Salvanost wrote:andy1800 wrote:namun aturan BEKI BOLANG tsb kemudian diubah lagi menjadi BEKI TIBOLANG
melalui pasal 112 ayat (3) UU no 22 th 2009 yg berlaku sampai sekarang. dia bunyinya:
- Pada persimpangan Jalan yang dilengkapi Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas, Pengemudi Kendaraan dilarang
langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan lain oleh
Rambu Lalu Lintas atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.
berarti peraturan belok kiri berubah ya, dari yang sebelumnya
boleh belok jika tidak ada rambu yang mengatur belok kiri
menjadi
boleh belok jika ada rambu yang mengatur / mengijinkan belok kiri
rambu yang mengatur belok kiri apa aja om?
1. rambu tanda panah kiri hijau dan
2. rambu kuning kedip2
apa ada rambu lainnya?
benar demikian om
sblm 92, defaultnya BElok KIri tidak BOleh LANGsung. trus th 92 defaultnya mjd Beki Bolang. lalu sejak 2009 kembali lg menjd Beki Tidak Bolang.
rambu yg mengijinkan Beki Bolang, bs apa pun. bs kita gali semuanya... tp yg plg umum ya mmg yg disebut itu sih om. rambu Tulisan, atau panah kuning itu.
================================================================================================
anyway/nambah/ngomong sndiri/dah bukan scara spesifik reply buat om salvanost
sbenerny mslh beki bolang ini disisi lain jg menimbulkan masalah, krn (gak perlu tutup mata bhw) sebagian besar pengendara mmg gak nyampek utk bs memahami konsep dr etika nya tu, yg pd dasarnya adlh: boleh lsg belok, namun tetap hrs memprioritaskan arus utamanya. hrs ngalah sm arus yg sedag hijau. gamblangnya: timing membeloknya itu tidak boleh menyendat arus yg sdg hijau.
nah masalahnya, ya itu td, krn cm sdikit yg paham konsep dr etika itu, maka akhirnya pd praktiknya di lapangan: ya sbgian besar pokoknya bablas2 aja. maka, jadilah, tersendat2 lah arus lalinnya. grak-grek.
saya pikir gak ada salahnya deh jika etika tsb dimasukkan saja sekalian ke dlm ayat UU.
*etika/norma yg dikonversi mnjadi ketentuan, menggiring org kbyakan spy lama2 itu mnjadi habit.