Tetapi mungkin alasan pembenarannya karena kebanyakan review adalah tipe Q - top grade. Review trio roti tawar barusan adalah Q, dan dulu saya juga pernah buat impresi awal tipe Q.
viewtopic.php?f=19&t=24189
Sienta Q oren yang pernah saya review...
Jadi lumayan dapet alasan pembenaran buat review tipe V di sini
Dan karena dibeli dengan kondisi 2nd, semakin ada pembenaran lagi
Kenapa Sienta ?
Sebenarnya rencana pembelian Sienta ini cukup tidak direncanakan. Hanya sekedar chit-chat hari Minggu yang langsung terealisasi H+1 karena di sebuah showroom kenalan ready barangnya.
Dan Sienta ini didapatkan dengan "tukar-kembalian" dua mobil : VW Golf MK6 dan Suzuki Splash AT. Yep, tidak salah baca. VW Golf kami akhirnya diputuskan untuk jual. Selain untuk menghemat ruang garasi rumah, juga karena sekali lagi : It's a german. Bayangkan betapa jeblok resale value sebuah mobil jerman karena hasil menjual dua mobil hanya kembali 10 juta
Babai Golep.
Bukan karena tidak sanggup biayain perawatan atau rewel atau apa, tetapi lebih ke permasalahan yang sebenarnya di luar masalah biaya : waktu. Yep, mengurus sebuah hatchback Jerman itu cobaannya lebih ke masalah waktu. Maklum kami bukan golongan ongkang ongkang kaki duit dateng sendiri yang udah bisa ninggalin kerjaan buat sekedar bolak balik bengkel bahkan untuk perkara sepele sekalipun.
Lagian untuk hatchback sudah ada Civic jadi seperti kata seorang pengguna 325i E90 anggota skuad endless money pit german car di forum ini : "Semua akan Toyota pada waktunya"
Sedangkan Splash ya karena ini Sienta dibeli memang sejatinya untuk nyokap ane... dan Splash adalah mobil operasional nyokap.
Kenapa Sienta dan bukan yang lain ?
Well, karena Suzuki Splash punya keterbatasan di soal ruang. Bagaimanapun ia adalah sebuah citycar dan bukan van. Sedangkan kesibukan nyokap membutuhkan kendaraan yang mampu muat barang berukuran besar - ya bukan barang sih, hewan lbh tepatnya. Jadi dirasa postur van dengan bibir bagasi rendah seperti Sienta akan sangat practical.
Di awal Sienta muncul bahkan saya sudah mikir ini mobil yang cocok buat bawa piaraan karena iklan ini
Dan resale value mobil ini yang sangat jeblok membuat Sienta jadi satu-satunya opsi menarik untuk van non-commercial berukuran compact Harga deal unit V tahun 2016 ini setara dengan Toyota Agya baru. Bahkan saya baru saja kemarin menemukan tipe Q 2018 dijual dengan 200 juta kecil saja.
And it's a Toyota. What's the worst that could happen ?
An Attractive Van
Tentu saja saya tidak perlu berbuih-buih cerita tentang bagaimana Sienta adalah van dengan desain nyentrik. Berbeda dengan long-lost rival nya : Honda Freed, atau kakak-kakaknya : Voxy dan Alphard/Vellfire, Sienta datang dengan bentuk yang eksentrik dengan lekuk-lekuk membulat dan wajah yang mengingatkan saya pada hoax terkenal : "kutukan anak durhaka" yang ternyata adalah perut ikan pari
Ini juga alasan kenapa kami tidak keberatan dengan Sienta warna hitam. Mobil hitam terakhir kami adalah 10 thn yang lalu : Civic FD1 dan selama ini kami selalu menghindari mobil warna hitam karena perawatannya susah dan di rumah akan berpotensi menjadi "playground" bagi antek madcat.
Pembenaran untuk beli warna hitam di Sienta adalah menyamarkan bentuk "nyentrik" nya. List kanan-kiri bumper yang seperti kumis lele itu sungguh mengganggu. Beruntung ini tipe V jadi tidak ada bodykit heboh nan gondrong.
Dan Sienta V dilengkapi dengan velg 16 inch kontroversial yang sama dengan Q........ tetapi memiliki size ban yang ternyata beda. Sienta V dilengkapi ban Bridgestone Turanza ER33 (good thing ini bukan Ekopeyang atau Enash*t) 195/50/16. Ban profil 50 di sebuah mobil van! Kurang sporti apa mobil ini ? Bahkan lebih tipis dari ban Honda Jazz GE.
Sedangkan tipe Q memiliki ban 195/55/16.
The Not-so-smart Cabin
Seperti bagian luarnya, bagian dalam Sienta juga didesain untuk menjadi atraktif. Desain dash nya memiliki dua layer dan laci penyimpanan atas-bawah di sisi passenger. Meter clusternya berada di atas setir dan untuk tipe V MIDnya hanya monokrom biasa.
Sienta V tidak memiliki sh*tloads of features seperti Q - tetapi mayoritas fitur yang ada di sini sudah cukup mumpuni untuk sehari - hari.
Yang saya suka setiap kontrol di Sienta ini sangat mudah digunakan dan tidak ada trik tertentu. Misalnya, mengubah jam cukup memencet tombol di belakang setir. Kiri untuk jam dan kanan untuk menit. Lalu mengganti mode PSD jadi manual pun tinggal memencet switch di belakang setir juga, dan karena mobil ini akan dipakai sebagian oleh driver jadi me-manualkan PSD menjadi cara termudah untuk mencegah driver lupa dan menggeser PSD nya secara manual.
Lalu fitur yang selalu jadi favorit saya : dive-in seat baris ketiga, dan karena memang akan difungsikan sebagai van bawa barang jadi fitur ini sangat berguna dan saving a lot of space di belakang.
However... ada cukup banyak bagian yang mengganggu di interior Sienta.
Pertama adalah posisi tuas transmisi yang katanya "disesuaikan dengan pasar Indonesia" - mungkin nihonjin di Toyota Astra berpikir bahwa pasar indonesia menyukai posisi tuas Avanza dan Rush yang berada seratus mil di lantai. No, seriously, itu bagian yang justru kami paling tidak suka, tetapi malah diterapkan di Sienta.
Penerapan tuas transmisi di lantai ini memberi masalah lain selain kesulitan menjangkaunya : ruang kaki driver. Akibat adanya tambahan pada dash bagian bawah untuk peletakan transmisi, akhirnya tunnel ini justru mempersempit ruang kaki kiri driver sehingga tidak bisa selonjor. Beruntunglah ini sebuah van dengan posisi kursi tinggi sehingga kaki tinggal saya tekuk 90 derajat dan tidak ada masalah, walaupun terasa aneh karena kaki kiri tidak selonjor.
Lalu anda berharap karena ini van - kenyamanan penumpang lebih diutamakan. Tetapi anda salah besar.
Komplain pengguna Sienta spek Indonesia adalah absennya format kursi captain seat. Saya awalnya berpikir ini bukan masalah besar, tetapi turns out saya salah. Ini adalah MPV sliding doors yang mana bahkan mobil seperti Alphard saja tidak punya door trim, dan keberadaan captain seat untuk mobil mpv sliding doors adalah necessary. Kalaupun tidak ada sliding doors biasanya diberi armrest, dan fatalnya Sienta keluaran awal tidak diberi armrest - baru facelift sudah terdapat armrest. Itupun setelah Toyota "mendengarkan masukan konsumen"
"Dulu pertimbangannya armrest atau captain seat, tapi ternyata armrest, dan itu kami pasang di Sienta baru," ucapnya.
https://otomotifnet.gridoto.com/read/23 ... ang-begini
Artinya kalau supir anda adalah pensiunan supir AKAP - anda hanya bisa bersandar pada Yang Mahakuasa dan oh sh*t bar.
Jadi mobil ini tanggung untuk jadi driver's car, tanggung juga untuk jadi proper family car.
All Good until the next U-Turn
Untuk apa membahas performa di mobil van ?
Well, memangnya pembahasan soal performa pernah relevan bagi netijen di Indonesia - yang cuma banding bandingin fitur ?
Tentu saja anda tidak memerlukan powertrain 1.5 Liter Turbocharged bertenaga 300hp - tetapi anda juga pasti kesal kalau untuk nyalip saja butuh ancang-ancang dari sepuluh kilometer yang lalu, bukan ? So what you need is decent powertrain, not sensor sensoran yang dalam tiga hari pemakaian akan selalu stay off karena mulai dirasa mengganggu.
Sienta memiliki kombinasi powertrain plek dengan New Yaris : 2NR-FE 1.5 Liter Dual VVT-i DOHC bertenaga 107 hp / 140 Nm. 11 hp lebih rendah dan 5 Nm lebih rendah dari Honda Freed. Bedanya, Sienta memakai CVT jadi ini package yang lebih efisien, obviously.
Mobil ini memang seperitnya dirancang untuk lingkungan urban di Jepang - behavior mobil ini di kecepatan 0-40 sangat tenang sekali, relaxing, seperti van. Akselerasinya tidak menghentak seperti NZ-engine, tetapi smooth. CVT works well untuk mobil seperti ini - tidak seperti 4AT di Avanza dan Xpander yang saya selalu merasa kejar-kejaran speed saking tidak tenangnya.
Untuk medium-speed acceleration power surge nya cukup kuat, CVT slip sampai 3.000 RPM dan kecepatan naik perlahan. Yang jelas cukup untuk salip-menyalip di dalam kota. Kelebihan mesin 2NR memang memiliki mid to high end torque yang lebih tidak kosong dbanding NZ - walaupun jelas king di kelas 1.500cc adalah L15Z1 Honda yang masih tak terkalahkan sejak 13 tahun yang lalu.
Sienta V entah mengapa terasa memiliki setir yang cukup "berbobot", mungkin faktor ban profil 50 dan ban bukan tipe eco ecoan. Malah entah kenapa saya rasakan lebih terasa berbobot dari Yaris "lele" yang cuma berat tapi rasanya kopong. Dan dengan bodyroll yang minim, damping suspensi yang lebih mature dari Freed, Sienta rasanya enak sekali buat nekuk-nekuk di medium speed.
Tetapi ada dua kelemahan utama Sienta V :
Pertama adalah karena ban profil 50, setiap lewat jalan berlubang selalu "GUBRAK GUBRAK". Mungkin kalau Sienta ada punya banyak masalah di kaki-kaki, salah satu penyebabnya ya ini.
Kedua jelas saja : the infamous radius putar... radius putar Sienta adalah 5.7 meter (V dan Q). Lucunya di tipe G dengan velg 15 inch radius putarnya hanya 5.3 meter. Turun sangat signifikan walaupun hanya beda 1 inch, entah faktor apa yang mempengaruhinya.
Jika ingin tau 5.7 meter sebesar apa : Toyota Camry punya radius putar 5.8 meter. Jadi mendadak mobil ini berubah menjadi sebuah Toyota Camry ketika bertemu jalan sempit dan U-Turn. Klakson mobil lain pun tak terhindarkan karena anda bikin macet, apalagi dengan populasi biker bgst yang semakin mengkhawatirkan yang selalu lupa bahwa sebuah kendaraan roda dua punya komponen bernama rem untuk menghentikan laju saat ada pengemudi putar balik, prosesi putar balik anda akan lebih lama daripada prosesi pemberkatan nikah.
Ya, memang seburuk itu.
Good Value, non-commercial Van.
Sienta adalah mobil yang memiliki banyak flaw. Jika saja mobil ini dibiarkan memiliki desain seperti di Jepang sana, mungkin flawnya tidak akan sebanyak ini. Mobil ini ergonominya buruk, dan harganya tidak murah.
Tetapi resale valuenya buruk - dan ini sebuah Toyota. Kapan lagi ? Sebuah van non-komersial dengan ruang kabin sangat besar dan anda tetap terlihat stylish daripada mengendarai Toyota Agya baru. Dan tidak ada pilihan lain untuk van kompak non-komersial kondisi seken yang lebih layak daripada Sienta. Honda Freed termuda adalah tahun 2013 dan sudah tidak diproduksi oleh HPM. Mobil seperti ini di Indonesia ibarat dapat dua mobil : sebuah van serbaguna dan sebuah family car yang tidak kelihatan seperti mobil rental.
It is a van indeed... atapnya lebih tinggi dari Honda CR-V.
Kalau anda punya extra budget, tipe Q tahun 2018 sudah bisa didapatkan di dua ratusan dan dengan tawar tawar sikit rasanya di bawah 200 juga dapat.