Suzuki Ignis GX AGS 2018 setelah setahun
Posted: Fri Nov 29, 2019 8:34
Mau review mobil istri, usia mobil kira2 setahun. udah jalan 4600km
Minum Pertamax turbo, oli Fastron gold 0w-20 API SN
Alasan beli:
Istri nyari mobil yang pilar A agak kotak dan bentuknya kabinnya agak boxy khususnya ruang kepala. Mobil sebelum ini pakai Kia Ray dan Mini Cooper. dan bukan melengkung seperti kebanyakan mobil umumnya disini. Dia sempet naksir berat dengan wagon R. Tapi karena fitur safety yang terlalu minim dan getaran mesin, jadi dicoret dari kandidat.
Test drive dilakukan di bali dengan cara rental ignis GL AGS selama seminggu. Setelah seminggu dicoba, keluhan datang dari transmisi yang melorot di tanjakan dan akselerasi yang terasa terlalu spontan. Kita sempet rental brio juga 2 hari, tapi headroomnya kurang tinggi. Saya 181cm dan istri 171cm. walaupun istri suka banget dengan transmisi CVTnya yang halus.
Driving feel:
Mobil ini bener2 kerasa enteng, akselerasinya terasa spontan dan gesit. Mesinnya kerasa happy banget diajak lari. diatas 4200-4300 rpm, kerasa ada dorongan ekstra dan suara mesinnya agak berubah. mesin ini juga irit, sempet average 21km/L pas PP jakarta bogor jam 4 pagi. di dalam kota macet2 pun masih 1:15-an full to full. MIDnya ga bisa dipercaya dan menurut saya agak terlalu optimistis. Gear rationya cukup lumayan khususnya di gigi 5 untuk di jalan tol. di tol lari 100 rpmnya kisaran 2600-2700.
Steeringnya menurut saya hopeless, feedbacknya ga ada, agak kerasa pelan juga (khususnya habis putar balik). tapi bobot steeringnya lumayan menurut saya. Suspensinya menurut saya terlalu keras, khususnya bagian belakang. tapi untungnya kebanyakan kita hanya duduk didepan, jadi ga terlalu kerasa. pernah naik taksi online pake ignis, wah keras bgt di blkg. cuma ya maklum aj, bodi dan ground clearancenya juga tinggi. saya prefer brio untuk urusan suspensi daripada ignis. stabilnya dapet, ga terlalu keras juga.
Peredamannya cukup lumayan untuk di kelasnya, dibanding brio ini jauh lebih baik. mungkin yang kurang hanya peredam di atap, tp saya juga maklum dengan kelasnya. yang paling berisik dari mobil ini ketika di tol ada di bagian pilar A dan spionnya.
Yang paling mengecewakan untuk saya pribadi adalah transmisi AGSnya. Sudah lama saya tidak mengemudikan mobil bertransmisi AMT, sejak proton Savvy dan BMW M3 SMG. Untuk istri saya yang seumur hidupnya mengendarai transmisi otomatis dengan torque converter, dia kaget mobil ini bisa melorot ditanjakan dan perlunya menggunakan rem tangan. Karena seumur hidup dia hanya menggunakan P. dia juga berkomentar, stop n go dimobil ini tidak nyaman. Untuk saya pribadi yang terbiasa dengan mobil manual, saya 90% lebih memilih mode manualnya karena lebih halus. Tapi saya suka dengan power loss yang minim khas manual ketika berakselerasi dari 60-80kmh, konsumsi bahan bakar yg irit dan biaya ganti kopling yang murah. Andai AMT ada hill start assist ya?
Interior: Semuanya plastik, tp cukup colorful dengan ada insert putih dan handle pintu console tengah sewarna bodi. Tapi saya pribadi lebih senang hard plastic untuk pemakaian sehari. ga pusing retak ataupun rusak walaupun dijemur. bersihinnya gampang dan tahan lama. Menurut saya kombinasi interiornya bikin mobil ini terkesan ceria dan tergolong unik juga karena dashboardnya tidak mirip dengan produk suzuki yang lain.
console tengahnya yang sewarna bodi agak terkesan reot dan mudah goyang ketika jadi kaki bersandar disitu. Tapi mobil ini selama setahun nyaris tidak ada rattle. Unit rental di bali pun yang sudah jalan 40rb km dan mau 2 tahun pun ga ada rattle. kebalikan dengan unit rental honda brio satya yang baru 6 bulan justru sudah kriyet.
Pilar Cnya bener2 bikin blindspot yang parah ketika nengok untuk ngintip ataupun parkir. Jendela belakangnya pas dilihat dari luar besar, tapi dari dalam agak kecil karena sudut kemiringannya. tapi bagian lain cukup enak.
Driving positionnya cukup tinggi buat ukuran city car. buat istri saya ini kelebihan utama ignis. Joknya enak supportnya cukup tebal di kiri dan kanan. Lumayan empuk juga. Headrestnya juga tinggi dan agak maju ke depan, walaupun penumpang belakang jadi ga bisa lihat depan. Saya suka dengan joknya. Setirnya sayangnya ngga telescopic, tapi cukup dekat ke badan dibanding Agya. Entah kenapa saya kurang suka dengan tombol bagian bawah climate control di tipe GX. Harus rajin2 gunting kuku supaya gampang. lebih mudah gaya old school di tipe GL. Tapi salut dengan suzuki, ACnya full option, ada defogger depan belakang, heater, pengatur arah dan benar2 otomatis tinggal set temp and that's it. Storage juga cukup lumayan, tapi andai saja ada arm rest merangkap console box pasti lebih bagus.
Jok belakang sebenarnya cukup lega khususnya di headroom. Tapi untuk ukuran keluarga saya, mobil ini kita hitung sebagai 4 seater. legroom jok belakang ketika saya duduk didepan nyaris tidak tersisa. agak2 claustrophobic di belakang menurut saya karena desain jendela belakang dan headrest jok depan yang super tinggi.
Bagasi juga tergolong cukup, saya rasa march lebih lega daripada ini. andai saja lantai bagasinya bisa lebih rata dan joknya ketika dilipat juga tidak membentuk tonjolan yang cukup mengganggu. Suzuki juga harusnya jual optional luggage cover dari plastik seperti optional SGA wagon R dan ertiga.
Eksterior:
Saya suka bagian depannya, lampunya besar dan terang juga di malam hari. bentuk grill terkesan seperti kacamata kuda menurut saya tapi terlihat lucu. arch roda yang melebar juga memberi kesan baik, yang sayangnya membuat ban 175 kelihatan seperti ban sepeda.
Dari samping juga profilnya agak sedikit mengotak terlihat unik dan mirip2 SUV. Saya juga senang dengan velg bawaan yang sudah hitam, karena saya suka hitam hehe. opsi warna untuk atap dan spion juga bikin mobil ini seperti mini cooper KW hehe.
Dari belakang menurut saya desainnya fine2 aja, tapi memang agak kontroversial dan memicu "love it or hate it". Desainnya secara keseluruhan agak2 retro tapi lebih ke arah modern. Istri saya senang sekali dengan bentuk mobil ini luar dan dalam, dan dia bilang mobil ini punya karakter dan tidak terkesan seperti mobil kecil pada umum yang terkesan apa adanya karena harganya murah.
Aftersales:
Biaya perawatan suzuki cukup terjangkau dibanding merek lain, baik jasa, oli, dan sparepartnya. Bengkel resminya juga spengalaman saya tidak sembarangan memasukkan pengerjaan yang tidak perlu dilakukan seperti merek sbelah. Cuma memang oli SGO 0w-20nya yang menurut saya minus dan membuat mesin ignis bersuara seperti mesin jahit. Setelah ganti oli lain, sekarang mesin jauh lebih tenang.
Kesimpulan:
Diluar transmisi AGS dan suspensi kerasnya, menurut saya ini alternatif city car yang bagus. Mobilnya unik, punya karakter, bensinnya irit, fiturnya banyak perawatannya murah, build qualitynya bagus, ground clearance tinggi, dan thumbs up untuk suzuki bikin mobil yang enteng.
+ Punya soul dan character (jarang2 mobil murah ada karakter)
+ Ringan
+ Desain unik
+ Irit bensin
+ Ground clearance tinggi
+ Perawatan murah
+ Harga dan fiturnya
- Suspensinya keras
- AGSnya
- Interior putihnya mudah kotor
- Steering feel
Minum Pertamax turbo, oli Fastron gold 0w-20 API SN
Alasan beli:
Istri nyari mobil yang pilar A agak kotak dan bentuknya kabinnya agak boxy khususnya ruang kepala. Mobil sebelum ini pakai Kia Ray dan Mini Cooper. dan bukan melengkung seperti kebanyakan mobil umumnya disini. Dia sempet naksir berat dengan wagon R. Tapi karena fitur safety yang terlalu minim dan getaran mesin, jadi dicoret dari kandidat.
Test drive dilakukan di bali dengan cara rental ignis GL AGS selama seminggu. Setelah seminggu dicoba, keluhan datang dari transmisi yang melorot di tanjakan dan akselerasi yang terasa terlalu spontan. Kita sempet rental brio juga 2 hari, tapi headroomnya kurang tinggi. Saya 181cm dan istri 171cm. walaupun istri suka banget dengan transmisi CVTnya yang halus.
Driving feel:
Mobil ini bener2 kerasa enteng, akselerasinya terasa spontan dan gesit. Mesinnya kerasa happy banget diajak lari. diatas 4200-4300 rpm, kerasa ada dorongan ekstra dan suara mesinnya agak berubah. mesin ini juga irit, sempet average 21km/L pas PP jakarta bogor jam 4 pagi. di dalam kota macet2 pun masih 1:15-an full to full. MIDnya ga bisa dipercaya dan menurut saya agak terlalu optimistis. Gear rationya cukup lumayan khususnya di gigi 5 untuk di jalan tol. di tol lari 100 rpmnya kisaran 2600-2700.
Steeringnya menurut saya hopeless, feedbacknya ga ada, agak kerasa pelan juga (khususnya habis putar balik). tapi bobot steeringnya lumayan menurut saya. Suspensinya menurut saya terlalu keras, khususnya bagian belakang. tapi untungnya kebanyakan kita hanya duduk didepan, jadi ga terlalu kerasa. pernah naik taksi online pake ignis, wah keras bgt di blkg. cuma ya maklum aj, bodi dan ground clearancenya juga tinggi. saya prefer brio untuk urusan suspensi daripada ignis. stabilnya dapet, ga terlalu keras juga.
Peredamannya cukup lumayan untuk di kelasnya, dibanding brio ini jauh lebih baik. mungkin yang kurang hanya peredam di atap, tp saya juga maklum dengan kelasnya. yang paling berisik dari mobil ini ketika di tol ada di bagian pilar A dan spionnya.
Yang paling mengecewakan untuk saya pribadi adalah transmisi AGSnya. Sudah lama saya tidak mengemudikan mobil bertransmisi AMT, sejak proton Savvy dan BMW M3 SMG. Untuk istri saya yang seumur hidupnya mengendarai transmisi otomatis dengan torque converter, dia kaget mobil ini bisa melorot ditanjakan dan perlunya menggunakan rem tangan. Karena seumur hidup dia hanya menggunakan P. dia juga berkomentar, stop n go dimobil ini tidak nyaman. Untuk saya pribadi yang terbiasa dengan mobil manual, saya 90% lebih memilih mode manualnya karena lebih halus. Tapi saya suka dengan power loss yang minim khas manual ketika berakselerasi dari 60-80kmh, konsumsi bahan bakar yg irit dan biaya ganti kopling yang murah. Andai AMT ada hill start assist ya?
Interior: Semuanya plastik, tp cukup colorful dengan ada insert putih dan handle pintu console tengah sewarna bodi. Tapi saya pribadi lebih senang hard plastic untuk pemakaian sehari. ga pusing retak ataupun rusak walaupun dijemur. bersihinnya gampang dan tahan lama. Menurut saya kombinasi interiornya bikin mobil ini terkesan ceria dan tergolong unik juga karena dashboardnya tidak mirip dengan produk suzuki yang lain.
console tengahnya yang sewarna bodi agak terkesan reot dan mudah goyang ketika jadi kaki bersandar disitu. Tapi mobil ini selama setahun nyaris tidak ada rattle. Unit rental di bali pun yang sudah jalan 40rb km dan mau 2 tahun pun ga ada rattle. kebalikan dengan unit rental honda brio satya yang baru 6 bulan justru sudah kriyet.
Pilar Cnya bener2 bikin blindspot yang parah ketika nengok untuk ngintip ataupun parkir. Jendela belakangnya pas dilihat dari luar besar, tapi dari dalam agak kecil karena sudut kemiringannya. tapi bagian lain cukup enak.
Driving positionnya cukup tinggi buat ukuran city car. buat istri saya ini kelebihan utama ignis. Joknya enak supportnya cukup tebal di kiri dan kanan. Lumayan empuk juga. Headrestnya juga tinggi dan agak maju ke depan, walaupun penumpang belakang jadi ga bisa lihat depan. Saya suka dengan joknya. Setirnya sayangnya ngga telescopic, tapi cukup dekat ke badan dibanding Agya. Entah kenapa saya kurang suka dengan tombol bagian bawah climate control di tipe GX. Harus rajin2 gunting kuku supaya gampang. lebih mudah gaya old school di tipe GL. Tapi salut dengan suzuki, ACnya full option, ada defogger depan belakang, heater, pengatur arah dan benar2 otomatis tinggal set temp and that's it. Storage juga cukup lumayan, tapi andai saja ada arm rest merangkap console box pasti lebih bagus.
Jok belakang sebenarnya cukup lega khususnya di headroom. Tapi untuk ukuran keluarga saya, mobil ini kita hitung sebagai 4 seater. legroom jok belakang ketika saya duduk didepan nyaris tidak tersisa. agak2 claustrophobic di belakang menurut saya karena desain jendela belakang dan headrest jok depan yang super tinggi.
Bagasi juga tergolong cukup, saya rasa march lebih lega daripada ini. andai saja lantai bagasinya bisa lebih rata dan joknya ketika dilipat juga tidak membentuk tonjolan yang cukup mengganggu. Suzuki juga harusnya jual optional luggage cover dari plastik seperti optional SGA wagon R dan ertiga.
Eksterior:
Saya suka bagian depannya, lampunya besar dan terang juga di malam hari. bentuk grill terkesan seperti kacamata kuda menurut saya tapi terlihat lucu. arch roda yang melebar juga memberi kesan baik, yang sayangnya membuat ban 175 kelihatan seperti ban sepeda.
Dari samping juga profilnya agak sedikit mengotak terlihat unik dan mirip2 SUV. Saya juga senang dengan velg bawaan yang sudah hitam, karena saya suka hitam hehe. opsi warna untuk atap dan spion juga bikin mobil ini seperti mini cooper KW hehe.
Dari belakang menurut saya desainnya fine2 aja, tapi memang agak kontroversial dan memicu "love it or hate it". Desainnya secara keseluruhan agak2 retro tapi lebih ke arah modern. Istri saya senang sekali dengan bentuk mobil ini luar dan dalam, dan dia bilang mobil ini punya karakter dan tidak terkesan seperti mobil kecil pada umum yang terkesan apa adanya karena harganya murah.
Aftersales:
Biaya perawatan suzuki cukup terjangkau dibanding merek lain, baik jasa, oli, dan sparepartnya. Bengkel resminya juga spengalaman saya tidak sembarangan memasukkan pengerjaan yang tidak perlu dilakukan seperti merek sbelah. Cuma memang oli SGO 0w-20nya yang menurut saya minus dan membuat mesin ignis bersuara seperti mesin jahit. Setelah ganti oli lain, sekarang mesin jauh lebih tenang.
Kesimpulan:
Diluar transmisi AGS dan suspensi kerasnya, menurut saya ini alternatif city car yang bagus. Mobilnya unik, punya karakter, bensinnya irit, fiturnya banyak perawatannya murah, build qualitynya bagus, ground clearance tinggi, dan thumbs up untuk suzuki bikin mobil yang enteng.
+ Punya soul dan character (jarang2 mobil murah ada karakter)
+ Ringan
+ Desain unik
+ Irit bensin
+ Ground clearance tinggi
+ Perawatan murah
+ Harga dan fiturnya
- Suspensinya keras
- AGSnya
- Interior putihnya mudah kotor
- Steering feel