Review subyektif Wuling Confero DB
Posted: Tue May 24, 2022 1:38
Review subyektif bagi Wuling Confero DB diajak keliling Jawa Tengah dari Bandung
Kopling-nya sangat enteng saat diinjak, dan setir-nya juga ringan saat digunakan untuk manufer, sehingga proses parkir, dan membalikkan mobil terasa mudah.
Wuling Confero DB ini adalah varian termurah di jajaran Wuling Confero, dengan velg masih kaleng, audio single din (hanya bisa memutar lagu dari flashdisk saja), Tanpa electric mirror, dengan transmisi (hanya tersedia) manual, Tapi di keempat jendela telah dilengkapi electric window. Dan sesuai namanya Confero DB, artinya sudah dilengkapi Double Blower
Saya, sebagai sopir tembak, kebetulan mendapat kesempatan untuk mencoba mengendarai Confero DB ini untuk plesir keliling Jawa tengah, dengan start dari Bandung. Saat ini, usia mobil sudah digunakan 6 bulan, keluaran tahun 2021. Pemilik membeli Confero DB ini dg harga di bawah Rp140jt, untuk menggantikan kendaraan operasional lama, Daihatsu Luxio yang sudah mulai ber-umur.
Saat mobil meninggalkan rumah, menjemput peserta plesir yang menunggu di perumahan masing2, mobil melaju dengan halus, tidak takut pada lobang yang merintangi jalanan di perumahan. Kaki kaki nya terasa kokoh, namun tetap empuk, dan halus.
Setelah menjemput peserta plesir hingga jumlah 6 orang dalam mobil (termasuk sopir), mobil mulai jalan lagi, suara doorlock terasa tidak normal. cetrak cetrek berulang, tak mau sunyi.
Saya hentikan mobil, dan periksa apa yang tidak beres.
Ternyata pintu bagasi belakang kurang kencang menutupnya. Setelah ditutup rapat, mobil berjalan normal lagi. Hal tersebut pernah terulang lagi saat di Cirebon, dan kendalanya masih tetap sama, karena ada pintu yang kurang kencang ditutup. Pintu Confero ini memang cenderung solid, maka terasa berat, layaknya mobil kelas atas. Bagi mereka yang terbiasa menutup pintu pada mobil kaleng yang ringan, perlu membiasakan diri menutup pintu Confero yang berbobot. Mungkin perlu membuka sedikit kaca jendela saat hendak menutup pintu.
Di Tol Padaleunyi, Confero sebenarnya mudah saja melaju hingga kecepatan 140km/jam, bahkan konon hingga 160km/jam. Tapi saya tidak nekad berjalan pada kecepatan itu, karena setirnya terasa kurang stabil, khawatir mobil tak terkendali.
Akhirnya saya hanya mengemudikan pada kecepatan 100km/jam di tol. Itu pun kadang terasa limbung di body mobil.
(catatan: pada suzuki ertiga, saya dengan pede lari 140km/jam di tol tsb).
Konsumsi bahan bakar Pertamax 92 di tol itu, sekitar 1lt untuk 12km. Lumayan lah ya. AC menyejukkan interior Confero DB hingga sangat dingin. Patut diacungi jempol pada siang hari yang panas. Tapi menjadi siksaan saat malam hari, sebab pada level paling rendah pun angin tetap bertiup dingin dari kisi AC. Kasian para orang tua yang tidak bawa jaket.
Lampu kendaraan cukup terang untuk menerangi jalanan saat berkendara malam hari, walau tidak istimewa. Lampu jauh pun termasuk lumayan.
Saat keluar dari tol, kendaraan berjalan menanjak menuju Bandungan. Confero dengan lincah melibas setiap tanjakan yang berkelok, tanpa terasa kekurangan tenaga.
Tapi ada satu hal yang bikin jengkel, saat jalan di belakang truk yang mengeluarkan asap, ternyata asap dari luar masuk ke dalam interior Confero, padahal semua pintu jendela telah tertutup rapat.
Kejengkelan lain, terjadi saat mobil harus berputar balik, harus mengambil ancang2 yang cukup jauh, sebab radius putarnya cukup besar.
Saat hendak parkir di basement pasar klewer (Solo), mobil harus maju mundur ketika hendak berbelok menaiki lantai lebih atas, tidak bisa dengan satu putaran setir.
Keliling Jawa Tengah hingga balik ke Bandung, kurang lebih menempuh jarak 1000km. Badan tidak terasa begitu lelah, mungkin karena posisi duduk yang pas, dan kursi mengemudi yang enak.
Dibandingkan mobil lama yang digantikan? Rasanya confero ini selevel lebih atas di segi kenyamanan, dengan harga yang lebih murah dibanding mobil lama saat baru. Tidak heran jika pemilik Confero DB ini akhirnya beli lagi Wuling Almaz setelah 3 bulan menjajal Confero, sebab merasa puas dengan Wuling perdana-nya.
Kesimpulan: Confero DB layak untuk dipertimbangkan sebagai mobil keluarga, dengan anggaran yang lebih ramah dibanding mobil lain yang sekelas, bahkan kenyamanannya menandingi mobil lain yg kelasnya di atas dikit. Moga moga saja mobilnya awet, ga rewel setelah melewati usia.
NB: asap kendaraan lain yg masuk ke interior Confero, diduga ada kesalahan pengaturan katup sirkulasi udara, sehingga udara luar bisa masuk. Maklum saya baru menggunakan mobil itu, tidak sadar jika katup sirkulasi udara tidak ditutup.
Kopling-nya sangat enteng saat diinjak, dan setir-nya juga ringan saat digunakan untuk manufer, sehingga proses parkir, dan membalikkan mobil terasa mudah.
Wuling Confero DB ini adalah varian termurah di jajaran Wuling Confero, dengan velg masih kaleng, audio single din (hanya bisa memutar lagu dari flashdisk saja), Tanpa electric mirror, dengan transmisi (hanya tersedia) manual, Tapi di keempat jendela telah dilengkapi electric window. Dan sesuai namanya Confero DB, artinya sudah dilengkapi Double Blower
Saya, sebagai sopir tembak, kebetulan mendapat kesempatan untuk mencoba mengendarai Confero DB ini untuk plesir keliling Jawa tengah, dengan start dari Bandung. Saat ini, usia mobil sudah digunakan 6 bulan, keluaran tahun 2021. Pemilik membeli Confero DB ini dg harga di bawah Rp140jt, untuk menggantikan kendaraan operasional lama, Daihatsu Luxio yang sudah mulai ber-umur.
Saat mobil meninggalkan rumah, menjemput peserta plesir yang menunggu di perumahan masing2, mobil melaju dengan halus, tidak takut pada lobang yang merintangi jalanan di perumahan. Kaki kaki nya terasa kokoh, namun tetap empuk, dan halus.
Setelah menjemput peserta plesir hingga jumlah 6 orang dalam mobil (termasuk sopir), mobil mulai jalan lagi, suara doorlock terasa tidak normal. cetrak cetrek berulang, tak mau sunyi.
Saya hentikan mobil, dan periksa apa yang tidak beres.
Ternyata pintu bagasi belakang kurang kencang menutupnya. Setelah ditutup rapat, mobil berjalan normal lagi. Hal tersebut pernah terulang lagi saat di Cirebon, dan kendalanya masih tetap sama, karena ada pintu yang kurang kencang ditutup. Pintu Confero ini memang cenderung solid, maka terasa berat, layaknya mobil kelas atas. Bagi mereka yang terbiasa menutup pintu pada mobil kaleng yang ringan, perlu membiasakan diri menutup pintu Confero yang berbobot. Mungkin perlu membuka sedikit kaca jendela saat hendak menutup pintu.
Di Tol Padaleunyi, Confero sebenarnya mudah saja melaju hingga kecepatan 140km/jam, bahkan konon hingga 160km/jam. Tapi saya tidak nekad berjalan pada kecepatan itu, karena setirnya terasa kurang stabil, khawatir mobil tak terkendali.
Akhirnya saya hanya mengemudikan pada kecepatan 100km/jam di tol. Itu pun kadang terasa limbung di body mobil.
(catatan: pada suzuki ertiga, saya dengan pede lari 140km/jam di tol tsb).
Konsumsi bahan bakar Pertamax 92 di tol itu, sekitar 1lt untuk 12km. Lumayan lah ya. AC menyejukkan interior Confero DB hingga sangat dingin. Patut diacungi jempol pada siang hari yang panas. Tapi menjadi siksaan saat malam hari, sebab pada level paling rendah pun angin tetap bertiup dingin dari kisi AC. Kasian para orang tua yang tidak bawa jaket.
Lampu kendaraan cukup terang untuk menerangi jalanan saat berkendara malam hari, walau tidak istimewa. Lampu jauh pun termasuk lumayan.
Saat keluar dari tol, kendaraan berjalan menanjak menuju Bandungan. Confero dengan lincah melibas setiap tanjakan yang berkelok, tanpa terasa kekurangan tenaga.
Tapi ada satu hal yang bikin jengkel, saat jalan di belakang truk yang mengeluarkan asap, ternyata asap dari luar masuk ke dalam interior Confero, padahal semua pintu jendela telah tertutup rapat.
Kejengkelan lain, terjadi saat mobil harus berputar balik, harus mengambil ancang2 yang cukup jauh, sebab radius putarnya cukup besar.
Saat hendak parkir di basement pasar klewer (Solo), mobil harus maju mundur ketika hendak berbelok menaiki lantai lebih atas, tidak bisa dengan satu putaran setir.
Keliling Jawa Tengah hingga balik ke Bandung, kurang lebih menempuh jarak 1000km. Badan tidak terasa begitu lelah, mungkin karena posisi duduk yang pas, dan kursi mengemudi yang enak.
Dibandingkan mobil lama yang digantikan? Rasanya confero ini selevel lebih atas di segi kenyamanan, dengan harga yang lebih murah dibanding mobil lama saat baru. Tidak heran jika pemilik Confero DB ini akhirnya beli lagi Wuling Almaz setelah 3 bulan menjajal Confero, sebab merasa puas dengan Wuling perdana-nya.
Kesimpulan: Confero DB layak untuk dipertimbangkan sebagai mobil keluarga, dengan anggaran yang lebih ramah dibanding mobil lain yang sekelas, bahkan kenyamanannya menandingi mobil lain yg kelasnya di atas dikit. Moga moga saja mobilnya awet, ga rewel setelah melewati usia.
NB: asap kendaraan lain yg masuk ke interior Confero, diduga ada kesalahan pengaturan katup sirkulasi udara, sehingga udara luar bisa masuk. Maklum saya baru menggunakan mobil itu, tidak sadar jika katup sirkulasi udara tidak ditutup.