: Thu Mar 04, 2004 6:47

Menjajal mazda tribute 2.3 ke pasir putih!

Post by pinoh_boy »

Ajakan untuk menjajal Tribute 2.3, sport utility vehicle menengah dari Mazda, sukar ditolak. Apalagi perjalanan yang ditawarkan adalah dari Surabaya menuju Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur.

Kawasan perbukitan dengan tikungan-tikungannya yang sempit dan menantang di rute Probolinggo- Situbondo segera membayang di benak. Perjalanan melewati kawasan itu terakhir dilakukan tiga tahun yang lalu sewaktu melakukan perjalanan Jakarta- Bali lewat jalan darat.

Posisi duduk tinggi di belakang setir sporty berpalang tiga memberikan kepercayaan diri yang tinggi pada pengendara, mengingat tidak ada satu pun sudut yang luput dari pandangan matanya.

Perjalanan dengan Tribute 2.3 itu dimulai dari Kota Surabaya dini hari dengan maksud agar bisa tiba di Pasir Putih pada pagi hari, di mana suhu udara masih sejuk. Jam menunjukkan pukul 04.00 ketika mobil meninggalkan Hotel Marriott menuju ke ruas tol Gempol.

Langit di atas Kota Surabaya terlihat gelap pekat dan udara pun lumayan sejuk. Sesekali kilatan cahaya petir terlihat membelah bumi. Tampaknya hujan akan segera turun. Lalu lintas pada ruas-ruas jalan menuju ke tol Gempol masih sepi sehingga dalam waktu singkat mobil telah tiba di gerbang tol.

Di jalan tol Gempol yang tidak terlalu padat pada dini hari itu, Tribute 2.3 dapat dipacu dengan mudah sampai kecepatan 120 kilometer (km) per jam. Bahkan, ketika keadaan memungkinkan, kecepatan itu dengan mudah ditingkatkan sampai 140 km per jam. Itu semua berkat mesin berkapasitas 2.3 Liter yang disandang Tribute 2.3.

Pada saat mobil baru melaju selama 5 menit di tol Gempol, hujan turun dengan derasnya. Walaupun hujan turun dengan deras, Tribute 2.3 tetap stabil dan roda menapak erat di permukaan jalan. Hujan deras itu baru reda menjelang perjalanan di tol berakhir.

Arus lalu lintas menjadi agak padat ketika di akhir jalan tol Tribute 2.3 membelok ke kiri menuju Probolinggo. Iring- iringan truk melaju di jalan lurus yang tidak terlalu lebar itu seakan-akan tidak ada habis-habisnya. Dan, untuk mendahului iring-iringan truk itu bukanlah pekerjaan mudah. Selain harus bersaing dengan bus-bus malam yang melaju dengan kecepatan tinggi dari belakang, pengendara pun harus mengantisipasi bus-bus malam yang melaju cepat dari arah yang berlawanan. Belum lagi, banyak mobil, sepeda motor, atau sepeda yang melaju dari arah berlawanan, yang tidak menggunakan lampu. Sedikit saja lengah, kecelakaan fatal akan terjadi.

Dalam perjalanan menuju Probolinggo, Kompas sempat menguji antilock brake system (ABS) yang disandang oleh Tribute 2.3. ABS memungkinkan pengendara tetap dapat mengemudikan mobil walaupun pedal rem diinjak penuh. Saat berusaha mendahului iring-iringan truk yang cukup panjang dalam kecepatan 120 km per jam, tiba-tiba dari arah yang berlawanan muncul mobil yang melaju cepat tanpa lampu, Kompas tidak mempunyai pilihan lain kecuali menginjak penuh pedal rem dan langsung membanting setir ke kiri guna memanfaatkan ruang kosong di antara iring-iringan truk. Tanpa ABS manuver itu tidak akan bisa dilakukan karena keempat roda akan mengunci. Dan, dalam keadaan keempat roda terkunci, mobil akan meluncur mengikuti garis lurus walaupun setir dibelokkan ke kiri atau ke kanan.

Dengan santai
Kepadatan arus lalu lintas berakhir ketika memasuki kawasan perbukitan. Dengan demikian, Tribute 2.3 dapat melesat dengan cepat menuju ke pantai Pasir Putih. Perjalanan menanjak di sekitar pembangkit tenaga listrik Paiton dilalui Tribute 2.3 dengan mulus tanpa banyak kesulitan. Permukaan jalan aspal yang halus membuat perjalanan ke Pasir Putih bisa dilakukan dengan santai.

Mazda Tribute 2.3, yang merupakan saudara kembar Ford Escape 2.3, dibuat untuk menjawab keluhan "kurang tenaga" pada pendahulunya yang menyandang mesin berkapasitas 2.0 Liter. Dengan menyandang mesin berkapasitas 2.3 Liter, Mazda Tribute menghasilkan tenaga dan torsi maksimum yang lebih besar sehingga dapat menggunakan persneling otomatik. "Kurangnya tenaga" pada Mazda Tribute 2.0 itu menjadikan mobil itu hanya tersedia dalam versi yang menggunakan persneling manual.

Mesin berkapasitas 2.3 Liter, 4 silinder segaris (inline), double overhead camshaft (DOHC), dan dilengkapi variable inertia charging menghasilkan tenaga maksimum 160 PK dan torsi maksimum 203 Nm. Tenaga dan torsi itu disalurkan ke roda depan melalui persneling otomatik dengan 4 tingkat kecepatan yang dilengkapi dengan overdrive, yang difungsikan lewat tombol yang terdapat di ujung tangkai persneling.

Akselerasi berlangsung mulus, lincah dalam bermanuver, dan suspensi cukup menonjol untuk ukuran sebuah SUV. Itu sebabnya perjalanan dari Surabaya ke Pasir Putih dan kembali lagi ke Surabaya dapat dilakukan nyaris tanpa kesulitan.