SerayaMotor.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam analis meeting kinerja keuangan, para eksekutif menjawab pertanyaan soal bagaimana rencana mereka bersaing di industri mobil listrik dan mengungkap persamaan Tesla dengan restoran yang masih mempromosikan resepnya.

Presiden Toyota Akio Toyoda mengakui valuasi produsen mobil listrik Tesla sangat tinggi, mencapai US$400 miliar. Jika ketujuh produsen mobil Jepang digabungkan, masih belum bisa mengalahkan valuasi Tesla.

Namun Akio Toyoda membandingkan Tesla dan Toyota. Ia menyebut Tesla sebagai restoran yang masih mempromosikan resepnya, sementara Toyota ibarat restoran yang sudah melayani banyak pelanggan.

"Saya ragu untuk mengatakan ini, bisnis Tesla, jika Anda ingin menggunakan analogi, seperti dapur dan koki," ujar Akio Toyoda, seperti dikutip dari CNBC International, Senin (9/11/2020).

"Mereka belum menciptakan bisnis sebenarnya di dunia nyata. Mereka mencoba berdagang resep. Koki mengatakan 'Resep kami akan menjadi standar dunia di masa depan!'."

"Di Toyota, kami memiliki dapur asli dan koki sungguhan, dan sudah membuat hidangan. Ada pelanggan, yang sangat pemilih tentang apa yang mereka suka makan, duduk di depan kami, dan sudah menyantap hidangan kami. "

Aiko Toyoda menerangkan perusahaannya telah membuat dan menjual beberapa variasi mobil yang jauh lebih tinggi daripada Tesla, ada 100 juta kendaraan Toyota yang sudah beredar di jalanan yang dimiliki oleh individu, armada, dan pelanggan lainnya.

Toyota berharap menjual sekitar 7,5 juta kendaraan selama tahun fiskal 2021, yang dimulai pada 1 April 2020. Tesla mengharapkan untuk menjual 500.000 kendaraan listrik pada tahun 2020.


(roy/dru)

dudeck99 wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 11:46 Perlu diingat valuasi saham itu bukan nilai aset Tesla.

ChZ wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 14:45

dudeck99 wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 11:46 Perlu diingat valuasi saham itu bukan nilai aset Tesla.

Lol hahahaha nailed it. Itulah knp saya selalu skeptis dengan so called digital start ups dengan valuasi yang fantastis...

ChZ wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 14:45

dudeck99 wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 11:46 Perlu diingat valuasi saham itu bukan nilai aset Tesla.

Lol hahahaha nailed it. Itulah knp saya selalu skeptis dengan so called digital start ups dengan valuasi yang fantastis...

FR6 wrote: ↑Tue Nov 24, 2020 5:51

ChZ wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 14:45

dudeck99 wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 11:46 Perlu diingat valuasi saham itu bukan nilai aset Tesla.

Lol hahahaha nailed it. Itulah knp saya selalu skeptis dengan so called digital start ups dengan valuasi yang fantastis...

saya cuma mikir, kalo perusahaan kaya gitu di "pailitkan", nilai asetnya gak setinggi nilai valuasi, sisanya ambil dari mana ya?

dudeck99 wrote: ↑Tue Nov 24, 2020 9:07

FR6 wrote: ↑Tue Nov 24, 2020 5:51

ChZ wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 14:45

Lol hahahaha nailed it. Itulah knp saya selalu skeptis dengan so called digital start ups dengan valuasi yang fantastis...

saya cuma mikir, kalo perusahaan kaya gitu di "pailitkan", nilai asetnya gak setinggi nilai valuasi, sisanya ambil dari mana ya?

Maksudnya sisanya ambil dari mana ini bagaimana oms? beli saham kan tidak seperti naruh uang deposito. Sebagai contoh saham Hanson International, punya Benny Tjokro yang tersangkut Jiwasraya. Itu kan nilainya sudah terjun bebas ke nilai terendah Rp.50/saham. Ya sudah, investor yang pegang bisanya jualan sekitaran segitu walaupun dulunya beli Rp1000/saham. Itu pun klo ada yg mau beli, klo ga ya terpaksa itu barang dipegang begitu aja.

Herman7103 wrote: ↑Tue Nov 24, 2020 6:46 Menurut pendapat saya pribadi, mereka yang berani beli saham Tesla hingga mengkerek naiknya valuasi harga saham Tesla untuk Investasi di saham perusahaan mobil listrik sebenarnya karena,mereka bertaruh pada 3 Trend teknologi besar yang akan terjadi cepat atau lambat di masa yang akan datang:
1. Mobil Listrik, cepat atau lambat akan booming.
2. Teknologi Baterai
3. Autonomous driving.

Waktu yang akan membuktikan nya
benar atau tidaknya akan terjadi Trend teknologi tersebut di masa yang akan datang.

Institusi Investasi di USA Morgan Stanley dalam forecasts nya menyatakan Tesla akan menjual 6 juta mobil Listrik tahun 2030 dan dapat menghasilkan pendapatan margin tinggi yg meningkat pesat dari layanan dan baterai.

Bacaan tentang EV source:
https://seekingalpha.com/article/438412 ... tober-2020

dudeck99 wrote:

Herman7103 wrote: ↑Tue Nov 24, 2020 6:46 Menurut pendapat saya pribadi, mereka yang berani beli saham Tesla hingga mengkerek naiknya valuasi harga saham Tesla untuk Investasi di saham perusahaan mobil listrik sebenarnya karena,mereka bertaruh pada 3 Trend teknologi besar yang akan terjadi cepat atau lambat di masa yang akan datang:
1. Mobil Listrik, cepat atau lambat akan booming.
2. Teknologi Baterai
3. Autonomous driving.

Waktu yang akan membuktikan nya
benar atau tidaknya akan terjadi Trend teknologi tersebut di masa yang akan datang.

Institusi Investasi di USA Morgan Stanley dalam forecasts nya menyatakan Tesla akan menjual 6 juta mobil Listrik tahun 2030 dan dapat menghasilkan pendapatan margin tinggi yg meningkat pesat dari layanan dan baterai.

Bacaan tentang EV source:
https://seekingalpha.com/article/438412 ... tober-2020

Kalau 3 trend itu full hanya bisa dimonopoli Tesla. Perusahaan lain tidak boleh bikin, mungkin hypenya masih bisa dimengerti. Cuma kan perusahaan lain juga sudah bisa bikin, tidak eksklusif Tesla saja yang pegang marketnya.

Sekarang Tesla maximum bisa menjual kendaraan 500rb per tahun, dengan jumlah segitu PE rationya 970. Bisa menjual 6 juta, katakanlah ini perhitungan kasar saja meningkatkan earning 12x lipat, itu PERnya masih 50an jadi masih tetap mahal sekali harga sahamnya. Untuk yang belum familiar dengan Price per earning ratio ini, bisa diandaikan harga yang kita bayar untuk saham tersebut itu akan full balik modal 100% pada tahun sekian sesuai PE ratio, itu jika ratio pendapatannya tetap. Jadi untuk kasus toyota yg PERnya 14.5, dengan ratio earning dllnya sama, pemegang saham akan balik modal dalam 14.5 tahun. Ini pemisalan kasar saja ya, karena tentu untuk kondisi real, earning yang didapat perusahaan tersebut tidak akan semua dibagikan ke pemilik saham. Sudah pasti diputar, sebagian kecil saja sebagai deviden. Sebagai info saja, Toyota deviden yieldnya lumayan besar, hampir 3%. Kalau Tesla tidak pernah bagi deviden tentunya.

dudeck99 wrote: ↑Tue Nov 24, 2020 9:07

FR6 wrote: ↑Tue Nov 24, 2020 5:51

ChZ wrote: ↑Mon Nov 23, 2020 14:45

Lol hahahaha nailed it. Itulah knp saya selalu skeptis dengan so called digital start ups dengan valuasi yang fantastis...

saya cuma mikir, kalo perusahaan kaya gitu di "pailitkan", nilai asetnya gak setinggi nilai valuasi, sisanya ambil dari mana ya?

Maksudnya sisanya ambil dari mana ini bagaimana oms? beli saham kan tidak seperti naruh uang deposito. Sebagai contoh saham Hanson International, punya Benny Tjokro yang tersangkut Jiwasraya. Itu kan nilainya sudah terjun bebas ke nilai terendah Rp.50/saham. Ya sudah, investor yang pegang bisanya jualan sekitaran segitu walaupun dulunya beli Rp1000/saham. Itu pun klo ada yg mau beli, klo ga ya terpaksa itu barang dipegang begitu aja.

Shonen wrote: ↑Tue Nov 24, 2020 9:07 Ibarat dulu di ponsel pas zaman nokia anak 80an mah pasti tau...samsung sama apple jg sama pas baru2 ngejual mimpi jg sbelom ada android pake touch screen...dicelalah sama nokia ericson siemens motorola dkk...lah skrg yg nyela itu abis semua krn intinya ga inovatif ya pasar tertarik sama yg baru...skrg yg jualan mimpi mewujudkan mimpinya pun begitu sama tesla...mrk jualan mimpi dan teknologi which is pasar [cencored]..semua yg skrg ada dan besar jg dulunya jualan mimpi.pun begitu sama banyak startup dulu pas awal2 gojek sampe sebesar skrg juga jualan mimpi dan dulu dicibir jg sama perusahaan taksi dkk...
Skrg jg sama toyota ga punya dan ga siap sama pace teknologi yg ada di mobil...dia cape2 riset mobil hybrid jd ga guna karena tesla ud jualan listrik which is di amrik mobil hybrid ga laku krn kentang...toyota telat masuk ke industri mobil listrik palagi bbrp negara uda ngebanned traditional car makin panik tu mrk...besar bukan berarti ga bsa diganti sesuatu yg besar ada saatnya bakalan abiss uda terbukti kok bbrp perusahaan konvensional abis sama tech company...tech company pun banyak yg abis cuman sedikit yg bsa bertahan menyesuaikan perkembangan zaman