Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Forum untuk mengobrol hal-hal bebas.
Bisa dibuka oleh visitor dan member.

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

User avatar
van76
Visitor
Visitor
Posts: 9
Joined: Wed Dec 25, 2019 7:56
Location: Salatiga
Daily Vehicle: Nissan Xtrail 25

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by van76 »

Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
User avatar
van76
Visitor
Visitor
Posts: 9
Joined: Wed Dec 25, 2019 7:56
Location: Salatiga
Daily Vehicle: Nissan Xtrail 25

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by van76 »

ndro wrote: Mon Dec 23, 2019 14:54
Salvanost wrote: Mon Dec 23, 2019 14:34
blacksaphire wrote: Mon Dec 23, 2019 14:23 Yaaah saya udah beli bbrp barang dari luar negeri lewat lazada, aliexpress n jd.id
Kayaknya sampai dsini sekitar januari. Kena pajak gak ya?
ya kena lah
pasrah aja boss

:mky_03:

pokoknya uninstall ebay, aliexpres dll
ga tau lagi deh ecommerce importir macam jd.id sama lazada, dll kena juga apa ga
ndro wrote: Mon Dec 23, 2019 14:14 #demiibukotabaru. Ibukota perlu biaya, biaya darimana ya dari falak ini salah satunya..hehe
ini bukan masalah ibukota baru
ini masalah mau resesi ekonomi
negara juga mau duitnya ga kabur keluar negeri (walaupun ujung2nya kepake juga buat proyek dalam negeri buat bayar ke negara lain)
Udeh tau mo resesi & penerimaan dr pajek selalu dibawah target knp maksain bikin ibukota baru? Apa urgensinya? Duit drmana ya dr falak aneh2 inilah solusi instan nya... :mky_04:
karena BUMN jg udah habis dirampok....hahaha
User avatar
mobilover
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 808
Joined: Mon Jul 15, 2013 2:40

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by mobilover »

van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
Negara skandinavia dan eropa secara umum pajaknya itu gila2 loh. Bisa 50 - 60 % dr gaji diambil pemerintah. Tapi negaranya makmur2 aja. Negara hancur itu kalau hutang negara bengkak gak kekontrol, kurs mata uang melemah sampai gak ada nilainya, hyperinflasi harga naik berpuluh2 kali lipat. Gak ada hubungan pajak naik negara hancur. Yang ada malah masyarakat gak bayar pajak negara hancur gak punya duit.

Pajak naik gak ada masalah asal uangnya bener2 dipakai untuk bangun negara dan gak dikorupsi. Sumber uang negara itu cuma ada 3 ; pajak, hutang, dan dividend dr bumn. BUMN lg mau ditata skrg krn majoritas BUMN masih merugi. Jadi pendapatan negara yg bs dikejar skrg hanya pajak dan hutang. Mau pilih mana nambah hutang atau nambah pajak? Keduanya sama2 pilihan yang ga bs dihindari
donz
Member of Junior Mechanic
Member of Junior Mechanic
Posts: 36
Joined: Sat Dec 23, 2017 2:36

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by donz »

van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
Jangan terlalu serius om, nanti gila.. Wong si anu aja nyaman jalan2 jadi menteri, kasihan dong kalo negara ini ancur
User avatar
dizco
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 407
Joined: Thu Sep 29, 2016 11:10
Location: Sleman

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by dizco »

van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
boleh ditunjukkan negara yang sudah hancur karena pajaknya naik? :big_think:

kembali ke topik, seperti biasa kebijakan yang nggak jelas begini besar peluang untuk dibatalkan atau ada penyesuaian tarif ulang kembali ke "normal", lihat saja nanti.
Si ego certiorem faciam, mihi tu delendus eris
MIK
Newbie
Newbie
Posts: 12
Joined: Sun Sep 01, 2019 6:59

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by MIK »

Akar masalah nya ini ya om2 semua,,,apbn status nya sudah gali lubang tutup lubang buat bayar BUNGA HUTANG (belum POKOK HUTANG nya)
https://www.cnbcindonesia.com/news/2019 ... arah-kacau
User avatar
van76
Visitor
Visitor
Posts: 9
Joined: Wed Dec 25, 2019 7:56
Location: Salatiga
Daily Vehicle: Nissan Xtrail 25

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by van76 »

mobilover wrote: Wed Dec 25, 2019 9:41
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
Negara skandinavia dan eropa secara umum pajaknya itu gila2 loh. Bisa 50 - 60 % dr gaji diambil pemerintah. Tapi negaranya makmur2 aja. Negara hancur itu kalau hutang negara bengkak gak kekontrol, kurs mata uang melemah sampai gak ada nilainya, hyperinflasi harga naik berpuluh2 kali lipat. Gak ada hubungan pajak naik negara hancur. Yang ada malah masyarakat gak bayar pajak negara hancur gak punya duit.

Pajak naik gak ada masalah asal uangnya bener2 dipakai untuk bangun negara dan gak dikorupsi. Sumber uang negara itu cuma ada 3 ; pajak, hutang, dan dividend dr bumn. BUMN lg mau ditata skrg krn majoritas BUMN masih merugi. Jadi pendapatan negara yg bs dikejar skrg hanya pajak dan hutang. Mau pilih mana nambah hutang atau nambah pajak? Keduanya sama2 pilihan yang ga bs dihindari
Karena pendapatan perkapitanya juga jauh lbh gede mereka drpd indonesia om
User avatar
van76
Visitor
Visitor
Posts: 9
Joined: Wed Dec 25, 2019 7:56
Location: Salatiga
Daily Vehicle: Nissan Xtrail 25

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by van76 »

dizco wrote: Wed Dec 25, 2019 14:01
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
boleh ditunjukkan negara yang sudah hancur karena pajaknya naik? :big_think:

kembali ke topik, seperti biasa kebijakan yang nggak jelas begini besar peluang untuk dibatalkan atau ada penyesuaian tarif ulang kembali ke "normal", lihat saja nanti.
Mengutip dari Ibnu Khaldun :" Tanda-tanda pemerintahan akan runtuh maka akan semakin bertambahnya pajak yg dipungut"
User avatar
van76
Visitor
Visitor
Posts: 9
Joined: Wed Dec 25, 2019 7:56
Location: Salatiga
Daily Vehicle: Nissan Xtrail 25

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by van76 »

donz wrote: Wed Dec 25, 2019 12:58
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
Jangan terlalu serius om, nanti gila.. Wong si anu aja nyaman jalan2 jadi menteri, kasihan dong kalo negara ini ancur
Kelihatan aja nyaman om...haha, tp ga bs tidur jg tuh orang... hihihi
User avatar
dizco
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 407
Joined: Thu Sep 29, 2016 11:10
Location: Sleman

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by dizco »

van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 18:48
dizco wrote: Wed Dec 25, 2019 14:01
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
boleh ditunjukkan negara yang sudah hancur karena pajaknya naik? :big_think:

kembali ke topik, seperti biasa kebijakan yang nggak jelas begini besar peluang untuk dibatalkan atau ada penyesuaian tarif ulang kembali ke "normal", lihat saja nanti.
Mengutip dari Ibnu Khaldun :" Tanda-tanda pemerintahan akan runtuh maka akan semakin bertambahnya pajak yg dipungut"
ok berarti dari hasil olah pikir pemikir masa lampau, bukan dari data historis yang riil, i see...

sekarang solusi untuk meningkatkan pendapatan negara secara riil diluar meningkatkan penerimaan pajak, cukai, dan sejenisnya kira kira apa ya? mengingat kualitas sdm kita yang kurang bersaing dan kuantitas sda kita yang juga sebenarnya tidak istimewa (jangan terkecoh, kekayaan sda kita baik cadangan terbukti maupun potensinya itu tidak ada yang istimewa).

kalau mau memperbaiki mutu anggaran seperti mengurangi jumlah pns (apbn-apbd kita jebol di bayar gaji), rasionalisasi bumn, perampingan tni-polri, perbaikan kualitas anggaran, (ex: pendidikan fokus di peningkatan kualitas guru, bukan jumlah AC & UPS. perencanaan jelas, bukan bongkar pasang trotoar tiap akhir tahun), pemotongan subsidi konsumtif (ex: biosolar & premium untuk pemakaian pribadi perorangan) sepertinya susah ye...... :mky_01:
Si ego certiorem faciam, mihi tu delendus eris
User avatar
bensinsolar
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 734
Joined: Tue Sep 27, 2016 8:34

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by bensinsolar »

van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 18:48
dizco wrote: Wed Dec 25, 2019 14:01
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
boleh ditunjukkan negara yang sudah hancur karena pajaknya naik? :big_think:

kembali ke topik, seperti biasa kebijakan yang nggak jelas begini besar peluang untuk dibatalkan atau ada penyesuaian tarif ulang kembali ke "normal", lihat saja nanti.
Mengutip dari Ibnu Khaldun :" Tanda-tanda pemerintahan akan runtuh maka akan semakin bertambahnya pajak yg dipungut"
Tp saya bilang pajak Impor ini memang diperlukan, masa saya beli lap mobil melalui OL shop cuma 70an rb dikirim dari luar? yg lebih wow lagi beli extension lampu <10rb dikirim dari luar juga. Secara kalo lagi buru2 saya beli yg seller dgn bntang byk tdk perhatikan seller lokal/luar. [emo-yesno]
User avatar
Turboman
SM Specialist
SM Specialist
Posts: 21988
Joined: Mon Dec 12, 2005 5:14

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by Turboman »

Zaman skg ini export manufaktur utk pasar Global dari negara manapun berat kalo suru lawan RRC

di RRC industri2 Hulu & Strategis rata2 milik BUMN & BUMD.......PKC itu udah jadi Konglomerat bisnis terbesar di dunia.......dari industri Baja / Pesawat / Oil & Gas / Mobil / Petrokimia dll dll......sampe pabrik Watch movement (Sea Gull & HZ watch) dan CCTV HikVision

Industri BUMN bisa jual murah & balik modal lama banget mereka gak takut.......pengembangan industri didukung dana tak berseri dari ICBC / CCB bank dll

pojokban
New Member of Senior Mechanic
New Member of Senior Mechanic
Posts: 139
Joined: Sun Nov 16, 2014 13:03

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by pojokban »

Gembellisme wrote: Mon Dec 23, 2019 17:00 Wah, mumpung lg bhs ini

Saya mau nanya ni om,,
Kemaren kita beli alat komputer seken dari org riau yaitu Processor sma motherboard senilai 2 jutaan,,
Nah trus kita lanjut transaksi lwt t*kped biar aman dan dkrm lwt J*E,,
Dan stlh beberapa hari trnyata dpt info itu barang ketahan di bea cukai di balikpapan,
saya jadi bingung kenapa,,, apa karena nilainya diatas 1 juta terus karena brg tsb dkrim dan transit ke batam dlu kemudian di anggap dari luar negeri?
Karena yg saya tahu dari penjual tsb. Dia beli brg tsb dari jkt dan masih ada histori transaksi pembelian onlinenya,
Ada yg bisa paham masalah gnian?
Karena pada saat kita suruh gnti ke Pengriman sebelah (j*t) katanya juga ga brani ngejamin kalo barang itu bsa lolos beacukai...
Iya Om, barang dari seluruh indonesia ke batam dianggap lokal, tapi keluar dari batam dianggap import, karena batam dianggap daerah ekonomi khusus
P47hos
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 352
Joined: Fri Feb 16, 2018 14:23
Location: Kalimantan

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by P47hos »

van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
Klo anda ga belanja barang Dr luar ga akan kena pajak nya kok. Simple. Keliatannya sih tujuan pajak ini bukan utk menambah pendapatan dr pajak, tp lebih kepada proteksi dan menutup celah importir besar memainkan batas tax nya. Kecuali om memang pemain di bidang itu yaa pasti berasa imbasnya. Klo yg hanya sesekali beli, ya pasti mikir2 mending beli di dlam negeri aja sekalian.
FR6
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 463
Joined: Wed Jul 26, 2017 9:52
Location: Jakarta
Daily Vehicle: LMPV

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by FR6 »

ndro wrote: Mon Dec 23, 2019 14:54
Salvanost wrote: Mon Dec 23, 2019 14:34
blacksaphire wrote: Mon Dec 23, 2019 14:23 Yaaah saya udah beli bbrp barang dari luar negeri lewat lazada, aliexpress n jd.id
Kayaknya sampai dsini sekitar januari. Kena pajak gak ya?
ya kena lah
pasrah aja boss

:mky_03:

pokoknya uninstall ebay, aliexpres dll
ga tau lagi deh ecommerce importir macam jd.id sama lazada, dll kena juga apa ga
ndro wrote: Mon Dec 23, 2019 14:14 #demiibukotabaru. Ibukota perlu biaya, biaya darimana ya dari falak ini salah satunya..hehe
ini bukan masalah ibukota baru
ini masalah mau resesi ekonomi
negara juga mau duitnya ga kabur keluar negeri (walaupun ujung2nya kepake juga buat proyek dalam negeri buat bayar ke negara lain)
Udeh tau mo resesi & penerimaan dr pajek selalu dibawah target knp maksain bikin ibukota baru? Apa urgensinya? Duit drmana ya dr falak aneh2 inilah solusi instan nya... :mky_04:

Nah itu Om, udh duit ga ada, bikin ibukota baru, mobil menteri baru. Hadeeehhh orang2 kaya gitu ga peru dikasih mobdin baru, mobil2 pribadinya juga pada bagus. Kalo presiden wajar lah pake mobil baru. Nah ini menteri?? Banyak banget serenceng :big_dunno:
MIK
Newbie
Newbie
Posts: 12
Joined: Sun Sep 01, 2019 6:59

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by MIK »

dizco wrote: Thu Dec 26, 2019 2:09
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 18:48
dizco wrote: Wed Dec 25, 2019 14:01

boleh ditunjukkan negara yang sudah hancur karena pajaknya naik? :big_think:

kembali ke topik, seperti biasa kebijakan yang nggak jelas begini besar peluang untuk dibatalkan atau ada penyesuaian tarif ulang kembali ke "normal", lihat saja nanti.
Mengutip dari Ibnu Khaldun :" Tanda-tanda pemerintahan akan runtuh maka akan semakin bertambahnya pajak yg dipungut"
ok berarti dari hasil olah pikir pemikir masa lampau, bukan dari data historis yang riil, i see...

sekarang solusi untuk meningkatkan pendapatan negara secara riil diluar meningkatkan penerimaan pajak, cukai, dan sejenisnya kira kira apa ya? mengingat kualitas sdm kita yang kurang bersaing dan kuantitas sda kita yang juga sebenarnya tidak istimewa (jangan terkecoh, kekayaan sda kita baik cadangan terbukti maupun potensinya itu tidak ada yang istimewa).

kalau mau memperbaiki mutu anggaran seperti mengurangi jumlah pns (apbn-apbd kita jebol di bayar gaji), rasionalisasi bumn, perampingan tni-polri, perbaikan kualitas anggaran, (ex: pendidikan fokus di peningkatan kualitas guru, bukan jumlah AC & UPS. perencanaan jelas, bukan bongkar pasang trotoar tiap akhir tahun), pemotongan subsidi konsumtif (ex: biosolar & premium untuk pemakaian pribadi perorangan) sepertinya susah ye...... :mky_01:
Kalau pendapatan kurang ya pengeluaran di tahan, jangan buang2 untuk hal tidak perlu. Porsi pengeluaran terbesar APBN itu belanja pegawai, bayar bunga hutang dan belanja barang (ntah detail barang nya seperti apa). Porsi infrastruktur lebih kecil karna itu BUMN karya yg dipaksa berhutang untuk proyek2 mereka sesuai arahan pemerintah. BUMN konstruksi itu rata Rasio hutang terhadap equity nya sudah 3X, sudah deg2an. BUMN yang sehat itu cuma BANK, itu pun untuk karna sistem bunga yg mencekik. SDA andalan spt batubara & CPO harga nya rendah terus beberapa tahun, Jadi pemerintah harus lebih aware, jgn proyek2 terus yang di kebut.
MIK
Newbie
Newbie
Posts: 12
Joined: Sun Sep 01, 2019 6:59

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by MIK »

Turboman wrote: Thu Dec 26, 2019 2:20 Zaman skg ini export manufaktur utk pasar Global dari negara manapun berat kalo suru lawan RRC

di RRC industri2 Hulu & Strategis rata2 milik BUMN & BUMD.......PKC itu udah jadi Konglomerat bisnis terbesar di dunia.......dari industri Baja / Pesawat / Oil & Gas / Mobil / Petrokimia dll dll......sampe pabrik Watch movement (Sea Gull & HZ watch) dan CCTV HikVision

Industri BUMN bisa jual murah & balik modal lama banget mereka gak takut.......pengembangan industri didukung dana tak berseri dari ICBC / CCB bank dll
Betul,,,Cina ga segan melakukan politik dumping untuk menguasai pasar,,bahkan mata uang mereka sengaja di perlemah agar barang expor mereka terlihat murah. Di Indonesia malah banyak yang dukung kalau rupiah lemah, padahal negara nya tukang impor sampai2 neraca dagang defisit terus :ngacir:
User avatar
dizco
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 407
Joined: Thu Sep 29, 2016 11:10
Location: Sleman

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by dizco »

MIK wrote: Thu Dec 26, 2019 3:02
dizco wrote: Thu Dec 26, 2019 2:09
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 18:48
Mengutip dari Ibnu Khaldun :" Tanda-tanda pemerintahan akan runtuh maka akan semakin bertambahnya pajak yg dipungut"
ok berarti dari hasil olah pikir pemikir masa lampau, bukan dari data historis yang riil, i see...

sekarang solusi untuk meningkatkan pendapatan negara secara riil diluar meningkatkan penerimaan pajak, cukai, dan sejenisnya kira kira apa ya? mengingat kualitas sdm kita yang kurang bersaing dan kuantitas sda kita yang juga sebenarnya tidak istimewa (jangan terkecoh, kekayaan sda kita baik cadangan terbukti maupun potensinya itu tidak ada yang istimewa).

kalau mau memperbaiki mutu anggaran seperti mengurangi jumlah pns (apbn-apbd kita jebol di bayar gaji), rasionalisasi bumn, perampingan tni-polri, perbaikan kualitas anggaran, (ex: pendidikan fokus di peningkatan kualitas guru, bukan jumlah AC & UPS. perencanaan jelas, bukan bongkar pasang trotoar tiap akhir tahun), pemotongan subsidi konsumtif (ex: biosolar & premium untuk pemakaian pribadi perorangan) sepertinya susah ye...... :mky_01:
Kalau pendapatan kurang ya pengeluaran di tahan, jangan buang2 untuk hal tidak perlu. Porsi pengeluaran terbesar APBN itu belanja pegawai, bayar bunga hutang dan belanja barang (ntah detail barang nya seperti apa). Porsi infrastruktur lebih kecil karna itu BUMN karya yg dipaksa berhutang untuk proyek2 mereka sesuai arahan pemerintah. BUMN konstruksi itu rata Rasio hutang terhadap equity nya sudah 3X, sudah deg2an. BUMN yang sehat itu cuma BANK, itu pun untuk karna sistem bunga yg mencekik. SDA andalan spt batubara & CPO harga nya rendah terus beberapa tahun, Jadi pemerintah harus lebih aware, jgn proyek2 terus yang di kebut.
exactly, pengeluaran belanja pegawai dan pengadaan itu yang harusnya bisa dipotong karena birokrasi kita terutama di daerah itu gemuknya luar biasa, di daerah bisa >50% APBD habisa hanya untuk keperluan gaji tapi kinerja dan hasilnya? :mky_05: .

proyek infrastruktur itu sangat penting karena penggerak ekonomi riil secara nyata, dan banyak proyek yang perencanaannya dari tahun 1980an sampai awal 2000an nggak jalan, malah banyak yang tendar tender tapi nggak jalan karena dimakelarin pemenang tender dari swasta :mky_07:

rasio DER walaupun bisa dibilang 3x, tapi rasio Debt to Asset cukup bagus lho, jangan disamakan. hutang sebagian besar BUMN karya yang nggarap infrastruktur itu juga banyak yang akan dibayarkan oleh pemerintah sewaktu proyek selesai (turn key), penggantian pembayaran oleh LMAN, skema BOT dkk. (asal dibayar tepat waktu lho ya :mky_01: )

proyek perlu dikebut karena memang infrastruktur kita sudah jauh tertinggal kualitas dan kuantitasnya, tapi balik lagi kualitas dan prioritasnya perlu ditata ulang, dan untuk tahun depan sudah ada lampu kuning moratorium beberapa jenis pekerjaan infrastruktur dari APBN.....
Si ego certiorem faciam, mihi tu delendus eris
User avatar
Omnibus
New Member of Mechanic Master
New Member of Mechanic Master
Posts: 11326
Joined: Tue Apr 08, 2008 10:12

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by Omnibus »

dizco wrote: Thu Dec 26, 2019 2:09
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 18:48
dizco wrote: Wed Dec 25, 2019 14:01

boleh ditunjukkan negara yang sudah hancur karena pajaknya naik? :big_think:

kembali ke topik, seperti biasa kebijakan yang nggak jelas begini besar peluang untuk dibatalkan atau ada penyesuaian tarif ulang kembali ke "normal", lihat saja nanti.
Mengutip dari Ibnu Khaldun :" Tanda-tanda pemerintahan akan runtuh maka akan semakin bertambahnya pajak yg dipungut"
ok berarti dari hasil olah pikir pemikir masa lampau, bukan dari data historis yang riil, i see...

sekarang solusi untuk meningkatkan pendapatan negara secara riil diluar meningkatkan penerimaan pajak, cukai, dan sejenisnya kira kira apa ya? mengingat kualitas sdm kita yang kurang bersaing dan kuantitas sda kita yang juga sebenarnya tidak istimewa (jangan terkecoh, kekayaan sda kita baik cadangan terbukti maupun potensinya itu tidak ada yang istimewa).

kalau mau memperbaiki mutu anggaran seperti mengurangi jumlah pns (apbn-apbd kita jebol di bayar gaji), rasionalisasi bumn, perampingan tni-polri, perbaikan kualitas anggaran, (ex: pendidikan fokus di peningkatan kualitas guru, bukan jumlah AC & UPS. perencanaan jelas, bukan bongkar pasang trotoar tiap akhir tahun), pemotongan subsidi konsumtif (ex: biosolar & premium untuk pemakaian pribadi perorangan) sepertinya susah ye...... :mky_01:
tergantung definisi negara hancur itu apa. definisinya kl dipersempit spt negative gdp growth, increased unemployment, public unrest for coup maka sdh banyak contohnya krn pajak yg tinggi. Karena kenaikan pajak itu merupakan instrumen fiscal policy (contraction fiscal policy) yg dipakai utk controlling inflasi pada mulanya. Sampai titik tertentu dimana sudah diluar batas kesanggupan rakyat maka akan ada upaya2 pertentangan. Biasanya diikuti dgn inflasi yg meledak ibarat ban pecah krn langkanya barang. Yg paling notable salah satunya 1930s US great depression s/d yg terakhir Zimbabwe 2000. Thanks to the Internet Wikipedia sdh merecord dr jaman roman empire sampai skrg, lihat di bagian example disini https://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of ... resistance

di jaman e-commerce spt skrg sdh tidak bisa govt memakai cara2 pragmatis (baca: jadul) utk limit ini limit itu proteksi sini sana kalau ga mau diasingkan dr global trading. semua negara bukan indo saja juga melakukan expor n impor cuma bagaimana caranya spy mata uang negara tsb tetap stabil. Solusinya tak lain tak bukan adalah dgn ATM (amati, tiru, modifikasi) di sektor yg sedang dan akan tetap booming yaitu e-commerce utk menyetarakan trade balance; meningkatkan ekspor. Lbh dr 10 tahun US sdh mulai dgn amazon. china sdh mulai dgn made-in-china.com utk grosir dan aliexpress utk retail. jepang dgn rakuten. mereka itu semua orientasinya adalah pasar ekspor, global market. indonesia sebetulnya punya indonetwork utk global market tapi formatnya cuma spt yellowpages aja tanpa bisa menawarkan solusi BUY button yg effortless. ga tau kl skrg. sementara tokped dan bl terlalu fokus dgn domestic market. jadi langkah yg tangible adalah ikuti mereka2 itu yg sdh lebih dulu set the business model. sy yakin kl seller indo difasilitasi utk ikutan jualan ke global market impactnya besar utk mendongkrak nilai ekspor.

tapi.... sy sempat ngobrol bareng dgn bos konveksi merk ternama di bdg, sy tanya kenapa ga coba expor produk dia ke LN, jawabnya yg domestik aja msh menguntungkan dan belum tergarap semua ngapain mikirin ekspor. ya mudah2an ga semua gitu mikirnya.
User avatar
van76
Visitor
Visitor
Posts: 9
Joined: Wed Dec 25, 2019 7:56
Location: Salatiga
Daily Vehicle: Nissan Xtrail 25

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by van76 »

P47hos wrote: Thu Dec 26, 2019 2:39
van76 wrote: Wed Dec 25, 2019 8:18 Ciri ciri negara akan hancur adalah makin naiknya pajak......semoga rezimnya aja yg hancur bukan negara ini
Klo anda ga belanja barang Dr luar ga akan kena pajak nya kok. Simple. Keliatannya sih tujuan pajak ini bukan utk menambah pendapatan dr pajak, tp lebih kepada proteksi dan menutup celah importir besar memainkan batas tax nya. Kecuali om memang pemain di bidang itu yaa pasti berasa imbasnya. Klo yg hanya sesekali beli, ya pasti mikir2 mending beli di dlam negeri aja sekalian.
6 bln yg lalu saya beli iphone dr dubai, cuma 1 doang ,Ternyata smp bandara ga ada cek2 dr bea cukai ya, apa krn ga kliatan nenteng barang ato krn cuma 1 ato gmn ya?
RVR
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 944
Joined: Fri Jul 20, 2012 13:31

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by RVR »

mobilover wrote: Tue Dec 24, 2019 5:33 Impor emang lebih enak drpd bikin pabrik di sini.
Makanya defisit neraca perdagangan makin gede. Itu juga salah satu alasan trump bikin trade war. Impor barang china lbh gede dari ekspor ke sana.

Sebenarnya yg paling ideal itu barang2 bisa diproduksi sendiri di indonesia jadi impor hanya barang2 khusus aja. Supaya nambah lapangan kerja dan ngurangin ketergantungan ke impor. Tapi yah barang dr china tetap lbh murah jadi saya yakin org ttp beli barang dari sana.
ini kayaknya jawaban final deh.....pas
MIK
Newbie
Newbie
Posts: 12
Joined: Sun Sep 01, 2019 6:59

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by MIK »

dizco wrote: Thu Dec 26, 2019 4:58
MIK wrote: Thu Dec 26, 2019 3:02
dizco wrote: Thu Dec 26, 2019 2:09

ok berarti dari hasil olah pikir pemikir masa lampau, bukan dari data historis yang riil, i see...

sekarang solusi untuk meningkatkan pendapatan negara secara riil diluar meningkatkan penerimaan pajak, cukai, dan sejenisnya kira kira apa ya? mengingat kualitas sdm kita yang kurang bersaing dan kuantitas sda kita yang juga sebenarnya tidak istimewa (jangan terkecoh, kekayaan sda kita baik cadangan terbukti maupun potensinya itu tidak ada yang istimewa).

kalau mau memperbaiki mutu anggaran seperti mengurangi jumlah pns (apbn-apbd kita jebol di bayar gaji), rasionalisasi bumn, perampingan tni-polri, perbaikan kualitas anggaran, (ex: pendidikan fokus di peningkatan kualitas guru, bukan jumlah AC & UPS. perencanaan jelas, bukan bongkar pasang trotoar tiap akhir tahun), pemotongan subsidi konsumtif (ex: biosolar & premium untuk pemakaian pribadi perorangan) sepertinya susah ye...... :mky_01:
Kalau pendapatan kurang ya pengeluaran di tahan, jangan buang2 untuk hal tidak perlu. Porsi pengeluaran terbesar APBN itu belanja pegawai, bayar bunga hutang dan belanja barang (ntah detail barang nya seperti apa). Porsi infrastruktur lebih kecil karna itu BUMN karya yg dipaksa berhutang untuk proyek2 mereka sesuai arahan pemerintah. BUMN konstruksi itu rata Rasio hutang terhadap equity nya sudah 3X, sudah deg2an. BUMN yang sehat itu cuma BANK, itu pun untuk karna sistem bunga yg mencekik. SDA andalan spt batubara & CPO harga nya rendah terus beberapa tahun, Jadi pemerintah harus lebih aware, jgn proyek2 terus yang di kebut.
exactly, pengeluaran belanja pegawai dan pengadaan itu yang harusnya bisa dipotong karena birokrasi kita terutama di daerah itu gemuknya luar biasa, di daerah bisa >50% APBD habisa hanya untuk keperluan gaji tapi kinerja dan hasilnya? :mky_05: .

proyek infrastruktur itu sangat penting karena penggerak ekonomi riil secara nyata, dan banyak proyek yang perencanaannya dari tahun 1980an sampai awal 2000an nggak jalan, malah banyak yang tendar tender tapi nggak jalan karena dimakelarin pemenang tender dari swasta :mky_07:

rasio DER walaupun bisa dibilang 3x, tapi rasio Debt to Asset cukup bagus lho, jangan disamakan. hutang sebagian besar BUMN karya yang nggarap infrastruktur itu juga banyak yang akan dibayarkan oleh pemerintah sewaktu proyek selesai (turn key), penggantian pembayaran oleh LMAN, skema BOT dkk. (asal dibayar tepat waktu lho ya :mky_01: )

proyek perlu dikebut karena memang infrastruktur kita sudah jauh tertinggal kualitas dan kuantitasnya, tapi balik lagi kualitas dan prioritasnya perlu ditata ulang, dan untuk tahun depan sudah ada lampu kuning moratorium beberapa jenis pekerjaan infrastruktur dari APBN.....
1. DER mencerminkan kemampuan perusahaan bayar hutang. Debt to asset (DAR) perbandingan utang terhadap asset, DAR saja sudah 0.7 rata2,,berarti 70% asset di biayai oleh hutang. DAR ini penting seandai nya perusahaan bangkrut, apakah assest nya bisa menutupi hutang2nya. Tentu nya kita tak ingin bumn sampai bangkrut, maka nya DER lebih penting untuk melihat kemampuan bayar hutang perusahaan.

2. Beban PNS di APBD & APBN itu strategi pemerintah agar tingkat pengangguran "terjaga", terlihat rendah. Indikator ekonomi sudah banyak yg tidak bagus, ga mungkin pemerintah menambah lagi indikator kegagalan nya.

3. Pembayaran proyek turnkey bumn duit nya darimana??pasti dari hutang lagi karna apbn sj defisit selalu. Jadi kesimpulan nya hutang BUMN karya pindah ke hutang pemerintah.

4. Prioritisasi infrastruktur seharus nya dari awal pemerintahan, tapi anda lihat saja sekarang, proyek yang kekeh di kebut kira2 prioritas tidak dengan kondisi ekonomi negara spt ini..bisa di pikir sendiri... :mky_04:
lemonadelovers
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 1558
Joined: Sat Apr 26, 2014 4:42

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by lemonadelovers »

Solusi mengatasi impor ya balik ke mindset warga negaranya (rakyat dan pejabat) klo ada produk lokal jgn beli yg impor / tirulah nasionalisme jepang

Cthnya yg saya bingung ngapain sih beli mobil pejabat full cbu padahal yg dirakit lokal sudah ada, at least itu akan menjadi insentif bagi mereka yg mau rakit lokal.
Dan lakukan penghematan belanja, cth mobil dinas belilah yg paling murah harganya baik harga maupun merek di kelas yg sama
V engine enthusiast:
V6: VQ35DE{|}CVT
V8: 1UR-FSE{|}8AT

predecessor
V6: 2GR-FE{|}6AT
User avatar
dizco
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 407
Joined: Thu Sep 29, 2016 11:10
Location: Sleman

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by dizco »

Omnibus wrote: Thu Dec 26, 2019 5:23
tergantung definisi negara hancur itu apa. definisinya kl dipersempit spt negative gdp growth, increased unemployment, public unrest for coup maka sdh banyak contohnya krn pajak yg tinggi. Karena kenaikan pajak itu merupakan instrumen fiscal policy (contraction fiscal policy) yg dipakai utk controlling inflasi pada mulanya. Sampai titik tertentu dimana sudah diluar batas kesanggupan rakyat maka akan ada upaya2 pertentangan. Biasanya diikuti dgn inflasi yg meledak ibarat ban pecah krn langkanya barang. Yg paling notable salah satunya 1930s US great depression s/d yg terakhir Zimbabwe 2000. Thanks to the Internet Wikipedia sdh merecord dr jaman roman empire sampai skrg, lihat di bagian example disini https://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of ... resistance

di jaman e-commerce spt skrg sdh tidak bisa govt memakai cara2 pragmatis (baca: jadul) utk limit ini limit itu proteksi sini sana kalau ga mau diasingkan dr global trading. semua negara bukan indo saja juga melakukan expor n impor cuma bagaimana caranya spy mata uang negara tsb tetap stabil. Solusinya tak lain tak bukan adalah dgn ATM (amati, tiru, modifikasi) di sektor yg sedang dan akan tetap booming yaitu e-commerce utk menyetarakan trade balance; meningkatkan ekspor. Lbh dr 10 tahun US sdh mulai dgn amazon. china sdh mulai dgn made-in-china.com utk grosir dan aliexpress utk retail. jepang dgn rakuten. mereka itu semua orientasinya adalah pasar ekspor, global market. indonesia sebetulnya punya indonetwork utk global market tapi formatnya cuma spt yellowpages aja tanpa bisa menawarkan solusi BUY button yg effortless. ga tau kl skrg. sementara tokped dan bl terlalu fokus dgn domestic market. jadi langkah yg tangible adalah ikuti mereka2 itu yg sdh lebih dulu set the business model. sy yakin kl seller indo difasilitasi utk ikutan jualan ke global market impactnya besar utk mendongkrak nilai ekspor.

tapi.... sy sempat ngobrol bareng dgn bos konveksi merk ternama di bdg, sy tanya kenapa ga coba expor produk dia ke LN, jawabnya yg domestik aja msh menguntungkan dan belum tergarap semua ngapain mikirin ekspor. ya mudah2an ga semua gitu mikirnya.
nah enak ini ada data penunjang riil :big_okay:

untuk ekspor, dari hasil ngobrol dengan beberapa pelaku usaha ternyata urusannya tidak mudah dan lumayan berbelit. sebagai contoh ada yang cerita kalau pengajuan pembebasan ppn untuk jualan barang ekspor cukup rumit, waktu dan biaya pengiriman kurang bersaing, dan khususnya untuk industri kayu banyak keluhan terkait implementasi SVLK yang tumpang-tindih dengan standar FSC yang diakui secara global. Ada cerita kalau ada perusahaan yang nggak bisa follow-up tawaran ekspor dan ada juga yang "numpang" pakai atas nama perusahaan lain yang perijinannya sudah lengkap karena pengurusan dokumen dan plus plusnya kalau atas nama perusahaan sendiri yang belum masuk di hitungan.

MIK wrote: Thu Dec 26, 2019 3:02
1. DER mencerminkan kemampuan perusahaan bayar hutang. Debt to asset (DAR) perbandingan utang terhadap asset, DAR saja sudah 0.7 rata2,,berarti 70% asset di biayai oleh hutang. DAR ini penting seandai nya perusahaan bangkrut, apakah assest nya bisa menutupi hutang2nya. Tentu nya kita tak ingin bumn sampai bangkrut, maka nya DER lebih penting untuk melihat kemampuan bayar hutang perusahaan.

2. Beban PNS di APBD & APBN itu strategi pemerintah agar tingkat pengangguran "terjaga", terlihat rendah. Indikator ekonomi sudah banyak yg tidak bagus, ga mungkin pemerintah menambah lagi indikator kegagalan nya.

3. Pembayaran proyek turnkey bumn duit nya darimana??pasti dari hutang lagi karna apbn sj defisit selalu. Jadi kesimpulan nya hutang BUMN karya pindah ke hutang pemerintah.

4. Prioritisasi infrastruktur seharus nya dari awal pemerintahan, tapi anda lihat saja sekarang, proyek yang kekeh di kebut kira2 prioritas tidak dengan kondisi ekonomi negara spt ini..bisa di pikir sendiri... :mky_04:
1. betul memang angka DER-DAR BUMN karya sudah ada di batas atas walau belum bisa dibilang mengkhawatirkan, kuncinya sekarang ada di pembayaran oleh pemerintah yang terkait juga dengan poin nomor 3.

Untuk beberapa BUMN sepertinya lebih baik bangkrut dan anak-cucu usaha di-review dan ditutup, boroknya kebanyakan. duit diputerin sendiri untuk kepentingan segelintir orang saja, mau di-bail out atau disuntik modal juga nggak guna karena sudah bocor terus dari dalam. semoga untuk BUMN ada solusi dari kemen-BUMN, karena memang kalau tidak ada perbaikan dan review menyeluruh memang bocornya nggak akan bisa ditambal.

2. nah itu dia padahal cara paling baik dan efisien ya pemangkasan jumlah PNS, zero-growth sesuai kebutuhan, pengetatan atas parameter KPI PNS dan juga mempermudah pemecatan bagi PNS karena jujur mecat PNS itu susah, kecuali kasus tertentu paling non-job saha. khusus untuk pns di pemda, sudah jadi fenomena umum kalau setelah pilkada ada pengangkatan pns atau penggeseran jabatan t.t.t. baik untuk mengakomodasi relawan/pendukung atau "mengamankan" satu-dua hal. kalau manajemen PNS tidak diperbaiki mau sampai kapan coba kanker ini menggerogoti?

3. betul, tapi sesuai poin bahasan sebelumnya terkait DAR-DER BUMN karya, selama pembayaran pemerintah terkait progres maupun penyelesaian proyek bisa lancar dan mulus, angka DAR-DER tidak akan menjadi masalah karena pembayarannya jalan terus. kecuali seperti pertamina yang pembayaran piutang subsidinya lumayan macet nah itu baru jadi masalah...

soal hutang pemerintah yang gali lubang tutup lubang yah begitulah, bingung juga mau mengharapkan pemasukan dari pajak dan cukai yang kalau bisa tembus 80% dari target saja sepertinya sudah bagus banget, padahal rasio pajak kita sudah rendah sekali

4. betul, sayangnya memang terlalu banyak "kepentingan" dalam politik infrastruktur di negeri ini, dan saya tidak perlu mikir sendiri karena saya sendiri berkecimpung di bidang rekayasa konstruksi yang juga mengerjakan beberapa proyek infrastruktur via BUMN karya, jadi sudah lihat plus dengar dengan mata kepala dan kuping sendiri apa yang terjadi di dalam...
Si ego certiorem faciam, mihi tu delendus eris
dionfc
Member of Junior Mechanic
Member of Junior Mechanic
Posts: 47
Joined: Sun Nov 26, 2017 3:46
Location: Jawa Timur
Daily Vehicle: Yaris

Re: Tahun Depan Belanja Barang Impor Online Mulai Rp 45.000 Kena Pajak

Post by dionfc »

cintailah produk2 indonesia...