Inden Fortuner Capai 1000 unit !

Segala mobil tipe SUV (2WD/4WD). (Cherokee, Terios, Rush, dll).

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

What do U mean main kata ? Ngapain saya main kata.

Coba lihat sekali lagi. Lihatnya arus cash,

Mr. Obs sell the c24. Say he got 200 juta cash. Now he got to buy the fortuner at 295 juta. So dia harus keluar uang extra 95 juta. Mana bisa bilang nol ? That extra 30 or 40 juta in depreciation harus di hitung dong. Soalnya sudah jadi realized loss. Kalau dia belum jual, its unrealized, belum perlu keluar uang sebenernya.

I don't know abt U. Tapi kalau saya analyse laporan keuangaan, saya tidak hanya lihat P&Onya, tapi jangan lupa lihat laporan arus cashnya. Sometimes bisa beda jauh ! And I tell U, cash is KING. Arus cash lebih penting.

Betul, harga Fortuner ama Serena beda. Tapi kan sekarang ASSUMSI saya jika dia lagi kena syndrome 50 : 50. Kalau saya lagi 50 : 50, ya jelas ambil jalur yang hemat banyak uang. Soalnya for me, 95 juta is not small money.

Ya tapi again back to jika dia suka fortuner, lebih dari c24. Dan jika uang 95 juta extra means little to him, then hitunggan ini jadi meaningless.

Seperti orang beli BMW X5. Banding Fortuner dia harus keluar extra 600 juta. Tapi jika dia suka X5 dan 600 juta he can afford it, then the mathematics become meaningless.

Tapi untuk orang yang sayang uang, meskipun Serena ama Fortuner harganya tidak 1:1, tapi tetap that price difference harus di masukan dalam hitunggan dong. Namanya keluar extra uang.

Misalnya ada orang mau jual Alphardnya dan ganti VW Caravelle. Apakah saat jual Alphard depreciasi 1 tahun say 50 jutanya di abaikan gitu saja ? Of course not ! Because the Alphard buyer is not going to pay him 550 juta. He is going to transfer 500 juta to his BCA. And from 500 to 850 is 350 juta extra money to be spent, not 850-550 = 300 juta.

Anyway, makin bogged down in detail. Lets not make Mr. Obs too pusing. I am sure after he test drove the Fortuner he can make up his mind easily. Meanwhile Mr. Obs. Pls at least test drive the Fortuner first. Its only 1-2 weeks away.
User avatar
villanova_7th
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 738
Joined: Sun Nov 14, 2004 4:16
Location: Near......

Post by villanova_7th »

Mr Szli dan Bung Conan, mungkin cara pandang Mr Szli ada benarnya ,jika dilihat dari Cash flow point of view. Tapi yang namanya membeli barang baru/ tukar tambah ( dlm hal ini boleh disebut berinvestasi ) pasti lah cash flownya negatif bukan !? What is in return !? yah,... the Brand new Car !

95 juta tadi yah jelas raib bukan tanpa sebab bukan !? tanya ajah ama MR Obs pada saat dia beli New Serena C24 !? Bukannya dia juga pasti lost Hundreds of Juta pas beli/tukar tambah !? Jadi bukannya without any gain kan !? jadi sebenarnya yang paling penting Sisi pandang subjektifnya Mr Obs lahh, apakah selisih segitu memang layak untuk mencoba/memiliki/merasakan something that is New ( Which probably in some Point is a better than the old one ) bukan !?

Dan juga masih dari Cash flow point of view, bukankah berinvestasi pada mobil yang depresiasinya kecil itu sesuatu yang positif bukan !? For an example , bagaimana kalau Mr. Obs belum punya kedua-duanya, dan harus memilih satu diantara keduanya !? dari sisi pandang arus kas,... mana yang kira2 lebih menguntungkan/ lebih sedikit merugikan !? Balik lagi ke nilai depresiasinya....

Lets say Harga C24( tahun 2004-kah !? ) Mr Obs sekarang sebesar 200 juta dengan tingkat depresiasi sebesar 30 juta pertahun dan terus menurun sebesar 5 juta untuk kedua Mobil pada tahun2 sesudahnya sedangkan Fortuner baru(2005) seharga 295 juta dengan ( prediksi ) depresiasi 20 juta pertahun. if someday di taon 2007 Mr obs akhirnya ingin menukar C24 dengan Fortuner sekon taon 2005, berapakah yang harus dia tombok !? diatas atau dibawah 95 juta !?

C24 200jt - 30jt - 25 jt = 140jt
Fortuner 295jt - 20jt - 15 jt = 260jt

Hmm jadi selisihnya sebesar 260-140 juta = 120 Juta bukan !? jadi dari segi pandang investasi jelas lebih menguntungkan Mr. Obs untuk melepas C24 nya diganti dengan Fortuner bukan !? untuk menghindari unrealized Loss-nya !?

Anyway,... to be fair, membeli sebuah Fortuner ( terlepas dari Gain or loss in the trading process ) Jelas sebuah Invesment yang beresiko rendah.... depresiasinya kinda " Kijang-like" 5- 15 juta pertaon gitu,... lain cerita kalo mr Obs mao ganti dengan Lets say Harrier,...Murano,...X3 !? hehehehhehe

Btw, ada insider news kalo Fortuner Diesel tinggal tunggu waktu aja... yang 3.0nya hampir pasti ( 90%) keluar ( 4x2 dan 4x4 ) dan yang 2.5nya juga tinggal menunggu. Yah,... konsekuensinya pake Perta-DEX 8 :( Hikshiks

Moga2 kagak belibet yah kata2nya :D
TOYOTAMAN: The One You Ought To Avoid, Man!
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Justru Anda yang tidak menghitung unrealized loss akibat depresiasi Serena-nya, Mr. Szli. Walaupun Serena-nya tidak dijual, tapi nilainya sebagai aset dalam portfolio Mr. Observer sudah menjadi Rp 200 juta, tidak lagi Rp 230 juta.

Dan jika Mr. Observer menambahkan Rp 95 juta lagi untuk sebuah Fortuner, uang extra itu tidak 'hangus' karena Fortuner itu akan muncul sebagai aset bernilai Rp 295 juta (belum terdepresiasi). Apakah Anda tidak memasukkan nilai aset yang sudah bertambah ke dalam neraca Anda? Tentu dimasukkan.

Jadi Serena senilai Rp 200 juta + cash Rp 95 juta = equal to Fortuner senilai Rp 295 juta.

Secara neraca Option A = Option B, perbedaan nilainya nol rupiah, hanya bentuk asetnya berubah saja.

Bahkan I would argue bahwa setahun kemudian, perbedaan Option A dan Option B akan tetap hampir sama atau bahkan Option B lebih menguntungkan. Seperti dikatakan Mr. Observer, Serena CT berusia setahun telah terdepresiasi Rp 40 juta (dan HS laku hanya sekitar Rp 230 juta ke pemakai langsung). Secara umum sebuah mobil akan terdepresiasi 40% dalam 3 tahun pertamanya, mari kita ambil 30% untuk dua tahun pertama (tahun kesatu -15%, kedua -15%, ketiga -10%).

Katakanlah aku pendukung Option B, tapi dalam simulasi di bawah ini aku justru akan bersikap pesimistis untuk Option B dan malah akan bersikap optimistis untuk option A.

Option A : Satu tahun kemudian nilai jual kembali Serena CT 2004 menjadi Rp 230 juta x 70% = Rp 161 juta (mari bersikap optimis dan kita bulatkan ke atas menjadi Rp 165 juta).
Ditambah cash Rp 95 juta (dalam hal ini secara optimistis daya beli uang kontan yang berkurang akibat inflasi 6-7% setahun diabaikan) menjadi total Rp 260 juta.

Option B : Fortuner seharga Rp 295 juta, karena faktor depresiasi yang lebih kecil (karena inden Fortuner panjang), kita ambil 10% maka harga jual kembali Fortuner seharusnya menjadi Rp 295 x 90% = Rp 265.5 juta. Tapi karena tahun ini harga Fortuner sudah naik karena PPN-Bm naik, katakanlah Rp 15 juta menjadi Rp 310 juta, maka harga jual kembali Fortuner akan terdongkrak sedikit, katakanlah Rp 10 juta, menjadi Rp 265.5 + 10 = Rp 275.5 juta. Atau mari kita bersikap pesimis dan bulatkan ke bawah menjadi Rp 270 juta, lebih rendah Rp 40 jutaan(!) dari harga baru. (btw apakah Innova setahun sudah terdepresiasi 10%? Bahkan kurang dari itu. Fortuner setahun tentu bisa lebih mahal daripada Rp 270 juta, kan?)

Jika setelah satu tahun kedua mobil itu dijual, Option B bahkan akan bernilai lebih besar dari Option A sebesar Rp 10-15 jutaan, walaupun aku sudah melakukan mark-up pada Option A dan mark-down pada Option B.

Selain itu, ada nilai tambah yang dinikmati Mr. Observer : selama setahun itu menikmati mobil model terbaru yang bisa dipakai multi-fungsi (business and pleasure).

Jadi menurutku secara financial pun, membeli Fortuner sekarang dengan menjual Serena, adalah pilihan yang financially justifiable.

For the record, aku lebih memilih Serena daripada Fortuner, tapi itu karena aku tidak begitu suka Fortuner. Untuk yang suka, Fortuner is a smart buy, smarter than a Serena. There's nothing wrong, financially, in getting it. After all, it will depreciate less than a Serena.

:)
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Ternyata Mr. Villanova_7th juga memiliki logika yang sama denganku.

Dari simulasi Mr. Villanova, setahun kemudian Serena 2004 akan bernilai Rp 170 juta dan Fortuner 2005 = Rp 275 juta, berarti perbedaannya akan menjadi Rp 105 juta, naik Rp 10 juta dari Rp 95 juta, untuk upgrade Serena ke Fortuner.

Angka ini sama persis dengan simulasiku : Serena 2004 = Rp 165 juta (marked up), Fortuner 2005 = Rp 270 juta (marked down). Rp 270 - 165 = Rp 105 juta.

Malah jika harga Fortuner naik Rp 15 jutaan (rata2 dr Rp 10-20 juta) menjadi Rp 310 juta, harga Fortuner bekas satu tahun rasanya akan lebih tinggi dari Rp 270-275 juta. Katakanlah Rp 280-285 juta. Dibandingkan Serena CT 2004 yang Rp 165-170 juta sudah berbeda Rp 115 jutaan.

Mr. Villanova_7th and me agree on one thing : semakin lama akan semakin mahal untuk upgrade Serena ke Fortuner, now is the best time, especially as you have the MSRP price for it.

Mr. Observer, jika Anda kuatir Fortuner akan boros bensin, dan mempertimbangkan bahwa Fortuner D4Diesel akan tersedia (dengan sudah tersedianya PertaDEX), my recommendation to you :

First, do a research about the Fortuner D4D's fuel consumption, and if you find it satisfactorily better than the petrol version, get your ordered Fortuner, wait until its price is raised, then sell it for a fat chunk of profit, and get in the waiting list (no.1 again!) for the 4X2, 3.0L D4D version.

343 Nm of torque. You'd be a happy big guy in a big SUV. :)

A man says, "My car represents 10% of my net worth, but it gives me 50% of the fun in my life. I'd say it's a pretty good return on investment." :wink:
User avatar
observer
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 873
Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03

Post by observer »

Wah, banyak sekali asumsi dan rumusan, kayak masuk ke bangku kuliah lagi aja!! :shock:

Mr. Szli's suggestion to test drive is a good one. Memang saya sudah rencana mau ajak seluruh keluarga untuk test drive pada tgl 3 Sep. :)

Well, teman2 sudah buat asumsi depresiasi untuk ke-2 mobil 1 tahun ke depan, dan kelihatannya tukar tambah ke Fortuner akan lebih menguntungkan.

Tapi bagaimana kalau 5 tahun ke depan?? Apakah depresiasi Serena lebih besar (dari 200juta)?? Ataukah Fortuner (dari 300juta - ada tambahan 5 juta untuk ganti jok kulit)???

Sepertinya pria beli mobil masih lebih banyak pakai perhitungan ya. Lain kalau wanita. Sepertinya pakai emosi saja, pokoknya suka atau tidak suka, jarang pakai hitung hitungan seperti kita. Bagaimana menurut teman2??

Car is 10% of my net worth but 50% of life's pleasure??? :D :D :D
So where does that leave the wife and kids, Mr. Detective???
aidan
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 259
Joined: Sun Jul 17, 2005 11:00
Location: Jakarta

Post by aidan »

conan wrote:.. dikali tiga menjadi Rp 2.700. Ditambah dua keping Rp 100 yang diberikan ke si pengemis maka menjadi Rp 2.700 + 200 = Rp 2.900.

Mereka bingung, yang Rp 100 lagi hilang kemana? :mrgreen: :mrgreen:
Kemana ya..? Bung Conan apanih jawabannya.. saya penasaran..
aidan
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 259
Joined: Sun Jul 17, 2005 11:00
Location: Jakarta

Post by aidan »

conan wrote:...

Ketika berjalan pulang, mereka menghitung pengeluaran mereka pada hari itu. Masing-masing mengeluarkan Rp 1.000 dan mendapat kembalian Rp 100, maka pengeluaran total mereka masing2 adalah Rp 900. Setelah dikali tiga menjadi Rp 2.700. Ditambah dua keping Rp 100 yang diberikan ke si pengemis maka menjadi Rp 2.700 + 200 = Rp 2.900.

Mereka bingung, yang Rp 100 lagi hilang kemana? :mrgreen: :mrgreen:
Ah saya tau, harusnya kan pengeluaran mereka Rp 900 x 3 = Rp 2,700. Dibeliin barang Rp 2,500 jadi sisa Rp 200 yang dikasih ke pengemis kan. Klop.

:D :D
aidan
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 259
Joined: Sun Jul 17, 2005 11:00
Location: Jakarta

Post by aidan »

observer wrote: Sepertinya pria beli mobil masih lebih banyak pakai perhitungan ya. Lain kalau wanita. Sepertinya pakai emosi saja, pokoknya suka atau tidak suka, jarang pakai hitung hitungan seperti kita. Bagaimana menurut teman2??
Wah kebalikan tuh pak obs sama saya. Emosi mungkin bukan pilihan kata yang tepat, cuman saya pilih mobil ya berdasarkan saya suka atau nggak, kalo saya suka dan ada dana yang cukup saya beli.. BMW X5 saya suka banget, cuman dana nggak ada.. ya udah nggak beli hehehe..

Istri saya malah itung-itungan banget.. mulai dari depresiasi, harga bbm, etc. kadang saya pikir dia beli mobil itu belum tentu mobil yang dia suka, cuman ya itu, harga stabil dan irit bbm.
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

aidan wrote:Ah saya tau, harusnya kan pengeluaran mereka Rp 900 x 3 = Rp 2,700. Dibeliin barang Rp 2,500 jadi sisa Rp 200 yang dikasih ke pengemis kan. Klop.

:D :D
Jackpot. :mrgreen:
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

observer wrote:Sepertinya pria beli mobil masih lebih banyak pakai perhitungan ya. Lain kalau wanita. Sepertinya pakai emosi saja, pokoknya suka atau tidak suka, jarang pakai hitung hitungan seperti kita. Bagaimana menurut teman2??
Betul, tapi itu biasanya wanita yang tidak memiliki income sendiri, kurang mengerti the value of money (baca : susahnya cari duit). Kalau wanita yang mengerti, biasanya lebih perhitungan, seperti pria.
observer wrote: Car is 10% of my net worth but 50% of life's pleasure??? :D :D :D
So where does that leave the wife and kids, Mr. Detective???
Quoted it from a Ferrari owners' forum, Mr. Observer. What wife and kids?? :mrgreen:
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

OK. Cuman kalau saya bilang, the Fortuner is no Kijang. Kijang resale value bagus soalnya harga dasarnya murah, tapi paling penting, running costnya juga murah. Cuman 2000 cc, pakai premium, boros, tapi ngak gila banget.

Fortuner ? Sudah hampir 300 juta, 2700 cc's BBM consumsi. I really don't know how the hell will someone pay only 15 juta less than new for something yang hampir 300 juta. Jangan lupa guys, harga Fortuner itu hampir DUA kali lipat an Innova G M/T ! If Innova say turun 10-15 juta a year, how in the hell can the Fortuner depreciate the same amt if harganya saja hampir dua kali lipat ?

Dan jangan lupa. Just because she is a Toyota does not automatically guarantee super depreciation. Don't believe me ? Simple. Cari saja Toyota Corolla Altis bekas yang sudah berumur. Hitung sendiri. Can U get 15 juta a year ? Altis kan harganya hampir 300 juta juga.

Also consider the CRV / X-Trail. These 2 popular SUV's bahkan sebelum Fortuner ada kabar juga mana pernah turun 15 juta setahun saja ? I never hear of such a thing.

Come on guys. Serious. Masa rela beli Fortuner BEKAS 1 tahun dengan cuman selisih 15 juta ? Kalau beli APV / Avanza dengan selisih 10 juta pun masih OK, soalnya base pricenya murah. For an almost 300 juta car ? Yang benar nih ?

Do U know what happens if U buy a 300 juta car bekas yang ada problem ? And U only have 15 juta to guard against all these risks of mobil bekas ?

Coba. find me a car di pasar Indonesia, dari dulu sampai sekarang, yang harganya hampir 300 juta dan tahun pertama saja depreciasinya cuman 15 juta ?

Mr. Obs. I am not against U buying Fortuner if U like her. Toh I have a lot of respect for her too. Cuman just want to remind U, not to expect Kijang like depreciation for a car yang hampir 2X lipat Innova. Think abt that.

Innova 160 juta - 15 juta first year.

Fortuner 295 juta - also 15 juta first year.

Does this make sense ?

Look at the past history of the CRV and X-Trail and U will get some idea. Maybe slightly better, but not much. Jangan lupa, dulu Honda is also a popular brand, also X-Trail jadi popular last year. What are their depreciation curves ?

Be realistic. A new Toyota is a good car. But a USED Toyota still contains many questions like any other used car.

After yr 3 September test drive, tell us what yr wife and kids think. If U still want the Fortuner because yr family suka banget. Its fine with me. Toh from yr purchase, maybe abt Rp200 rupiah in net profit masuk kantong saya kok :)

I am an Astra shareholder remember ?
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

And U guys say c24 akan cepat turun ke 140 juta dari 242 juta.

Nah sekarang I ask U, c23, yang lebih jelek dari c24 saja, hampir 10 tahun masih bisa di 75-90 juta. Thats almost 10 years. How in the hell can the c24 reach 140 juta in only 3 years ? !!

I remember the c23 launch saat krismon, juga 200 juta lebih. Dan kurs juga sekitar 10,000an kalau ngak salah.

Let me tell U. A car depreciates the most in the first 1-3 years perhaps. After that, the depreciation slows dramatically. Why ? Soalnya sudah harga jadi terjangkau untuk banyak orang, demand will rise and help shore up the price.

If Ur calculations are correct then the c24 will become free very quickly dong : 242-200-167-138-115-95-79-66-54-45-37. Jadi 37 juta in 10 years.

Thats 10 years. Nah, kok c23 9-10 years masih bisa di 80 jutaan ? c24 is MILES better than the c23.

The curve is not linear. My guess is, saat harga c24 turun ke say 180-170 jutaan, that price will become VERY attractive for a large roomy minivan only 2 years old. More people will " rebut " this car. Causing the depreciation to slow.

Thats is why the Kijang has good resale value. At used (or new) prices of 150-200 juta, almost any TOM , DICK and HARRY can afford to buy.

For cars above 200 juta, sudah ngak terlalu affordable for many people. That is why many cars above 200 juta, apalagi 250-300 juta, pasti depreciasinya lebih besar. It has to, to attract people looking for a used car at more affordable price.

Misalnya, mana mungkin Fortuner cuman turun 15 juta ? Pasti banyak orang pikirannya jadi, wah, cuman beda 15 juta, MENDING BELI YANG BARU DONG !

One more thing. I bought my used Hyundai Santa Fe for abt 190 juta. After I year, I still can sell her for abt 150 juta. Now thats a Hyundai yang paling tidak popular. Hampir seperti Carnival, ngak ada orang yang mau.

Apakah nasip c24 akan mirip Santa Fe ini ? Of course not. A Nissan, apalagi se-lega Serena pasti lebih popular banding a Hyundai.

Also I sold my 4 year old Galant in 2002 for abt 180 juta. From 300-180 juta in 4 years. Thats not a bad depreciation for a Mitsubishi.

Apakah c24 akan turun dari 242 juta to 140 juta in 3 years ? Apakah c24 lebih TIDAK popular banding Galant Hiu itu ?

Saya sudah experienced buy / sell quite a number of non-Toyota cars. And I tell U, even if they are not Toyotas, their depreciation surves are not as BAD as U guys make the c24 to be.

And don't forget. A Nissan nowadays ngak seperti dulu. The X-Trail saja resale valuenya bisa lebih OK dari CRV, made by very popular Honda brand.
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

szli wrote:And U guys say c24 akan cepat turun ke 140 juta dari 242 juta.

Nah sekarang I ask U, c23, yang lebih jelek dari c24 saja, hampir 10 tahun masih bisa di 75-90 juta. Thats almost 10 years. How in the hell can the c24 reach 140 juta in only 3 years ? !!
Masalahnya tuch Pak, Serena sudah kalah model, dan terus terang saja barang kalah model itu nasibnya di market sama dengan tawanan perang, orang kalau nawar bisa seenak udel-nya.

Yang jelas pakai model perhitungan apa pun, setelah tiga tahun tidak mungkin Serena bekas harganya cuma selisih sedikit dengan Innova G baru (secara present value)
Coba pilih mana mobil baru atau mobil yang kalah model dan telah berumur tiga tahun ?

Kalau nurut saya, harga Serena baru itu memang kemahalan dibanding Innova dengan fungsi yang tidak jauh beda. Innova G harganya 172.5 juta, harusnya Serena lebih tinggi paling Rp. 40 juta saja
Bukti lain, baru-baru ini di Kompas ada yang iklan Lafesta, model gress, cuma 250 juta, belum ditawar lagi
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

szli wrote:Kijang resale value bagus soalnya harga dasarnya murah
Kijang kapsul, murah? Yang benar saja, bung Szli! Apa Anda tidak ingat, dulu Anda sendiri yang sering mengatakan bahwa Kijang itu kemahalan untuk harga segitu?? Aku saja sebagai seorang pemilik kapsul, 100% berpendapat bahwa Kijang kapsul itu mahal! Innova saja lebih murah, padahal segalanya lebih bagus!
szli wrote:Fortuner ? Sudah hampir 300 juta, 2700 cc's BBM consumsi. I really don't know how the hell will someone pay only 15 juta less than new for something yang hampir 300 juta. Jangan lupa guys, harga Fortuner itu hampir DUA kali lipat an Innova G M/T ! If Innova say turun 10-15 juta a year, how in the hell can the Fortuner depreciate the same amt if harganya saja hampir dua kali lipat ?

Dan jangan lupa. Just because she is a Toyota does not automatically guarantee super depreciation. Don't believe me ? Simple. Cari saja Toyota Corolla Altis bekas yang sudah berumur. Hitung sendiri. Can U get 15 juta a year ? Altis kan harganya hampir 300 juta juga.

Also consider the CRV / X-Trail. These 2 popular SUV's bahkan sebelum Fortuner ada kabar juga mana pernah turun 15 juta setahun saja ? I never hear of such a thing.

Come on guys. Serious. Masa rela beli Fortuner BEKAS 1 tahun dengan cuman selisih 15 juta ? Kalau beli APV / Avanza dengan selisih 10 juta pun masih OK, soalnya base pricenya murah. For an almost 300 juta car ? Yang benar nih ?

Do U know what happens if U buy a 300 juta car bekas yang ada problem ? And U only have 15 juta to guard against all these risks of mobil bekas ?

Coba. find me a car di pasar Indonesia, dari dulu sampai sekarang, yang harganya hampir 300 juta dan tahun pertama saja depreciasinya cuman 15 juta ?
Fortuner yang harganya Rp 295 juta ada kemungkinan menjadi yang pertama.
Bung Szli, Anda ini apakah lupa, bahwa tidak lama lagi harga semua mobil2 baru akan naik karena PPN-BM yang baru?? Bukankah Anda sendiri yang menyebut Fortuner termasuk mobil 1500-3000cc, yang akan terkena kenaikan PPN-Bm paling besar?? Anda ingat tidak??

Dan jangan lupa, inden untuk Fortuner sangat panjang, sudah ribuan, sementara jatah untuk pasar Indo hanya 500 unit sebulan! Kasus Avanza dan Innova akan terulang, di mana showroom menawarkan harga unit baru tanpa inden dengan harga yang didongkrak dibanding harga resmi. Bahkan pada masa2 awal peluncurannya, bukankah ada unit bekas Avanza atau Innova yang dijual dengan harga sama atau bahkan lebih mahal daripada harga barunya, dan tetap saja ada yang beli?? 'The greater fool theory', remember?

Jika harga Fortuner naik dari Rp 295 juta menjadi katakanlah Rp 310 juta, lalu terdepresiasi Rp 30 juta, harganya masih Rp 280 juta.
Dari sinilah asumsi depresiasi Fortuner yang 'hanya Rp 15 juta'.
Mr. Observer di daftar inden menempati posisi no 1. Jika dia bisa mendapat unit Fortuner dengan harga lama yang Rp 295 juta, bukankah ini adalah kesempatan baik??

Tentang Serena. Memang betul harga mobil bekas akan relatif stabil pada tahun kesekian, tapi yang jelas tidak pada tahun ketiga! Biasanya setelah 10 tahunan, contohnya seperti Great corolla, Honda Genio dan Serena C23 sendiri.
Serena C24 akan terdepresiasi cukup banyak pada 3 tahun pertamanya. Kita lihat city cars seperti Atoz dan Karimun saja, yang bekasnya banyak dicari orang karena irit bensin, terdepresiasi 40 persenan dalam 3 tahun. Sekarang bekasnya Rp 60 jutaan, barunya Rp 100 jutaan.
Dan adalah fakta bahwa Serena Comfort Touring berusia setahun sekarang harga bekasnya sudah turun Rp 40 jutaan, dan Serena HS turun Rp 50 jutaan. Anda boleh mengatakan bahwa orang yang menjual Serenanya dan hilang Rp 40-50 juta adalah orang bodoh, tapi Anda tidak bisa merubah kenyataan bahwa C24 sudah bermunculan di iklan mobil dijual, dan bahwa harga pasar yang terjadi antara penjual dan pembeli memang berkisar segitu.
Dan pasti ada juga yang menjual Serenanya untuk upgrade juga ke Fortuner seperti yang sedang dipertimbangkan Mr. Observer.

Serena CT dan HS turun Rp 40-50 juta, dalam persentase adalah 15-17%. Rasanya wajar saja. Dalam 3 tahun terdepresiasi 40% juga wajar saja, mobil2 lain juga begitu. Setelah 6-7 tahun mungkin akan 'mentok' di Rp 100 jutaan.

Btw, apakah Anda melihat daftar inden untuk Altis sepanjang Fortuner? Not even close. Apakah ini tidak menjelaskan mengapa harga bekas Fortuner, dan juga Innova, atau Avanza (keluarga U-IMV dan IMV) lebih kuat dari model2 lain, termasuk mobil2 Toyota sendiri? Bukankah ini juga alasan Anda membeli saham Astra?

:)
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

TomS wrote: Masalahnya tuch Pak, Serena sudah kalah model, dan terus terang saja barang kalah model itu nasibnya di market sama dengan tawanan perang, orang kalau nawar bisa seenak udel-nya.

Yang jelas pakai model perhitungan apa pun, setelah tiga tahun tidak mungkin Serena bekas harganya cuma selisih sedikit dengan Innova G baru (secara present value)
Coba pilih mana mobil baru atau mobil yang kalah model dan telah berumur tiga tahun ?
Good point. Jika Serena CT hanya terdepresiasi 30% dalam 3 tahun, berarti masih Rp 160 jutaan, sedangkan Innova G baru Rp 165-170 jutaan, apakah ada orang yang mau beli? Harga Serena setelah 3 tahun akan lebih rendah dari itu. Depresiasi 40% baru wajar.
Honda CRV model lama tahun 2002 saja sekarang hanya Rp 160 jutaan, ingat bahwa CRV baru lebih mahal daripada Serena, brand Honda lebih kuat daripada Nissan, dan populasi CRV lebih banyak daripada Serena. Harga CRV lama hancur karena hanya beda 1-2 tahun sudah bisa dapat unit bekas CRV model baru. Hal sama akan terjadi pada C24 ketika C25 diluncurkan 1-2 tahun lagi.
TomS wrote:Bukti lain, baru-baru ini di Kompas ada yang iklan Lafesta, model gress, cuma 250 juta, belum ditawar lagi
Aku juga lihat, dan iklannya juga sudah berkali-kali. Entah belum ada yang laku atau showroom itu punya banyak sekali unit Lafesta. Harga Rp 250 juta itu sangat menarik! Mesin baru MR20DE dan X-Tronic CVT, lebif irit 30% dari Serena. Hmm...
User avatar
jeremyray
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 475
Joined: Sun Jul 10, 2005 16:36
Location: Cideng

Post by jeremyray »

Saya lihat di web nissan lafesta termasuk lux juga dalemnya dengan panoramic roof kaya 307 SW, tapi harganya 250 juta? Baru apa bekas itu yah?
Image
User avatar
observer
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 873
Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03

Post by observer »

Hey guys, I don't know whether I did a clever or a stupid thing today. :?

Serenaku sudah dilepas pada harga 195juta, langsung ke pemakai.

Setelah saya deal harga, baru dari radio terdengar bahwa dolar sudah 10.200. Eh, sepertinya minggu2 lalu masih 9.700an, kok tiba tiba terjun bebas ya??

Mungkin Mr. Szli akan berkata: "kok rela rugi segitu???" Saya sendiripun juga bingung. Terus terang, dengan sentimen pasar sekarang, saya bahkan pikir Fortunerku mau dilepas juga. Somehow I think, cash is king now (tentunya any cash kecuali rupiah).

Teman2, jadi agak menyimpang sedikit. Sentimen pasar sekarang kan lagi buruk banget. IHSG turun terus, rupiah terjun bebas, cadangan devisa menyusut, bunga SBI naik tajam, dan masalah BBM yang mengakibatkan segala ketidakpastian bisnis masih belum ada solusi. Katakanlah harga BBM (premium & solar) baru akan dinaikkan Jan 2006, berarti sentimen pasar akan jelek terus sepanjang tahun ini, ya gak? Jangan jangan sampai akhir tahun rupiah sudah 12.000???

Bagaimana menurut teman2 (sorry agak menyimpang nih)??
hdrw
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 433
Joined: Sat Aug 21, 2004 19:46

Post by hdrw »

observer wrote:Hey guys, I don't know whether I did a clever or a stupid thing today. :?

Serenaku sudah dilepas pada harga 195juta, langsung ke pemakai.

Setelah saya deal harga, baru dari radio terdengar bahwa dolar sudah 10.200. Eh, sepertinya minggu2 lalu masih 9.700an, kok tiba tiba terjun bebas ya??

Mungkin Mr. Szli akan berkata: "kok rela rugi segitu???" Saya sendiripun juga bingung. Terus terang, dengan sentimen pasar sekarang, saya bahkan pikir Fortunerku mau dilepas juga. Somehow I think, cash is king now (tentunya any cash kecuali rupiah).
Sudah bagus tuh pak bisa jual segitu, belum lagi dia harus bayar pajak kendaraan 1 tahun + biaya balik nama.
Denger2 upping pricenya Fortuner bisa 15 juta, sangat menguntungkan orang yang indent no.1 seperti bung Obs
observer wrote:Teman2, jadi agak menyimpang sedikit. Sentimen pasar sekarang kan lagi buruk banget. IHSG turun terus, rupiah terjun bebas, cadangan devisa menyusut, bunga SBI naik tajam, dan masalah BBM yang mengakibatkan segala ketidakpastian bisnis masih belum ada solusi. Katakanlah harga BBM (premium & solar) baru akan dinaikkan Jan 2006, berarti sentimen pasar akan jelek terus sepanjang tahun ini, ya gak? Jangan jangan sampai akhir tahun rupiah sudah 12.000???
Bagaimana menurut teman2 (sorry agak menyimpang nih)??
Kalau memang sering import sebaiknya memang buat stock Dollar pak.
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

observer wrote:Serenaku sudah dilepas pada harga 195juta, langsung ke pemakai.
You see, Mr. Szli? Ini adalah harga pasar, keseimbangan antara penjual dan pembeli. Tidak bisa disangkal lagi.
observer wrote:Setelah saya deal harga, baru dari radio terdengar bahwa dolar sudah 10.200. Eh, sepertinya minggu2 lalu masih 9.700an, kok tiba tiba terjun bebas ya??
Where have you been, Mr. Observer? Tidak tiba2 koq, sudah beberapa waktu...pertama menembus Rp 9900 lalu turun lagi, dan Jumat lalu ditutup menembus Rp 10.000.

Memang dollar menguat (karena menariknya suku bunga Federal Reserve dan meningkatnya kebutuhan untuk membeli minyak mentah yang selain harganya tinggi, juga dijual dalam dollar, at least by the OPEC countries) tapi rupiah tidak seharusnya terdepresiasi sebesar itu. Anda bisa lihat bahwa mata uang lain seperti dollar Singapore juga melemah terhadap dollar, tapi tidak sebesar rupiah. Rupiah terhadap dollar Sing melemah dari Rp 5800an bulan lalu menjadi Rp 6100an minggu ini.

Melemahnya rupiah selain disebabkan karena turunnya level kepercayaan akibat defisit APBN (akibat subsidi BBM yg membengkak), menurutku lebih disebabkan karena banyaknya pelaku pasar yang memegang dollar ingin mengambil short term profit. Mengapa aksi mereka bisa menggoyang rupiah sedemikian dashyat, karena lemahnya fundamental ekonomi Indonesia saat ini. Banyak modal asing yang masuk bukan menjadi investasi riil, tapi hanya masuk ke pasar modal (tetap berupa liquid money). Aneh bukan, ketika sektor riil terpuruk, perbankan malah mencetak rekor keuntungan dan IHSG malah meroket. Kini terjadi perpindahan dana dari saham ke dollar, makanya IHSG turun drastis dan rupiah terus melemah.

Dan yang tidak membantu adalah sentimen pasar yang menganggap angka 10.000 seperti batas yang memiliki arti penting tertentu.
Beda antara Rp 9.900 dan Rp 10.100 adalah Rp 200, sebenarnya sama saja dengan perbedaan antara Rp 9.300 dan 9.500, atau antara Rp 10.200 dan Rp 10.400.
Akibatnya tiba2 semua orang memborong dollar, dan rupiah makin melemah.

Mr. Observer, kalau Anda ingin mengambil untung short term, mungkin bisa karena menurutku rupiah masih akan melemah sedikit lagi, tapi lalu akan rebound sedikit (mungkin tidak sekuat awal tahun ini, misalnya).

Tapi jika Anda berpikiran long term, I'd recommend you the Euro, Singapore or Australian dollar, over the USA dollar.
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

jeremyray wrote:Saya lihat di web nissan lafesta termasuk lux juga dalemnya dengan panoramic roof kaya 307 SW, tapi harganya 250 juta? Baru apa bekas itu yah?
Baru lho Pak! Tapi depresiasinya juga akan cukup besar. Mengenai spare parts dan maintenance tidak perlu kuatir, karena mesin dan transmisinya sama dengan Serena C25 yang eventually akan diluncurkan Nissan Motor Indonesia. :)
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

conan wrote:
TomS wrote:Bukti lain, baru-baru ini di Kompas ada yang iklan Lafesta, model gress, cuma 250 juta, belum ditawar lagi
Aku juga lihat, dan iklannya juga sudah berkali-kali. Entah belum ada yang laku atau showroom itu punya banyak sekali unit Lafesta. Harga Rp 250 juta itu sangat menarik! Mesin baru MR20DE dan X-Tronic CVT, lebif irit 30% dari Serena. Hmm...
Pak Conan, sebenarnya sudah sekitar 3 bulanan, sebelum Gaikindo berlangsung ekonomi sudah melemah pertumbuhannya.
Pelemahan ekonomi itu sangat berasa sekali di penjualan otomotif.

Harga mobil bekas ancur-ancuran, harga mobil baru main discount gede-gedean.
Lihat saja buktinya di Kemayoran dan Gading, dealer dealer ATPM dan dealer mobil paralel importer.

Di Kemayoran, pedagang mobil bekasnya banyak yang mengalami rugi dan konsekuensinya mereka hanya mau beli merk mobil yang benar-benar kuat saja atau akan ngawur harganya jika merk-nya gak familiar.
Contoh saja, saya ada teman yang mau jual Infinity, pedagangnya gak mau beli dan disuruh nitip saja ke dia, apa gak edan :)

Banyak juga di antara mereka yang beralih profesi menjadi dealer tidak resmi Toyota. Untung kecil tapi lebih safety, syukur-syukur kalau dapat ceperan refund insurance dari pembeli yang leasing

Dealer paralel importer juga lesu darah, akibat market tipis dan margin kurus bahkan bisa rugi akibat tempur dengan importir lainnya.
Dan banyak juga yang diam-daim juga jalanin Avanza - Innova, yang bagi mereka sebelumnya tidak pernah terjadi.
Kalau gak percaya coba iseng-iseng tanya ke William yang di Gading atau Ivans apakah mereka ada Avanza - Innova ?
Kasus Lafesta dijual Rp. 250 juta terjadi akibat iklim makro yang kurang kondusif dan importirnya coba-coba mengangkat merk baru yang belum jelas pasarnya, nyangkut deh itu barang.

Dealer-dealer resmi seperti Hyundai, Kia pun banyak yang secara tidak resmi jualan Innova akibat lesunya penjualan mereka.
Dealer BMW dan Mercy perang discount habis-habisan sampai berdarah-darah, bahkan standard dealer yang harusnya keuntungan dealer sering dibagikan ke konsumen akhir.

Bahkan sekarang Honda pun sudah main discount untuk mempertahankan tingkat penjualan mereka.
Sebagai contoh kalau kita beli City, discount bisa sampai 6.5 juta masih tambah bonus monitor yang ada dvd-nya
Beli jazz idsi bisa discount Rp. 3.5 juta, Jazz VTEC bisa discount Rp. 2.5 juta.

Sampai detik ini yang masih jalan dengan benar adalah penjualan Toyota, yang dibantu dengan jaringan pemasaran tidak resminya yang makin hari justru makin menggurita kekuatannya, di mana masih membukukan profit, sehingga memberikan win win solution bagi semua pihak, everyone happy :)
Toyota itu berkah bagi banyak orang :D

Pasar yang lesu gini terus terang saja pasti ada efeknya ke penjualan Fortuner, saya tidak heran kalau terjadi banyak cancell SPK kalau kondisi ini berlarut-larut, lihat saja dollar yang sudah tembus ke ceban
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Berita yang menarik, Mr. TomS.

Sebenarnya angka penjualan otomotif yang digembor2kan memecahkan rekor etc, berkat terdorong laku keras luar biasanya mobil2 yang relatif murah seperti Avanza/Xenia, Innova dan Jazz. Bergesernya segmen penjualan dari model2 yang lebih mahal ke model2 yg lebih murah sebenarnya menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat.

Bahasa gampangnya dulunya pakai Accord, kini City. Dulu Civic, kini Jazz. Dulu BMW, kini Innova.
User avatar
observer
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 873
Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03

Post by observer »

Apa separah itu?? Dengar ceritanya Mr. TomS cukup seram juga ya kalau jadi pedagang mobil. Apalagi sekarang kalau ngak salah semua mobil 2nd harus dibalik nama, bisa2 orang2 tambah cenderung beli mobil baru dari pada 2nd, ya gak?

Mr. hdrw, saya bukan bisnis importir, jadi dolar mau naik sampai berapa juga ngak masalah. Tapi saya tetap harus concern, karena dengan melemahnya rupiah saja, harga2 sudah mulai naik. Apalagi nanti harga BBM naik, wah bisa meledak itu harga!!! Jangan2 bukan harga aja yang meledak, kondisi ekonomi/sosial/politik juga meledak semua.... :(

Siapa tahu kalau sejak dulu pemerintah menyesuaikan harga BBM dengan harga pasar secara bulanan, mungkin sekarang rupiah masih di 9.000 dan bunga SBI tidak perlu naik terlalu banyak...... :sleeping: mimpi :sleeping:

Hahaha, jadi OOT banget deh.

Mr. Szli, anda masih gendong saham Astra ya? Emangnya target harga berapa?
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Wah, U did it Mr. Obs. At 195 juta. Tapi yah kalau negara lagi kacau (kemarin mati listrik lagi di rumah ayah), jangan bilang Serena, pasar untuk mobil di atas 200 juta ya pasti jadi lesu.

Mr. TomS, tolong jangan bilang mobil ku seperti tahanan perang. Dia tidak berbuat salah. Masa seperti prisoner ? Who's prisoner, Toyota's or yrs ? It makes me feel bad U know ? Tapi ya saya sudah makin terbiasa.

As for why Innova seems to be the only thing that works, I tell U why. Sudah berapa kali saya bilang, its not just because of the Toyota name ONLY, its only the simple fact that jika anda pelajarin product line-up semua ATPM di Indonesia, ATPM yang lain lagi "don't get it" semua, kecuali Nissan yang mulai sadar dan lagi siapkan AUVnya.

Apa artinya saya ? Ya memang, dengan badan segede Innova, dialah yang paling MURAH ! Iya kan ? Paling terjangkau. Bayangkan. Yang G M/T seharga sedan mini ! Only 160+ juta ! Honda Stream is smaller and yet more expensive. Serena is of course in a different class already. Who else ?

So guys, Innova is doing well because no other ATPMs offer a similar sized car with similar price, YET. In terms of technology and space. Not the Kuda, not the Tavera. They are old tech models.

Of course lets see what happens if the AUV comes out in 2007. Or hopefully Honda wakes up and give us something cool later.

Lihat Honda Jazz. Dari dulu Honda jarang ada model yang bisa seperti mobil murah Toyota, bisa ribuan per bulan. Eh, keluar Jazz langsung bisa 3000-4000 ribu per bulan. Why ? Because of the LOW PRICE ! Ngak sampai 150 juta ! Cuman Jazz kalah ama Innova soalnya Innova is BIGGER ! Coba kalau Jazz segede Innova, dan harganya mirip. Lain urusannya. Demikian AUV.

Anyway, for those of U who still insist on paying 5% less for a used Innova, bacalah Kompas hari ini. Ada lagi kasus Innova ngak bisa di starter. Mogok. Harus di service total. Found out pompa bensinnya something wrong. Wah ! Kalau cuman noisy or what mendinggan. Mobil cuma hampir setahun dan cuman 16000 km pompa bensinnya rusak ?

Itu pemilik Innova seperti saya. Meskipun tell the World abt the Innova's problem akan merugikan sendiri nanti, tapi she loves the Truth more than anything else in the World. Dia tulis surat ke Kompas to alert all Innova owners, ngak cuman mau belain Toyota yang sudah bikin dia pusing. Atau belain resale mobilnya dia nanti.

May sound like she is stupid. Tapi saya ngerti. Like her, I love the TRUTH also. That the Innova is laku banget for reasons very obvious, not because Innova is GOD-like, and that anyother ATPMs can also do the same.

Now, unlike suspensions or etc yang bisa rusak gara gara drivernya kasar, pompa bensin itu kan ngak ada hubunggan langsung ama driver. A fuel pump is supposed to be a tried and tested technology, dan should last a long time. My Stream's fuel pump is still OK after 3 years and 40,000 km.

My suspicion is, Innova is cheap for a good reason. " Yi Fen Qian Yi Fen Huo " for those who knows Mandarin. " You get what U pay for ! " I think the fuel pumps are not the same quality as Toyota's fuel pumps in their Japanese domestic home market. Artinya, jangan harap component Innova sebagus di say Toyota Voxy / Wish etc.

I am not surprised kenapa Stream / Serena ngak rewel. Soalnya 2 mobil ini, no matter what, at least pernah di jual ke orang Jepang yang fanatic quality itu. Artinya Serena and Stream are once JDM models. Many of their components are CBU from Japan. Thats why they cost more than the Innova. So Mr. TomS, Serena is 242 juta for good reasons. And why that stupid biker tabrak belakang c24 saya cuman penyot 3 mm. She uses thick strong steel plates. Plat tebal !

Thats why dari dulu I think, Innova segede gitu cuman 160 jutaan ? What kind of stuff do U think they put inside ?

But well, saya tetap pegang saham Astra, soalnya orang Indo kan satu, fanatic ama nama, dua, maunya mobil besar dengan harga murah. Ya memang saat ini cuman Innova, tiada duanya memang.

I accumulate my Astra shares 1-2 years ago for an average price of abt 7-8000 / share. Sempat naik ke 13500, dan belakangan turun ke 10000+. But still make money. Good money !

Memang out of so many Innova's sold, pasti ada kasus. Tapi saya hanggap mobil tidak bisa di start itu a serious manufacturing fault, a serious quality defect. Coba kalau seorang bawa Innovanya ke tempat jauh, terus sudah malam jam 11:00 pm mau pulang, Innovanya ngak bisa di start. Apakah ngak bahaya dan pusing kepala ?

Ngak seperti cuman berisik atau getar. Sekarang cuman 1-3 kasus (yang di laporkan ke Kompas) dalam setahun. Memang it seems nothing. Hopefully ngak seperti flu burung yang akan makin nambah kasusnya. My feeling is, if there is already 2 cases in a year, pasti ada kasus lain yang ngak di laporkan, soalnya pemiliknya takut Innova namanya tergores.

If that happens, and the AUV is really cool, I guess it will be time to SELL my Astra shares. But I am still watching. Waiting.

Meanwhile guys, yang bilang mobilku seperti sampah tidak berguna, hati hati lah tiap pagi, atau di tempat jauh dan minimal bantuan. JANGAN sampai Innova anda mau di starter seperti orang habis makan obat tidur ke banyakan. NGAK MAU BANGUN ! Mobil itu ngak mau starter is the worst nightmare of all next to BMW's style kebakaran !

I sound harsh. Habis gimana. Mobil saya awet, enak, lega, safety featurenya complete, harga ngak beda jauh ama CRV. Di bilang kemahalan, jelek etc. Ngak ada yang mau, pice of [cencored] compared to the Innova. Of course I am pissed off.

As for Lafesta, memang cuman dia ? Nasip Toyota [cencored] (not Ist) juga sama. These 2 mirip designnya. Dengan harga 300 juta lebih, baris 3nya sempit, dan mobilnya kelihatan lebih kecil dari Stream. Who wants to buy ? Dan juga memang Lafesta dari dulu saya bilang, designnya kurang menarik banding c24 pun. She looks not too handsome.

If any ATPM people are reading this dan mau ambil kue Kijang, simple. Make a BIG sized MPV and price her at 150-200 juta. Pasti jalan ! Di jamin ! Kecuali ATPM yang dari dulu seperti Kia yang mobilnya terkenal sering rusak, they have a hardtime succeding.

Kalau Nissan, Suzuki, Honda, Mitsubishi, these 4 brands stand the most chance of success, soalnya they all make good, reliable cars. If the small Jazz can sell 3-4000 units a month even though far smaller than the Innova, coba jika Honda nanti rakit sebuah MPV segede Innova, baris tiganya lebih OK, harga mirip. Di jamin bisa ambil kue Toyota. Demikian the other 3 brands.

If Toyota is the only maker of good cars, then they will control 70% of every car market in the World. Buktinya tidak kan ? So Toyota owners, jangan sombong dulu.

Kalau Nissan, saya ada satu complaint memang. Kenapa sampai saat ini mobil yang di jual semuanya 200 juta keatas ? Tidak ada yang 100 jutaan, 150 jutaan. ? Pantesan volumenya ngak bisa besar. Well, but at least they are making the AUV. Better late than never.

And if the X-Trail at 250-270 juta bisa 700-800 a month, jika mereka lahirkan mobil seharga 100 juta, 160 juta, di jamin bisa ribuan per bulan juga.

Kadang orang sini pikir siapa yang jualan volumenya besar baru OK. Kalau gitu, apakah BMW / Mercy yang volumenya kecil tidak OK ? Of course not ! Don't confuse volume, sering lihat di jalan as high quality !
User avatar
edward
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1640
Joined: Sat Mar 20, 2004 17:59
Location: in the globe

Post by edward »

Hm diskusi ini makin menarik aja nih.
Biarpun agak menyimpang dr tread starter tapi masih ada hubungannya dg fortuner dan masa depannya.

mr.obs menurut hemat saya sih dg situasi dolar yg sedang tinggi(mestinya) harga jual mobilnya jg lbh tinggi tuh.
Tapi bisa jadi mobil dg harga 'psikologis' diangka 200juta,bukanlah mobil murahan(I mean: not everybody car) yg mana mobilnya cukup liquid untuk dijual.Sayang juga yah sebenarnya kalo dilepas?
Mobil bagus,enak dan nyaman,berharga mahal(yet petinggi NMI masih suka berseloroh,bhw mereka telah memasang harga yg salah thd serena-baca:kemurahan!),trus pas njualnya pas harga dolar lagi melambung.Any how,kalo mmg pasarannya mgk segitu?I don't know also.

Ngomongin dolar,kalo IMHO sepertinya betul yg rekan2 katakan adalah akibat sentimen pasar yg negatip,krn isu kenaikan BBm,kelangkaan BBM,angka subsidi yg membengkak dll,yg pada akhirnya cukup ampuh menekan rupiah sampai ke angka psikologis di level 10.000 lebih.
Ironically,saya sebenarnya termasuk org yg gembira dg kenaikan dolar!


:wink:

tapi saya cukup berempati dg kesulitan yg dirasakan sebagian terbesar masyarakat indo yg sangat menderita dg kenaikan harga2.
Ironis mmg,negara kita yg sangat luas ini tentu masih byk tempat yg bisa di bor untuk menghasilkan minyak,tapi anehnya Pertamina selalu mengklaim rugi!Kenapa mereka tidak menggiatkan explorasi supaya ada tambahan sumur2 minyak yg baru?
Kan gila harga minyak dunia bisa sampai menembus $70 perbarel?

Dan herannya dg harga yg melambung gini,pemerintah kita malah makin kecekik?

Wah makin parah dah keadaan.

Avanza@2006>>>
Innova@2010>>>
EcoSport@2014 >>>
Black VRZ@2016