Inden Fortuner Capai 1000 unit !

Segala mobil tipe SUV (2WD/4WD). (Cherokee, Terios, Rush, dll).

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

aidan
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 259
Joined: Sun Jul 17, 2005 11:00
Location: Jakarta

Post by aidan »

Indonesia udah net importir minyak kalo nggak salah semenjak Maret 2004, dan di Mei 2005 Pertamina udah nggak punya duit (baca US$) untuk beli minyak guna kebutuhan dalam negri, yang sempat waktu itu jadi krisis minyak nasional. Dimana-mana US$ tertekan, di Indonesia US$ malah naik.

Semenjak itu rupiah mulai merosot dengan drastis. Benang merahnya jelas sekali, subsidi BBM bikin rupiah melemah.

Subsidi dihapus, seperti rekomendasinya IMF, menurut saya tidak tepat. Karna yang terkena dampak langsungnya adalah rakyat kecil, inflasi, sembako naik, etc. Subsidi tidak dihapus rupiah bakalan terus tertekan. Diluaran sudah ada yang prediksi crude oil akan mencapai US$ 90/barel di bulan Desember karena musim dingin. Bisa bayangkan dampaknya ke rupiah, mungkin bisa dikisaran Rp 15,000+/1 US$.

Dilematis pemerintah adalah nilai tukar rupiah atau harga BBM. Menurut saya yang akan dikorbankan adalah nilai tukar rupiah, seperti yang kejadian sekarang ini.

Nilai tukar melemah, yang protes paling hanya dunia usaha dan segelintir kalangan menengah keatas. Tapi kalo BBM naik, yang protes bisa 90% rakyat Indonesia. Jelas saja, lebih baik nilai rupiah dikorbankan.

Dengan murahnya nilai rupiah, seharusnya membuat negara kita "attractive" untuk lahan investasi. Tapi iklimnya harus dibenahi dulu, mau murah tapi bobrok juga nggak ada yang mau invest. Bayangkan dengan harga minyak yang tinggi, dan nilai rupiah yang murah masih banyak perusahaan minyak yang "enggan" untuk investasi di Indonesia untuk buka lahan baru.

Saran saya buat Bung Obs, langsung beli dollar hasil penjualan Serenanya, siapa tau pas Fortuner bung Obs dapat rupiah udah di Rp 13,000. Dan harga Fortuner yang tadinya sekitar US$ 31,000 cuman jadi sekitar US$ 22,600.

Dan kalo udah beli Fortuner jangan isi sama Premium .. hehehe..
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

szli wrote: So guys, Innova is doing well because no other ATPMs offer a similar sized car with similar price, YET. In terms of technology and space. Not the Kuda, not the Tavera. They are old tech models.

Of course lets see what happens if the AUV comes out in 2007. Or hopefully Honda wakes up and give us something cool later.
Moga2 Nissan bisa juga jual dengan harga murah, tidak seperti Serena sekarang yang kemahalan
Menurut saya Serena dan Innova itu secara fungsional tidak berbeda jauh di teknologi mesin dan feature. Mengenai bentuk itu masalah selera.
Kekurangan Innova ada di faktor safety (gak ada abs, airbag).
Beda harga Serena dan Innova Rp. 70 juta, perlengkapan buat safety dan reinforcement, semahal-mahalnya paling Rp. 40 juta, lalu ke mana yang Rp. 30 juta ??
szli wrote: Anyway, for those of U who still insist on paying 5% less for a used Innova, bacalah Kompas hari ini. Ada lagi kasus Innova ngak bisa di starter. Mogok. Harus di service total. Found out pompa bensinnya something wrong. Wah ! Kalau cuman noisy or what mendinggan. Mobil cuma hampir setahun dan cuman 16000 km pompa bensinnya rusak ?
Produksi puluhan ribu, ada defect satu dua unit wajar. Yang tidak wajar kalau pabrikannya tidak mau ganti.
Barusan saya baca Kontan edisi terbaru, kasus di APV juga sama di pompa bensin, dan mobil yang bermasalah katanya ratusan
szli wrote: My suspicion is, Innova is cheap for a good reason. " Yi Fen Qian Yi Fen Huo " for those who knows Mandarin. " You get what U pay for ! " I think the fuel pumps are not the same quality as Toyota's fuel pumps in their Japanese domestic home market. Artinya, jangan harap component Innova sebagus di say Toyota Voxy / Wish etc.

I am not surprised kenapa Stream / Serena ngak rewel. Soalnya 2 mobil ini, no matter what, at least pernah di jual ke orang Jepang yang fanatic quality itu. Artinya Serena and Stream are once JDM models. Many of their components are CBU from Japan. Thats why they cost more than the Innova. So Mr. TomS, Serena is 242 juta for good reasons. And why that stupid biker tabrak belakang c24 saya cuman penyot 3 mm. She uses thick strong steel plates. Plat tebal !

Thats why dari dulu I think, Innova segede gitu cuman 160 jutaan ? What kind of stuff do U think they put inside ?
Kijang lama saja tidak rewel, begitu juga Innova saya kira, mesin Toyota itu bandel.
Plat tebal apa gak itu gak ada hubungannya dengan safety, bikin boros bensin malah. Yang penting itu structure body, bahkan mobil modern banyak yang sudah gak pakai besi (kecuali tulang-tulangnya)
Bahkan Mercedes A Class yang lama ada pakai plastik di body samping yang dekat kap mesin

Mereka bisa jual murah karena manajemen dan teknologi produksinyanya relatif bagus, bebas KKN, yang ujung-ujungnya cost-nya murah.
szli wrote: But well, saya tetap pegang saham Astra, soalnya orang Indo kan satu, fanatic ama nama, dua, maunya mobil besar dengan harga murah. Ya memang saat ini cuman Innova, tiada duanya memang.

I accumulate my Astra shares 1-2 years ago for an average price of abt 7-8000 / share. Sempat naik ke 13500, dan belakangan turun ke 10000+. But still make money. Good money !
Beli saham Astra itu sudah benar Pak, karena manajemennya sehat.
Harusnya Bapak juga pakai produknya mereka, pasti gak akan kalah di depresiasi :D
Kalau Bapak pakai yang CT (bukan HS) terus dipakai dua tahun, perkiraan harganya berkisar jadi Rp. 150 juta, buat beli Innova G harus setor lagi.

Orang yang gak ngerti main saham akan bilang duit setan dimakan demit.
Jangan kesinggung loh Pak :D
szli wrote: I sound harsh. Habis gimana. Mobil saya awet, enak, lega, safety featurenya complete, harga ngak beda jauh ama CRV. Di bilang kemahalan, jelek etc. Ngak ada yang mau, pice of [cencored] compared to the Innova. Of course I am pissed off.
Loh bukannya kemarin kemarin banyak yang membandingkan Innova dengan Serena ? :D
szli wrote: As for Lafesta, memang cuman dia ? Nasip Toyota [cencored] (not Ist) juga sama. These 2 mirip designnya. Dengan harga 300 juta lebih, baris 3nya sempit, dan mobilnya kelihatan lebih kecil dari Stream. Who wants to buy ? Dan juga memang Lafesta dari dulu saya bilang, designnya kurang menarik banding c24 pun. She looks not too handsome.
Kalau ini masalah selera, Lafesta pakai roof kaca yang gede banget, mesin lebih modern, gearbox modern

Kalau mau ngomongin resale value Serena mending buka thread baru saja, gak enak jadi OT di topik ini.
Tapi takutnya makin digosok makin jadi kenyataan :D
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

TomS wrote:Moga2 Nissan bisa juga jual dengan harga murah, tidak seperti Serena sekarang yang kemahalan
Menurut saya Serena dan Innova itu secara fungsional tidak berbeda jauh di teknologi mesin dan feature. Mengenai bentuk itu masalah selera.
Kekurangan Innova ada di faktor safety (gak ada abs, airbag).
Beda harga Serena dan Innova Rp. 70 juta, perlengkapan buat safety dan reinforcement, semahal-mahalnya paling Rp. 40 juta, lalu ke mana yang Rp. 30 juta ??
Tidak, Mr. TomS, Anda harus mengerti bahwa perbedaan Innova dan Serena lebih daripada itu.
Serena adalah sebuah minivan. Minivan secara kasta masih di atas MPV. Anda lihat saja, Alphard di atas Previa, Honda Elysion di atas Odyssey, Toyota Noah/Voxy di atas Wish, Honda Stepwagon di atas Stream, dan Serena sendiri di atas Lafesta dan Presage.
Minivan lebih besar daripada MPV sekelasnya, dan perlengkapannya juga lebih banyak, maka wajar harganya lebih mahal.

Sedangkan Innova, bahkan sebenarnya belum bisa disebut sebuah MPV 100%. MPV seperti Honda Stream, Toyota Wish, Grandis, Odyssey, semuanya sudah front-wheel drive seperti sedan sekelasnya. Innova masih rear-wheel drive, masih memakai gardan. Jangan samakan RWD Innova ini dengan BMW, tapi samakan dengan minibus-minibus seperti Kijang Kapsul dan Isuzu Panther. Innova juga masih ladder chassis seperti Kijang, belum monocoque.

Innova = not a minibus, not yet an MPV.
Secara kasta, Serena > Stream > Innova. Ini baru fair.

Jadi wajar saja kalau harga Serena Comfort Touring masih di atas Innova type V. Jangan bandingkan dengan Innova G. Airbag dan ABS pada Innova G? Maybe in another lifetime.

Dan jika Anda bandingkan dengan pesaing langsung Serena yaitu Toyota Noah/Voxy yang masih CBU, harga Serena CKD is a bargain indeed. :)
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

aidan wrote:Saran saya buat Bung Obs, langsung beli dollar hasil penjualan Serenanya, siapa tau pas Fortuner bung Obs dapat rupiah udah di Rp 13,000. Dan harga Fortuner yang tadinya sekitar US$ 31,000 cuman jadi sekitar US$ 22,600.
Ahahahaha, tapi bung Aidan, Anda lupa ya bahwa Fortuner bukan buatan Indo tapi buatan Thailand. Jadi kalau Thailand Baht tidak melemah terhadap dollar seperti rupiah, harga Fortuner akan tetap sekitar US$ 31,000 atau pada kurs Rp 13.000 per dollar, sekitar Rp 400 jutaan.

But I don't expect anything like a Rp 13.000 dollar. It would be like Asian crisis part II, only this time Indonesia is alone, and we might not be able to recover from it again. Really. :x
aidan wrote:Dan kalo udah beli Fortuner jangan isi sama Premium .. hehehe..
100% agree, and don't worry, I know Mr. Observer will not. :)
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

conan wrote: Tidak, Mr. TomS, Anda harus mengerti bahwa perbedaan Innova dan Serena lebih daripada itu.
Serena adalah sebuah minivan. Minivan secara kasta masih di atas MPV. Anda lihat saja, Alphard di atas Previa, Honda Elysion di atas Odyssey, Toyota Noah/Voxy di atas Wish, Honda Stepwagon di atas Stream, dan Serena sendiri di atas Lafesta dan Presage.
Minivan lebih besar daripada MPV sekelasnya, dan perlengkapannya juga lebih banyak, maka wajar harganya lebih mahal.
Pak Conan, saya jauh hari sebenarnya sudah ngerti banget hal ini, tapi karena dulu-dulu banyak yang maksain perbandingan Innova dan Serena, termasuk juga majalah terkenal, saya jadi ikutan main gila sekarang :D
Semoga mereka semua pada nyadar akan blunder yang telah dilakukan
Atau bisa dibilang saya melakukan sarkasm sekarang :D
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

TomS wrote: Pak Conan, saya jauh hari sebenarnya sudah ngerti banget hal ini, tapi karena dulu-dulu banyak yang maksain perbandingan Innova dan Serena, termasuk juga majalah terkenal, saya jadi ikutan main gila sekarang :D
Semoga mereka semua pada nyadar akan blunder yang telah dilakukan
Atau bisa dibilang saya melakukan sarkasm sekarang :D
Hahahaha.. :o
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

conan wrote: Ahahahaha, tapi bung Aidan, Anda lupa ya bahwa Fortuner bukan buatan Indo tapi buatan Thailand. Jadi kalau Thailand Baht tidak melemah terhadap dollar seperti rupiah, harga Fortuner akan tetap sekitar US$ 31,000 atau pada kurs Rp 13.000 per dollar, sekitar Rp 400 jutaan.

But I don't expect anything like a Rp 13.000 dollar. It would be like Asian crisis part II, only this time Indonesia is alone, and we might not be able to recover from it again. Really. :x
Kalau sampai krisis kedua kali, mungkin sudah tidak ada lagi yang namanya Indonesia.
Aceh, Papua, dan yang lain-lain pasti bentuk negara sendiri dan yang lainnya ikutan nyusul

Penjualan otomotif pasti balik lagi ke angka di bawah 100.000 unit dan mungkin juga sudah tidak ada yang mencatat berapa yang sebenarnya dijual :)

Yang paling ngeri itu kalau yang ada punya duit lebih terus ikut2an main valas, terutama duit gede dari pengusaha yang usahanya macet dan nganggur, terus iseng-iseng ikutan gempur rupiah :(
Ada yang bilang ini kutukan minyak bumi, negara yg punya jadi terlena dan main foya-foya gak karuan
aidan
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 259
Joined: Sun Jul 17, 2005 11:00
Location: Jakarta

Post by aidan »

conan wrote: But I don't expect anything like a Rp 13.000 dollar. It would be like Asian crisis part II, only this time Indonesia is alone, and we might not be able to recover from it again. Really. :x
Memang, analisa saya terlalu ekstrim... hehehe.. namanya juga orang awam yang coba jadi pengamat ekonom... :mrgreen:

Cuman ada perbedaan mendasar dari krisis ekonomi 1 dan krisis sekarang. Yang pertama, krisis ekonomi satu lebih banyak unsur politisnya. Yang kedua, Indonesia masih eksportir minyak dan harga minyak sendiri belum segila sekarang.

Akibat krisis yang pertama sudah sangat jelas. Rupiah terdepresiasi sampai sekitar Rp 8500+/per 1 US$. Karna krisis I banyak unsur politisnya apabila secara politis kita stabil, ekonomi kembali akan menguat. Dan ini akan ditunujukkan dengan stabilnya dan/atau menguatnya nilai rupiah.

Tapi, ada faktor yang sepertinya diluar perkiraan dan kontrol pemerintah saat ini. Yaitu harga minyak dunia yang saat ini sudah mendekati US$ 70/barel.

Faktor lain yang juga diluar kontrol pemerintah adalah tingginya kebutuhan BBM dalam negri dan subsidi yang diberikan untuk menutupi kebutuhan itu.

Pemerintahan SBY sebenarnya sudah memprediksi penurunan nilai rupiah akan terjadi, ingat nggak beberapa bulan lalu kalau pemerintah mencanangkan gerakan hemat energi. Sampai keluar "inpres" segala, bayangkan pengehataman sudah harus di-instrusikan bukan lagi hanya sekedar himbauan. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh "subsidi" terhadap nilai rupuah dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan dan betapa "concern" nya SBY terhadap harga BBM.

Dari dua faktor diatas, tidak satupun yang menunjukkan tanda-tanda penurunan. Harga minyak akan terus naik hingga diprediksikan sampai US$ 90 saat musim dingin melanda belahan dunia utara, dan kebutuhan BBM dalam negri secara konstan akan tetap naik.

Kenapa negara-negara lain khususnya di Asia Tenggara tidak begitu terpengaruh, ya karna pemerintah mereka tidak harus mensubsidi sebesar pemerintah Indonesia.

Makanya Mr. Conan, jangan kaget kalo US$ nanti bisa mendekati angka 13,000-an atau lebih di akhir tahun. Karna trendnya sendiri tidak menunjukkan kebalikannya.

Kalau menurut saya, rupiah di level 13,000 tidak akan ada krisis sosial seperti halnya krisis yang pertama. Pertama karna tidak ada unsur politis yang mendasar. Kedua penurunan rupiah tidak segila krisis pertama. Ingat rupiah terdepresiasi dari Rp 2,000 an hingga Rp 15,000 an itu hampir 750%..!! Sekarang kalapun dari Rp 9.500 ke Rp 13,000 itu cuman 137%. Makanya yang koar-koar baru para pengusaha dan pihak menengah keatas.

Saran saya untuk pemegang US$, jangan dilepas dulu karna akan naik terus.

Saran saya juga untuk rekan2 semua, pakailah Pertamax, jangan Premium.. :):)
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

aidan wrote:Kalau menurut saya, rupiah di level 13,000 tidak akan ada krisis sosial seperti halnya krisis yang pertama. Pertama karna tidak ada unsur politis yang mendasar. Kedua penurunan rupiah tidak segila krisis pertama.
Benarkah, bung Aidan? Karena jika harga minyak dunia US$ 90 per barrel dan dollar Rp 13.000, harga Premium yang sudah sesuai harga pasar akan menjadi sekitar Rp 7.000an.

Dulu pada krisis moneter pertama, yang rontok hanya sistem fiskal, moneter dan perbankan (baca: bukan 200 juta rakyat kecil), tapi tidak terjadi lonjakan harga BBM sampai hampir 300%.

Jika kondisi US$ 90 dan Rp 13.000 ini terjadi dan pemerintah mencabut subsidi sepenuhnya, akan terjadi kerusuhan yang bisa lebih dashyat daripada 1998. Penjarahan dimana2.

Sebaliknya jika subsidi tidak dicabut, keuangan negara ini akan rontok dan pemerintah akan cease to exist, dan penjarahan yang terjadi akan lebih dashyat lagi daripada skenario pertama.

Semua itu demi keuntungan berspekulasi dollar sekarang, is it worth it? I don't think so.. :)
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Mr. TomS,

U are a tough one. U actually said saya ngak ngerti main saham. Cuman ya my temper sudah mendingan, saya sudah biasa di gituin. Well, sebenernya saya ada some stock tips and advice for SMers, tapi with a guy like U yang attack my stock skills yang tidak ada hubungan ama discussi mobil, well some other day perhaps.

I have some advice for Mr.Obs finances now that he is 195 juta richer, but I will sent to his personal message box. Since U think I am a dumb ass, then why should I let people like U listen to my stock stories ?

As for why I refuse to buy TAM products, here is why :

I will only buy a TAM product like the Toyota Wish, soalnya a Wish will use components made in Japan, even though CKDed here. Malah I think Innova uses a lot of made in bengkel A-Kong or Ahmad somewhere in Tangerang or Bekasi. Bukan saya rendahkan Indonesia, tapi lets face it, the Japanese have decades of experience in making superb quality automotive components, for their very demanding domestic market.

Thats why the APV also faces problems. Why ? Mobil yang local contentnya sangat tinggi, jangan harap as awet as the JDM models. Don't count on it ! Yesterday I read that the Innova's local content is 74% ! No wonder some components fail ! Betul ngak banyak, tapi I bet U, an old simple device like a fuel pump, kalau bikinan Jepang, bakal TIDAK ada yang fail dalam cuma 1 tahun !

Juga a Wish comes with a good modern engine, with complete safety features like the Serena. When I hear the Innova's engine sound vs a Wish's engine sound, I could tell the difference in the engine quality difference. Just listen to the sound !

But maybe TAM is changing directions slowly. Saya dengar ada kabar tahun depan ada satu pesaing Jazz akan masuk. That could only be the Vitz ! Now I love JDM models like X-Trail, Serena, Wish, CRV, Stream etc. If U observe them, almost all JDM models here perform superbly. Hardly any serious problems !

So for me, why I refuse to buy an Innova no matter how cheap she is, soalnya I am willing to pay extra for better build quality and made in Japan components, and pay extra for 2 airbags and ABS/EBD/BA. And for all these, I can afford to pay extra 60 juta. Well, Mr. TomS, if I am a sucker in the stockmarket, jangan bilang sanggup beli Serena, mungkin sering rugi sampai bayar internet untuk SM saja ngak sanggup lagi !

If U don't agree with anything I said, its OK. But pls take my word for just this " JDM models are a lot better than stuff like the Innova ". For only 60 juta difference, its a bargain !

As for the AUV nanti, I will reserve judgment till I know whats her engine. Hows her engine sound, etc. Siapa tau she uses a JDM engine ? If she sucks, don't worry. I will simply not buy her. Anyway Norio Ota have already said, the AUV will be more expensive than the Innova, as I think he wants to put more features in the AUV. He refuse to match Innova 1:1, and I think thats a smart strategy !

Back to the Fortuner. My wife already feels the difference in parking the Serena in mals compared to the Stream, meskipun cuman beda panjang 10 cm dan lebarnya sama. Tapi Serena's big size gives here additional psychological inhibition.

So I think Fortuner should not be used by people who are not used to driving bigger sized cars. Imagine a person used to parking the Jazz, then langsung naik pangkat ke Fortuner. Bisa baret mobilnya nanti.

Mr. Obs, selling the c24 is fine with me jika anda sudah tidak suka. Cuman yang saya sayangkan, terlalu dini, premature. Satu, yr Fortuner test drive is only a week away.

2, paling penting, saya dengar di Indonesia, kalau sudah dekat banget ama lebaran, idul Fitri, demand for ESPECIALLY family cars, 3 baris, katanya naik tajam. Harga used bisa naik. Then habis musim mudik, turun lagi. So I think U should have sold yr c24 after waiting for just another 1-2 months. Who knows bisa dapat another 10-15 juta ?

Also U just sold yr c24 at the start of a financial turmoil. U should have sold after. When things have settled down a bit.

Seperti 98, dengar ada orang panic, jual Mercynya cuman 30 jutaan, soalnya dia mau cepat dapat uang lari ke luar negeri. Thats a big waste !

OK. Mr. OBs, for my FREE financial advice from yr anonymous internet friend - ME, pls see yr personal message. And pls don't share it with someone who calls me a STUPID stock buyer ! " Xian Hua Cak Cai Niu Fen Sang ! " Istilah advice saya kalau masuk kuping orang yang tidak hargai sama dengan tanam bunga cantik di atas tai/ berak kerbau !

Its totally disgraceful ! Anyway, why should I help a person like that ? I spend years and money learning abt investing prudently. And I have proven them in 7 years of investing !

Its stupid for me to share it for free actually, but thats my weakness, I love to share with people I consider friends. But I have Emperor Palpatine like distrust and disgust with people whom I think is against me in a nasty way.
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Mr. Szli, aku sungguh tidak mengerti Anda. Apakah Anda masih ingat, betapa dulu Anda memuji Toyota dengan project IMV-nya, sementara aku harus mendebat Anda bahwa menurutku akan lebih baik jika Toyota merakit model2 JDM-nya seperti Toyota Wish, dan you were skeptical about this.

Kini Anda berubah pendapat lagi setelah menyadari bahwa kualitas IMV tidak seperti yang Anda harapkan. Maka itu pula aku selalu mengatakan jangan samakan Fortuner dengan Harrier! Walaupun bekas, Harrier itu model JDM yang bahkan berani dijual sebagai Lexus oleh Toyota! Sure, the Fortuner is new, but can it brag that it has Lexus-class initial quality?

Dan dulu Anda selalu mengatakan bahwa HPM melakukan kesalahan dengan tidak merakit lokal Odyssey supaya harganya bisa murah, sementara aku membela HPM yang mempertahankan kualitas Odyssey dengan memasukkannya secara CBU. Bayangkan jika Odyssey dirakit lokal, apakah kualitas perakitannya masih bisa sebagus rakitan pekerja Jepang? Not a chance!

Oh well, my apology to you for bringing things up again, I can't help it. And sorry for the rest of the board for going off topic.
Let's continue the discussion.. :)
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

TomS wrote:Beli saham Astra itu sudah benar Pak, karena manajemennya sehat.
Harusnya Bapak juga pakai produknya mereka, pasti gak akan kalah di depresiasi
Kalau Bapak pakai yang CT (bukan HS) terus dipakai dua tahun, perkiraan harganya berkisar jadi Rp. 150 juta, buat beli Innova G harus setor lagi.
Btw, walaupun memang benar Mr. Szli akan mendapat hasil yang paling 'maksimal' jika membeli saham Astra dan Innova misalnya, tapi aku lebih suka Mr. Szli sekarang, yang memegang saham Astra dan Nissan Serena.

Mr. Szli sudah mendapat keuntungan dari sahamnya, dan dengan itu ia bisa membeli mobil yang ia suka dari brand yang ia suka, and fully enjoy it, menurutku ini walaupun bukan formula yang 'maksimal', tapi justru yang paling 'optimal'. The Serena is waay better than the Innova. Bukankah begitu, Mr. Szli? :o
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

szli wrote:Mr. TomS,

U are a tough one. U actually said saya ngak ngerti main saham. Cuman ya my temper sudah mendingan, saya sudah biasa di gituin. Well, sebenernya saya ada some stock tips and advice for SMers, tapi with a guy like U yang attack my stock skills yang tidak ada hubungan ama discussi mobil, well some other day perhaps.
Pak, saya gak pernah ngomong loh kalau Bapak engga ngerti main saham.
Saya cuma bilang sayang karena keuntungan dari main saham, hasilnya dikurangi kekalahan di depresiasi
Tapi kalau Bapak merasa gak masalah yach gak apa-apa kan Pak, misalnya saja Bapak merasa kenikmatan naik Serena lebih dari depresiasinya.

Back to topic, kondisi dalam negeri yang parah ini takutnya dimanfaatkan oleh pihak luar yang siap memangsa dan menyedot sda Indonesia.
Bayangkan saja kenaikan bertubi-tubi dari listrik, minyak industri, tol, gas (sebentar lagi), dollar, bbm, dll.

Produsen mobil yang produksi di Indo seperti TAM dan Suzuki pasti akan adjustment harga lagi karena kenaikan solar industri, belum lagi kenaikan dollar yg pasti mengakibatkan harga mobil akan naik semuanya
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Mr Conan, I get what U mean. But at least pikiran saya gini.

Odyssey di CKD, yes, maybe assemblynya ngak sebagus assembly di Jepang. Tapi jika componentnya masih mayoritas Jepang, at least the final CKDed car is still better than a CKD + majority local component car. And we get the big amt of tax savings !

An imprecise assembly may not be as catastrophic as the total failure of a locally built part. Yes ?

Like me c24. Maybe due to the not so good local assembly. from time to time minor rattles and creaks occurr. But the superb Japanese built QR20DE engine and transmissions etc. never ever sputter, let alone fail !

So a CKD JDM model may still have minor problems, but ngak sampai seperti pompa bensin rusak, resulting in a " dead " car !

Tapi kalau Harrier ama fortuner, beda harganya terlalu jauh ! A Harrier is better, much better, but I am not ready to pay the big tax premium for that !

Really, if not because of Indonesia's high 3000 cc tax bracket, buddy, we can possibly all buy a Harrier for say 300-400 juta+, instead of the horrifying 600+ juta now !

Anyway, I have a feeling that Thailand's suppliers are better than ours. So I think fortuner will be more awet than the Innova. Because as U know, Thailand is the detroit of the East. Their local components pasti better than ours.

That could be why the Thais refuse to buy the Innova. Instead they embrace the fortuner in large numbers !
User avatar
datsu
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2396
Joined: Thu Jun 17, 2004 3:00
Location: Jakarta and Bandung

Post by datsu »

Ikutan nimbrung... Sori OOT... Yang tentang Kerusakan pompa bensin itu baca di kompas kapan?? Saya pernah baca juga yang kaya mr.Szli baca dan perawatan mobil itu di bengkel kramat jati. Dan ada satu hal yang tidak bung Szli sebutkan di postingan anda, yaitu yang rusak adalah pompa bahan bakar dengan mesin DIESEL... Even so, if ada pompa bensin premium yang pernah defect juga that's no problem.

Ingat sekali lagi, kijang innova diciptakan di indonesia agar bisa dimiliki rakyat indonesia sampai ke pelosok pedalaman. Dan agar bisa digunakan oleh solar yang jelek ataupun bensin bertimbal. Say that ada pompa diesel atau bensin yang rusak pasti krn kualitas bahan bakarnya. Untuk kasus diatas gara2 solarnya ngisi di pom bensin yang parah..Dan mungkin kalo ada pompa bensin yang rusak mungkin bakal kualitas premium di pom bensin tempat mobil itu ngisi.. Justru kalau mobil murah itu mau dikasi pompa yang JDM bisa2 toyota ngerecall semua mobil IMVnya gara2 pompa JDM GAK TERIMA TIMBAL...

Dan lagi kalau misalnya kualitas pompanya jelek, Kenapa..sekali lagi kenapa... Pasar ASEAN dan ASIA mau nerima Innova Indonesia di negaranya..

Dari yang saya tahu, Innova dan Fortuner berbagi sparepart (saya gak tau kalo Vigo gimana). Diluar komponen yang made in Indo untuk innova, sisanya made in Thai.. Dan diluar komponen yang made in Thai di Fortuner, sisanya made in Indo.. Apakah emang toyota Thailand mau make komponen Indonesia kalo kualitas jelek bgt??
aidan
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 259
Joined: Sun Jul 17, 2005 11:00
Location: Jakarta

Post by aidan »

conan wrote: Benarkah, bung Aidan? Karena jika harga minyak dunia US$ 90 per barrel dan dollar Rp 13.000, harga Premium yang sudah sesuai harga pasar akan menjadi sekitar Rp 7.000an.
Subsidi saya jamin tidak akan dihapus seluruhnya, masih akan ada susidi yang akan dibayarkan pemerintah. Masalahnya adalah harga minyak yang terlalu tinggi sementara kita udah net importir minyak.

Rakyat tidak akan sanggup bayar minyak tanpa subsidi.
conan wrote: Dulu pada krisis moneter pertama, yang rontok hanya sistem fiskal, moneter dan perbankan (baca: bukan 200 juta rakyat kecil), tapi tidak terjadi lonjakan harga BBM sampai hampir 300%.
Ingat bung Conan, saat krisis pertama kita tidak pembeli minyak. Kebutuhan dalam negri masih bisa dicukupi oleh produksi sendiri. Mau dollar berapa juga kita nggak perlu untuk beli minyak.
conan wrote: Jika kondisi US$ 90 dan Rp 13.000 ini terjadi dan pemerintah mencabut subsidi sepenuhnya, akan terjadi kerusuhan yang bisa lebih dashyat daripada 1998. Penjarahan dimana2.

Sebaliknya jika subsidi tidak dicabut, keuangan negara ini akan rontok dan pemerintah akan cease to exist, dan penjarahan yang terjadi akan lebih dashyat lagi daripada skenario pertama.
Kita-kita di Indonesia harus sudah sadar, kalau kita itu sudah jadi orang miskin. Jadi orang miskin ya apa-apa mahal.

Saya sih nggak mau spekulasi Bung Conan.. cuman trend nya itu loh.. jelek sekali..

Semoga bangsa kita mau bersabar dan nggak melakukan penjarahan dan hal-hal negative lainnya.. :(
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Pal, Anda jangan baca yang kasus diesel. Sudah basi itu. Baca Kompas KEMARIN, tanggal 25 Augustus tahun 2005 AD !

Dan jangan lupa, my Stream is a JDM model. Dia sudah 3 tahun minum Premium Indonesia yang not so good. Ngak pernah problem tuh !

Dan jangan lupa, timbal only screws up Catalytic converters. Millions of cars in Indonesia including JDM models sudah terbiasa minum BBM sini dan OK OK saja tuh !

Who says JDM models cannot survive in Indonesia ? Jika anda lihat jelas, sudah banyak JDM models di CKD di sini. CRV, Stream, Jazz, X-Trail etc.

And pompa bensin fail itu bukan gara gara BBMnya jelek. So many cars here minum BBM jelek. Mana ada component penting yang fail sampai catastrophic gitu.

Untung Innova bukan pesawat terbang ! A fuel pump failure at 20,000 feet bayangkan seperti apa !

Anyway I agree that Innova ini kasusnya may be isolated, and not widespread. Tapi lihat kasus ini tells me something I am DAMN sure, yaitu, component Innova is qualitynya is DEFINITELY NO match for JDM models yang di assembly di sini. Believe it or not, its up to U !

Sekalih lagi pal, assume tax bracketnya sama, U GET WHAT U PAY FOR !
aidan
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 259
Joined: Sun Jul 17, 2005 11:00
Location: Jakarta

Post by aidan »

Waduh... ini di anggota forum aja udah pada panas diskusinya..

Tenang teman2.... jangan emosi....
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Bung aidan, ini mah ngak ada apa apanya. Dulu kasus yang lain lebih parah, sempat temperature naik ke 50 derajat. Lightsaber ku sampai bengkok !

Tapi ngak papah, saya sudah dapat lightsaber baru. Warna Champagne Silver ! Cuman jangan sering di pakai lah kalau bisa !

In case U guys think saya mantan pegawai TAM yang di pecat, Let me show U that I am not at all anti-Toyota. Here is a little secret :

Yesterday malam di tempat parkir somewhere out there, saya ketemu satu Toyota Wish. Sudah lama ngak ketemu. Saya lihat garis sampingnya, wuih, manis dan cantik ! Lebih OK dari Stream ku !

Mukanya sih OK, ngak bagus banget, tapi lumayan. But the side view is very elegant. List pillar B yang mirip alphard juga bagus. Dan belakangnya juga lebih sip dari Stream.

Frankly, jika tidak ada Serena, dan jika ada Wish CKD, gue sudah caplok mobil itu !

And guess what ! I got with me a price list of Ayun Jaya Motor's list of CBU cars. I don't believe my eyes ! Tau ngak sekarang U can buy a Wish for only 260 -285 juta. If this price is for the CBU Japan version and not Thailand, its a very GOOD price !

Betul, mesinnya cuman 1800 cc ngak sampai 2700 cc. Tapi getting a handsome CBU Japanese car for less than 300 juta is a bargain anytime !

So for guys yang ngak suka mobil boxy ala Serena, why don't U get one of these babies ? Di jamin awet mobilnya ! Suaranya pasti halus !

Nah, gue ngak anti-Toyota kan ? Bagus gue pasti bilang bagus, and vice versa !

Lafesta at 250 juta juga sudah lumayan harganya. Dapat mesin baru hemat dan halus. Dapat sunroof segede bagong ! Cuman yaitu, baris 3nya sempit dan bentuknya ngak cantik banget. So I am not Nissan-is-always-good kan ? Jelek gue bilang jelek !

The wish's side view seperti ikan hiu lagi berenang, or seperti a streamlined torpedo heading for a target. Meskipun ngak selega Serena, tapi yang suka bentuk cantik, streamline dan sporty, ambil saja nih Wish at the price of an Innova 2.7.

I remember in Carlos Ghosn's book, dia cerita. Kenapa dia kadang ngak buru buru mau pindah produksi component ke negara lain meskipun gajinya lebih murah etc.

He said something like, " For suppliers who know us, Japan's a force. For on-time delivery, for quality, precision, Japan's a force. He said Japan's a force at least 3 times !

Artinya dia, kadang pindah ke China, or other countries may, or may NOT be the best thing to do. Dia sadar sekali cost di Jepang memang tinggi, tapi untuk component penting, Ghosn hanggap Jepang masih tiada tandingnya.

Pernah inggat dulu baca buku quality. Ada kasus orang America kanguan tunggu part transmisi untuk mobil mereka yang di bikin di Jepang, meskipun ada barang persis dari pabrik America. Kenapa ? Have they all become traitors or Japanese lovers ? Of course not !

Dari pengalaman, mereka sadar, transmisi bikinan Jepang lebih precisi, lebih halus, lebih awet, ngak sering rewel. Bikinan America, meskipun barangnya persis SAMA, ngak mau mereka.

I learned that its because of Japanese makes are more " uniform " and precise. Misalnya Japan's tolerance +-0.01 mm. America's +-0.1 mm. Lihat di mata, barangnya sama.

Tapi performancenya pasti beda. Thats why suku cadang palsu is so disasterous !

Memang Jepang jaman perang dunia ke dua ngekihin banget. Tapi saya harus akui, they make damn good car parts back in their country ! And as long as I don't pay extra tax, I am willing to pay full amount for their stuff !
beg0g
Full Member of Junior Mechanic
Full Member of Junior Mechanic
Posts: 67
Joined: Wed Nov 03, 2004 3:24

Post by beg0g »

Bung SZLI, Mungkin ini melenceng dari topic yang ada, from your post, anda pake stream...bisa nggak share ke kita, anda pake stream yang mana 1.7 l or 2.0, yang baru ato yang lama ...bagaimana nich performancenya...dan maintenance costnya...depresianya...
Thanks sebelumnya :wink:
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

Bung Beg0g,

Call sign anda lucu sekali. Tapi saya suka orang yang humble, atau lucu, atau suka kerjain sendiri, banding yang high and mighty attitude.

Apalagi kalau ada orang mau tanya " Friend, tell me abt yr car, hows she doing ? " Saya SUKA sekali. Seperti di tayain " Teman, gimana keluarga anda, baik baik saja ? "

OK. Here's the full story of The Stream and I,

episode 1 - The Stream was born :

Saya beli dia saat lanching di Plaza Senayan, saya beli yang versi cuman ada saat itu, yaitu yang 1700 cc. Saya ambil yang A/T, soalnya saya fanatik ama matik, dan percaya kalau di rawat pasti awet. Ngak seperti banyak orang sini yang kira matik gampang rusak dan mahal perbaikinya.

I got her in June 2002, setelah pabrik Honda ada macam worker strike yang delay Stream production.

Episode 2 - Stream becomes SZLI's loyal servant

Selama 3 tahun ini, saya rajin sekali rawat dia. Ganti oli, service SEMUA di bengkel resmi Honda. Semua pakai suku cadang asli Honda. I don't play games with myself. I don't get cute with myself.I want the best for her. I ngak mau seperti orang yang bawa kijangnya ke bengkel sebelah rumah, atau bengkel jalanan.

Wax juga 3 bulan sekali. Tapi bensin 100% pakai premium Indonesia ! Ngak pernah pakai macam octane booster etc. Istilah menu makan dan minum Stream saya sama dengan mobil macam Kijang kapsul, Kuda, Carry, etc.

Saya soalnya sayang ama mobil, thats why Stream itu balas budi dengan jadi servant saya yang tangguh dan tidak pernah rewel. Ngak pernah ada gangguan apapun ! ZERO DEFECTS ! Memang sekarang ada sedikit creaks and groans saat lewat jalan jelek, tapi itu umum, apalagi CKD Indo ngak se-rapet Jepang.

Episode 3 - The Stream gets a bit OLD

Bukan artinya mulai tua dan banyak problem. Dia masih hebat. Cuman, yaitu sudah ada macam Serena baru kelihataan cabin Stream lumayan sempit. Baris 1 masih OK. Headroom juga bagus. Tapi baris 2 mulai kesan sempit, apalagi baris 3nya sempit.

Episode 4 - The Master looks for a new servant

So nanti jika AUV keluar dan harga / mobilnya bagus, saya ada rencana tukar Stream dengan servant baru. Ya wajarlah ! Mobil pakai 5 tahun pasti mulai bosan. Toh mobil bukan manusia, jadi saya tega PHK mobil ini.

Tapi if U ask me Mr. Beg0g, ini Stream prove to me once again that Honda cars are very reliable indeed. Apalagi seperti saya cerita, banyak component dia masih CBU Jepang. Memang badan dia dan nama kalah ama mobil sejuta umat.

Tapi urusan handling, accelerasi, suara mesin halus, konsumsi BBM, etc, I swear to God, she wins the Innova hands down !

Cuman bangku dia agak keras dan suspension juga keras. Tapi ada juga orang yang suka kas sporty Honda ini. But I am getting old. Mau cari yang empuk kas Nissan.

Urusan BBM. Dalam kota sekitar 1:6.5-7. Luar kota naik jadi 1:15 ! Pakai Premium loh !

Depreciasi - gara gara mobil sejuta umat, sepertinya turun juga. Sekitar 10-13% setahun deh. Malah ada pernah sekali iklan, yang telpon banyak, tapi yang datang tidak ada satu pun. Maybe they all still run to buy the Kijang.

Abt maintenance cost, ya murah banget ! What do U expect ? Ngak ada component yang rusak, mau ganti apa ? Paling cuma fast moving seperti oli, filter, wiper baru saya ganti, busi. I think my cost is as low as the Kijang kapsul ! or lower !

Coba, pemilik kapsul, mobil anda dalam 3 tahun ada component yang slow moving yang perlu ganti ? Honest please.

My Stream soalnya pakai oli full synthetic 5w40 Petronas Syntium, sudah 3 tahun, tiap kali di tol, saya geber. Asyik ! Mesin dia pasti keluar accelerating power sound kas mesin VTEC Honda yang halus itu. At 1700 cc her power and acceleration is quite respectable.

So if U want a sporty MPV yang awet dan mesin halus, meskipun lebih kecil dikit banding Innova, Stream is not a bad choice. Ingat bung, Stream itu di jual Honda di Jepang.

Artinya jika anda pakai Stream, anda akan sama dengan orang Jepang yang menikmati mobil benar benar high quality. Components made by say Moshi Moshi Industry, Nagoya Japan. Bukan PT Sinar Cahaya, Tangerang ! misalnya (if there is any similarity in name, it is coincidental, not deliberate)

Cuman sayang dikit. HPM sepertinya ikut TAM. Demi tekan harga, airbagsnya di hilangkan. Untung masih ada ABS yang sudah nolong saya berapa kali saat rem mendadak.

Jika ada pertayaan lagi, silahkan. I will gladly answer U.

Hidup JDM model !
User avatar
observer
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 873
Joined: Tue Jul 27, 2004 14:03

Post by observer »

Mr. Aidan, jalur pikiranku agak klop dengan anda.
Entah kenapa, uang hasil penjualan Serenaku seperti kentang panas, saya buru2 pengen jadikan barang! Karena Fortunerku masih ngak ada kabar, jadi saya sempat pikir mau borong dolar aja. Tapi beli di 10.400 sepertinya agak riskan, ya gak? Jadi sementara saya 'tumpahkan' sebagian ke saham deh. Siapa tahu harganya bisa rebound cukup lumayan setelah panic selling kemarin, ya gak.... :sleeping: dreaming :sleeping:

Saya tidak setuju dengan Mr. TomS bahwa harga Serena kemahalan. Menurut saya harganya sudah sangat sangat wajar (harga Stream 2.0 aja lebih tinggi). Memang resale valuenya agak jelek dibandingkan Innova, tapi bukan karena harga jual barunya ketinggian, melainkan karena C24 adalah model lama (sudah 6 tahun sejak pertama diluncurkan di Jepang) dan model penerusnya, C25, sudah muncul di Jepang. Jadi teman2, belajarlah dari pengalaman saya, kalau mau resale value bagus, make sure u beli mobil yang masih model baru!!

Back to Fortuner, saya ngak khawathir kalau Fortuner menjadi 2nd class citizen dalam keluarga besarnya Toyota. Kenapa? Memang dia adalah hasil produk IMV, tapi produk ini akan dijual di Eropa (dengan basis produksi di Afrika Selatan) dan Amerika Latin. Teman2 kan tahu pasar Eropa itu sangat bersaing ketat dan konsumennya sangat selektif dan quality conscious. Fortuner is a truly global product, beda sama Avanza dan Innova :) !!
beg0g
Full Member of Junior Mechanic
Full Member of Junior Mechanic
Posts: 67
Joined: Wed Nov 03, 2004 3:24

Post by beg0g »

Mr Szli,
Terus terang saya suka dengan gaya anda mengexplain sesuatu di sini. lugas,tegas, sistematis, dan bisanya ujungnya akan terpercanya, I told you the truth not just a lips service..
Terimakasih berat untuk informasinya yang lengkap dan comprehensive..
Lagi terus terang saya mulai tertarik dengan Stream tapi, sorry yang 2.0..soalnya saya suka sekali dengan vehicle yang power to weight ratio nya cukup memadai..sesekali untuk accelerate dengan cepat...terutama kalau travelling keluar kota.
Stream size buat saya sudah cukup
Convey my regards to your family...
Again thanks a lot
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

szli wrote:Mr. TomS,

I will only buy a TAM product like the Toyota Wish, soalnya a Wish will use components made in Japan, even though CKDed here. Malah I think Innova uses a lot of made in bengkel A-Kong or Ahmad somewhere in Tangerang or Bekasi. Bukan saya rendahkan Indonesia, tapi lets face it, the Japanese have decades of experience in making superb quality automotive components, for their very demanding domestic market.

Thats why the APV also faces problems. Why ? Mobil yang local contentnya sangat tinggi, jangan harap as awet as the JDM models. Don't count on it ! Yesterday I read that the Innova's local content is 74% ! No wonder some components fail ! Betul ngak banyak, tapi I bet U, an old simple device like a fuel pump, kalau bikinan Jepang, bakal TIDAK ada yang fail dalam cuma 1 tahun !
Pak, informasi yang Bapak berikan itu cenderung bias.
Tahukah Bapak bahwa mobil Stream itu mesinnya, gearbox, dan sebagian besar komponen lainnya buatan Indonesia
Basis produksinya di kerawang, tetangga-an dengan Innova, bahkan untuk diekspor ke negara Asean lainnya, kalau design kan semuanya dari Jepang, bahkan mouldingnya pun asli dari Jepang.

Engga ada tuch Pak, bengkel kaki lima yang supply ke pabrikan mobil, ada-ada saja :D
Pabrikan part yang untuk bagian vital juga ada standard internasional industrinya sendiri (untuk Jepang, JIS misalnya).
Mutu produk kurang halus itu mungkin, tapi kalau sampai bedanya banyak kok perasaan engga begitu.
Kandungan lokal juga engga ada yang salah, cuma kita saja yang karena bangsa bekas jajahan sering gak pede dengan produk bikinan sendiri.
Sesuatu bisa jadi besar kan ada asal dan prosesnya, gak langsung sim sala bim jadi gede.

Gak ada salahnya kan kalau benar Akong yg Bapak remehkan punya pabrik part yang bagus suatu saat bikin pabrik mobil sendiri :D
Atau minimal bisa ekspor part ke luar negeri
Si Honda pun asalnya juga dari kecil, supply part ke Toyota

Import langsung gelondongan dari Jepang juga lebih dikit manfaatnya bagi perekonomian nasional, paling untungnya cuma buat importirnya.
Pajak bea masuknya juga belum tentu benar penyalurannya, bisa-bisa penggunaannya malah tidak tepat sasaran

Beda dong kalau 70 % lebih komponennya buatan lokal, berapa banyak tenaga kerja yang terserap (tinggal kalikan saja berapa perut yang ikut ditanggung).

Strategy TMC memang tidak asal comot dari JDM saja, mereka lebih lihai dan menyesuaikan dengan kultur setempat, gak ambil gampangnya saja. Itulah beda TMC dengan yang lainnya, buktinya penjualan mereka makin kuat dari hari ke hari. Gak heran kan kalau Nissan juga mau ngekor strateginya dengan AUV ?

Ooops, ternyata thooo mobil yang saya (maksudnya Bapak) pakai buatan Indonesia, hebat juga ternyata orang Indonesia :D Mungkin punya Bapak masih banyak Japanese content krn produksi awal mungkin, tapi bedanya pasti gak akan banyak dengan yang made in Kerawang
Bukan CKD ringan loh, Pak, krn gearbox maticnya, mesinnya segala made-in Indonesia
Dikira sebagian besar masih buatan JDM, ternyata buatan Mas Parto, supervisornya ternyata Ko Abun, tapi kepala pabriknya orang Jepun :D
Mas Parto dan konco2 nya pancen oye, produknya zero defect sampai disangka sebagian besar masih JDM

Berita tahun 2003 :

Kamis, 19 Juni 2003
ATPM Ramai-ramai Bangun Pabrik Baru
Selain memenuhi kebutuhan domestik, keputusan mengalihkan pabrik ke Karawang juga sebagai akibat terus meningkatnya permintaan ekspor Honda Stream ke Thailand.

Meningkatnya permintaan sejumlah merek mobil, membuat beberapa pebisnis otomotif nasional memutuskan untuk kembali mengoptimalkan proses pabrikasi di Indonesia. Sedikitnya sudah ada tiga agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang melakukan itu. Satu di antaranya masih menunggu proses penyelesaian rancangan pabriknya.

PT Honda Prospek Motor (HPM), PT Indomobil Niaga Internasional (INI), dan PT Kia Mobil Indonesia (KMI), merupakan tiga ATPM yang nekad kembali mengembangkan proses pabrikasi itu. HPM memutuskan memindahkan proses produksi mobil secara penuh di pabrik barunya di Karawang Jawa Barat. Demikian pula INI yang memang selama ini telah memiliki sarana pabrik lengkap, khususnya untuk produk Suzuki jenis minibus.

Sementara KMI menyatakan akan segera menyelesaikan pembangunan pabriknya yang bakal dikhususkan untuk memproduksi (baca: merakit) Kia Carrens demi memasok pasar domestik dan regional. Meski terbilang pendatang baru, produk Kia memang banyak diminati pasar, terlebih untuk tipe Carrens yang memang diunggulkan karena mendominasi angka penjualan merek Kia.

Menurut Kenji Otaka, vice president PT HPM, keputusan mengalihkan produksi mobil secara penuh di pabrik Karawang akibat terus meningkatnya permintaan dua varian Honda, yakni CRV dan All New Honda City. Pada periode Januari hingga Mei 2003, terjual 6.300 unit CRV. Dan hebatnya, belum dua bulan New City dipasarkan telah terserap pasar hingga 3.000 unit.

''Kini kami malah telah mengirimkan 1.600 unit lagi ke berbagai daerah. Dan permintaan sekitar 3.500 unit lagi belum dapat kami penuhi,'' bangga Otaka.
Jonfis Fandi, general manager PT HPM mengatakan, pengalihan pabrikasi ke Karawang dari pabriknya yang sedianya ada di Sunter Jakarta Utara memang sebagai akibat meningkatnya permintaan Honda di pasaran nasional dan regional. ''Kami tak ingin konsumen harus menunggu terlalu lama untuk mendapatkan produk yang diminatinya,'' aku Fandi.

Pabrik lama di Sunter diketahui memang hanya memiliki kapasitas produksi 20.000 unit setahun. Sedang pabrik HPM yang baru di Karawang itu mampu memproduksi hingga 40.000 unit mobil per tahun. ''Pabrik di Karawang dibangun dengan investasi 70 juta dolar AS dan dikembangkan dengan sistem robotisasi,'' jelas Fandi.

Selain memenuhi kebutuhan domestik, keputusan mengalihkan pabrik ke Karawang juga sebagai akibat terus meningkatnya permintaan ekspor Honda Stream ke Thailand. Hingga Mei 2003 saja, 2.000 unit Stream sudah dikirim ke negeri Gajah Putih itu. Padahal di pasar domestik produk tersebut malah hanya terserap 700 unit.

Nyaris serupa dengan semangat HPM, Indomobil juga memutuskan untuk memproduksi seluruh bodi varian minibus jenis Carry 1.000 cc yang selama ini memang mendominasi pasar masyarakat luas. Diperkenalkan sebagai Personal Van (PV), bodinya dibuat sendiri oleh pabrik PT INI akibat besarnya pasar yang meminta.

Khusus untuk Suzuki jenis Carry, selama ini PT INI memang sebatas memperdagangkan dalam bentuk casis dan kabin pengemudi. Lalu proses pembuatan bodinya dilakukan sejumlah karoseri yang tersebar di banyak kota di Indonesia. ''Khusus PV kami buat untuk mobil keluarga, tidak mengganggu produksi Carry yang diperuntukkan angkotan kota dan produk jenis lainnya,'' kata Bebin Djuana, manajer marketing PT INI.

Permintaan masyarakat terhadap Carry setiap tahunnya memang terus meningkat. Hingga Mei 2003 ini saja, telah terjual 7.500 unit Carry. Diperkirakan penjualan rata-rata bulanan mereka akan stabil di angka 1.500-1.600 unit sebulan. ''Karena itu kami menambah varian Carry baru supaya konsumen tak jenuh,'' aku Bebin.

Menurut Bebin, produk Carry 1.000 cc memang menjadi tulang punggung ATPM Suzuki. Dari 120.000 unit mobil yang diproduksi Indomobil Suzuki setahun, 60 persennya adalah jenis minibus Carry 1.000 cc. Lainnya adalah Carry Real Van dan Carry Futura dengan kapasitas mesin 1.500 cc.

Perlu diketahui, yang membedakan produk Carry 1.000 cc dengan Personal Van hanya terletak di bodinya saja. Bodi PV dibuat dalam bentuk cetakan sehingga tak memiliki sambungan apalagi proses pendempulan seperti pembuatan bodi yang dilakukan karoseri. Sementara untuk teknologi mesin dan interiornya relatif sama satu sama lainnya.

Ngototnya PT KMI memproduksi Carrens juga karena alasan besarnya pasar produk ini sepanjang tiga tahun masuknya produk Korea Selatan ini. Selain itu pihak prinsipal, Kia Motor Company Korea, memang merencanakan prabrikasi Carrens di Indonesia untuk memenuhi pasar mobil jenis itu di kawasan Asia. ''Jelas karena skala ekomoni bakal tercapai maka kami memutuskan untuk memproduksi Carrens di Indonesia,'' terang Roesdiharjo, komisaris KMI.

Menurutnya, Carrens memang produk unggulan KMI. Untuk Carrens I saja, KMI telah memperdagangkan hingga lebih 50.000 unit sepanjang dua tahun pemasaran. Sedang Carrens II diperkirakan akan mencapai angka penjualan 3.000 unit hingga berakhirnya 2003 ini.

Kegiatan kembali mengoptimalkan pabrikasi oleh para ATPM ini menarik dicermati. Ini mengingat PT Toyota Astra Motor (TAM) yang selama ini mendapat fasilitas khusus dari pemerintah, malah hanya menyisakan proses perakitan Toyota Kijang. Sementara produk terbaru lainnya, seperti sedan Altis (1.800 cc) dan Vois (1.500 cc), misalnya, mereka impor dari pabrik Toyota di Thailand.

Juga terbetik kabar, produksi Kijang di Indonesia hanya dilempar untuk pasar di Indonesia dan sejumlah negara yang ditunjuk oleh Toyota Motor Company (TMC) Jepang. Untuk mengekspor Kijang ke Singapura saja, TMC melarangnya, walaupun permintaan untuk itu terbilang besar. Ini jelas karena lemahnya daya tawar TAM atas produk Kijang, yang sebetulnya merupakan satu-satunya produk asli Indonesia yang dimiliki TAM. bid
( )
User avatar
datsu
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2396
Joined: Thu Jun 17, 2004 3:00
Location: Jakarta and Bandung

Post by datsu »

TomS wrote: Pak, informasi yang Bapak berikan itu cenderung bias.
Tahukah Bapak bahwa mobil Stream itu mesinnya, gearbox, dan sebagian besar komponen lainnya buatan Indonesia
Basis produksinya di kerawang, tetangga-an dengan Innova, bahkan untuk diekspor ke negara Asean lainnya, kalau design kan semuanya dari Jepang, bahkan mouldingnya pun asli dari Jepang.

Engga ada tuch Pak, bengkel kaki lima yang supply ke pabrikan mobil, ada-ada saja :D
Pabrikan part yang untuk bagian vital juga ada standard internasional industrinya sendiri (untuk Jepang, JIS misalnya).
Mutu produk kurang halus itu mungkin, tapi kalau sampai bedanya banyak kok perasaan engga begitu.
Kandungan lokal juga engga ada yang salah, cuma kita saja yang karena bangsa bekas jajahan sering gak pede dengan produk bikinan sendiri.
Sesuatu bisa jadi besar kan ada asal dan prosesnya, gak langsung sim sala bim jadi gede.
( )
Persis seperti itu yang ada di pikiran saya... Bukan apa2... jika proses produksi di indonesia jauh lebih baik, malah saya rasa gak perlu ada yang diimpor kecuali baja..jadi lokal hampir 100%... kan harga bisa lebih murah...