Oh ya, SKYACTIV-technology , meski sebenarnya secara konsep bukan sesuatu yang sophisticated karena sifatnya hanya refinement dan formulanya sekarang banyak diikuti oleh merek lain (well, bahkan teknologi mesinnya saja ditiru Toyota), ya tetaplah adalah sebuah breakthrough di masanya, dengan konsep menghadirkan pengalaman berkendara yang lebih premium - pengalaman mengendarai mobil sport di mobil harian kita.
Sederhananya, Mazda is trying to make a BMW cheap copy. Suka nggak suka, mau fans Mazda menyangkal seperti apapun, keseluruhan filosofi jinba-ittai yang dianut - oh bahkan cue design interior design dan gimmick seperti MZD Connect pada awalnya adalah knockoff dari BMW iDrive.
Tapi seperti debat kusir di sebelah - apa sih yang hari ini nggak meng-copy ? There is nothing new under the sun. Mungkin ini juga yang dianut oleh pabrikan China yang mengawali industri mobilnya dengan mobil - mobil tiruan / cheap copy.
Jadi sebenarnya saya tidak bilang Mazda jelek untuk meng-copy BMW. In fact mereka cukup berhasil - sasis dan transmisinya sangat refined, modelnya juga cantik dan well thought out.
Tapi Mazda 5 tahun belakangan terkesan monoton. Formulanya ya gitu - gitu saja. Setiap produk barunya mukanya sama, interiornya sama, engine nya sama.
Saya agak kecewa ketika Mazda mengeluarkan CX-5 KF yang lebih terlihat seperti facelift daripada all-new model karena teknologinya nyaris tidak berubah. Malah sebenarnya CX-5 KF itu performanya semakin turun dari CX-5 KE (first gen) karena Mazda maunya fokus ke upmarket ketimbang bikin mobil yang sporty. Singkatnya kalau mau saya bilang : Mazda belakangan itu inovasi nya hanya di trimming interior yang lebih mewah.
Mazda6, tidak ada update berarti sejak 2012. Mazda3 dan CX-30 juga pretty much mobil yang punya sasis bagus tapi mesin memble. CX-9 hanyalah CX-5 ukuran XXL panjang 5 meter yang berusaha keras jadi pengen bikin SUV besar rasa mobil sport - yang akhirnya mesin 2.5 turbo nya pun memble juga karena Mazda merasa anda tidak akan nyetir di atas 3000 RPM sering - sering. Beda dengan Honda yang berpikir setiap pembelinya adalah maniak.
Sportscar ? Oh ya mereka punya Miata, tapi Miata jelas kalibernya tak sebesar RX-series di masa lalu. Miata didesain untuk anda - the regular people. Bukan maniak yang akan ngepush mobilnya ke 9000 RPM.
Tapi saya akan berusaha fair. Mazda bukanlah pabrikan dengan skala sebesar Honda apalagi Toyota. Market cap nya kecil. Mereka harus pintar - pintar berhemat. Sering - sering berganti teknologi dan membuat sportcar jelas ada jauh di bawah shortlistnya.
Oh ya tapi itu kan salah Mazda kenapa buyback saham mereka dari Ford ? masalahnya bertahan di bawah Ford Motor pun sebenarnya tidak lebih baik. Ford Motor tak punya produk bagus selain truck dan Mustang di USA. Fiesta dan Focus transmisinya problematik - malah sekarang di discontinue. Ecoboost engine juga bukan mesin yang dikenal punya bullet-proof reputation.
Tapi kali ini, Mazda membuat sebuah gebrakan segar - di tengah makin membosankannya dunia otomotif yang hanya berisi EV baru atau econobox 4-silinder 1.5liter terbaru.
Well, it might be another attempt to make a “BMW Copy”.
Desas - desus Mazda akan membuat whole new platform berbasis RWD - bermesin enam silinder inline sebenarnya sudah ada sejak lama. Agak aneh ? iya, karena di mana pabrikan - pabrikan lain berlomba mengecilkan kapasitas mesin, memotong silinder demi silinder, bahkan switch ke baterai. Mazda malah membangkitkan kembali sebuah format yang tua nan mahal untuk dikembangkan : inline six, rear wheel drive. Sounds familiar enuff?
Salah satu produknya, kini sudah menjadi lineup Mazda Eurokars Indonesia, dalam wujud Mazda CX-60.
CX-60, bersama dengan CX-50, dan CX-90 adalah tiga produk paling segar Mazda yang menjadi statement serius Mazda akan bersaing di segmen brand Premium. Mazda memang selama ini terkenal memiliki kualitas premium lebih dari rival - rivalnya, tapi kali ini mereka escalate the game lebih jauh.
More Premium Proportions, A bit of Italian-esque
For starters, proporsi CX-60 terlihat sangat berbeda dari produk - produk Mazda yang lain. Untuk mengakomodir mesin 6-silinder inline maka moncong CX-60 terlihat sangat dominan. Gayanya sangat ke-eropaan tapi instead of German-ish yang terlalu teknikal, menurut saya justru lebih terlihat Italian-ish. Saya agak-agak melihat siluet Alfa Romeo Stelvio di sini.
Alfa Romeo Stelvio
Meski buat saya yang sedikit off adalah bagian depan yang seperti patah. Mungkin desainer Mazda kepepet deadline revisi karena sketchnya terlalu panjang jadi dibuat patah seperti itu hidungnya.
CX-60 di Indonesia dipasarkan trim Kuro dan Elite, dimana ini hanya perbedaan trim interior dan exterior saja. Kuro memiliki exterior lebih agresif dengan grill motif honeycomb dan velg warna hitam. Sedangkan Elite menggunakan velg two-tone dan grill motif vertikal seperti anyaman jerami.
CX-60 Kuro
CX-60 Elite
Bagian belakang CX-60 sekilas memiliki vibes yang sama dengan BMW modern seperti X5 G05. Lampu belakang LED memanjang dengan garis-garis patah tegas. Lebih proporsional dan indah ketimbang punya CX-5 yang menurut saya tetep kurang lebar.
Yang rada surprising : mobil ini diberi velg OEM 20inch, dibalut ban Toyo Proxes Sport 235/55/20. Saya ngerti kalau Mazda biasa pakai Toyo buat OEM tapi itu seri OEM grade (Toyo Proxes R36 / R46). Ini Toyo Proxes Sport termasuk ban summer high-end punya Toyo. Walau ukuran kayaknya special order karena rada aneh seperti Toyo R46 di CX-5 yang 225/55/19. krn biasa ban 19-20 inch itu tapaknya 245 atau 255.
Looks Expensive but Lacks Minor Details
Untuk interior personally saya lebih suka type Kuro. Perbedaannya ada di warna. Dashboard type Elite diberi trim beludru dengan motif putih, sedangkan Kuro warna coklat. Overall Kuro terlihat lebih mewah. Dari jauh terlihat seperti trim interior ala-ala Porsche.
CX-60 Kuro
CX-60 Elite
Sayangnya hanya dari jauh karena kalau dari dekat … turunkan ekspektasi anda sejenak karena sekali lagi ini Mazda, bukan BMW atau Porsche. Agak disayangkan untuk produk yang intended untuk jadi upmarket, panel - panel plastiknya kualitasnya masih kurang lebih serupa dengan produk seperti CX-5 atau CX-9. Mencoba memundurkan joknya saja saya agak letdown waktu nyentuh tombol pengatur joknya kok rasanya dejavu yah dengan Mazda yang lain.
Belum lagi instrument cluster dan MZD-Connect yang walaupun secara fungsi lebih luas - tapi kritikan saya adalah ini lagi - lagi generik dengan Mazda yang lain hanya saja ini layar LCD dan bukan jarum. Tapi ayolah sudah susah - susah pakai layar LCD mbok desainnya dibuat keren dikit.
OK, enuff with the interior.
New Powertrain, but lacks Refinement.
Di Indonesia EMI hanya mengimpor CX-60 type MHEV. Mesin penggerak utamanya adalah 3.3 Liter inline-six turbo bertenaga 280 PS.
Terdengar besar ? Awalnya saya pikir gitu sampai seorang rekan bilang “loh kecil amat 3.3 turbo cuma 280 PS” lalu saya ingat bahwa BMW N52B30 di 530i E60 saja bertenaga 272PS. Artinya mesin 3.3 Liter Mazda terbaru ini hanya punya keluaran tenaga per liter lebih kecil daripada sebuah mesin Naturally Aspirated berusia hampir 20 tahun.
Lalu saya berpikir oh mungkin torsinya. Tapi torsinya sendiri hanya 450 Nm di 2.000 - 3.500 RPM alias hanya naik tidak sampai 10% dari mesin 2.5 Liter Turbo CX-9.
OK tapi sekali lagi saya berusaha berpikir positif : “ah, ini kan Mazda, mungkin point utamanya bukan di angka - angka itu. Jinba-ittai!”.
Ada design menarik di ruang mesinnya : Mazda ingat bahwa serapi-rapinya ruang mesin, ia perlu dibuka dan diservis berkala (iya, netijen mendang-mending kan suka ribut banget sama cover mesin mungkin lupa mesin harus dicek berkala) sehingga cover mesinnya diberi klip plastik 2 biji yang ketika anda butuh untuk sekedar cek dipstick dan level air radiator, tinggal digantung saja cover mesinnya. Nggak nambah over-complexity design yang bikin extra maintenance. Nice touch!
Baiklah, saya masuk ke mobil lalu salesperson memandu saya untuk mencoba fitur unik yang merupakan terjemahan dari spirit Jinba-ittai Mazda : pengaturan posisi duduk otomatis. Ya, ini bukan sekedar memory seat. Kita tinggal duduk, set pengaturan di MZD-Connect tinggi badan berapa langsung semuanya ter-adjust. Walaupun buat selera saya masih agak ketinggian, tapi mungkin si mobil juga mempertimbangkan jarak pandang. Baiklah. Posisi spion juga dibantu mengatur dengan pandangan mata. Nice gimmick!
Transmisi mobil ini sudah menggunakan 8-speed Auto menggantikan 6-speed yang sudah uzur itu. Yang sayangnya ketika dicoba, menurut saya kurang refined ketika low-speed. Awal saya jalankan mobil rasanya mobil agak jerky memilih gigi yang tepat menyesuaikan dengan input pedal gas.
Steering feedback…. yah berharap apa dari mobil modern dengan electronic power steering. Buat selera saya agak terlalu ringan. Tapi ketika digeber sampai kecepatan sekitar 70-80, setirnya memberat dan kasih kepercayaan diri yang cukup baik waktu ngebut. Pick-up speed ketika sudah naik kecepatan juga sangat baik. Tone suara mesinnya cukup garang meski nggak comparable ke M52B28 di tank jerman tua saya. Mid-RPM powernya cukup walau tidak se-punchy BMW N55 atau B58.
Lalu since ia berpenggerak AWD tapi RWD-biased, maka balance depan-belakangnya juga sangat baik. Saya suka rasanya ngerem dengan mobil ini. Smooth, tidak front-heavy, seperti bawa mobil Eropa. AWDnya jarang aktif ketika jalan di aspal mulus. Hanya aktif di off-road mode dan ketika dibutuhkan saja. Most of the time kita akan pakai penggerak RWD.
Sayangnya ada 1 hal yang menurut saya agak ruining the experience : betapa bumpy-nya mobil ini di jalan tidak rata. Even small bumps saja berasa sekali bokong mobil ini seperti maunya lompat - lompat.
Saya berusaha untuk tidak nitpicking karena ini mobil mahal , Mazda lagi, sehingga ekspektasi saya agak tinggi.
Tapi saya pun cross-check review luar yang mengatakan banyak hal serupa bahkan dibanding saya yang hanya nyoba 1 putaran saja udah berasa :
https://www.topgear.com/car-reviews/mazda/cx-60Give it the beans on a B-road and the overwhelming sensation is just how busy your hands get, hunting for steering feel that simply isn’t there. Still, though it doesn’t have that pleasant ‘oh, this actually handles’ surprise of a Ford Kuga or the planted feeling of a BMW X3, it’s not disgraced in PHEV or diesel guise. Cruising at motorway speeds can be a little odd though, with that disconnected feel rearing its head again.
https://www.autoexpress.co.uk/mazda/cx- ... est-reviewThen there’s the ride quality. I’d hoped, when I drove the late prototype of the CX-60 last year, that its choppy suspension set-up would be fine-tuned before the car went into production. Sadly, it’s still too firm and too easily caught out at low speeds on scarred urban roads. It does become a bit more composed once you get up to a fast cruise – there’s no denying that the steering and body control are pretty decent for such a large vehicle, in fact – but the trade-off seems compromised. The less said about its performance over the Belgian pavé of Bruges after the Brussels show, the better.
Should I Buy a 1.2B Mazda ?
CX-60 bagi saya adalah mobil yang terkesan half-baked.
It may copy a BMW, but it isn’t there yet. But it’s acceptable. Tapi saya harus mengapresiasi upaya Mazda untuk membangkitkan formula yang sudah ditinggalkan ini : big displacement, rear-wheel drive. Mengingat stagnan nya Mazda sejak awal SKYACTIV keluar dan hanya berinovasi di trimming interior, rasanya hal ini patut diapresiasi.
Dengan price tag 1.2 Miliar dan menggilanya harga mobil sekarang, saya rasa harga segitu untuk mobil 3.3 Liter Turbo mild-hybrid, All-wheel drive, bertransmisi 8-speed, CX-60 ini worth to try jika anda mau percaya brand Mazda bisa bikin BMW - yang lebih baik daripada BMW sekarang. Toh BMW bermesin 6-silinder termurah sekarang ada di X5 40i yang harganya sudah 2 miliar. Jadi anggep saja beli X5 cheap copy yang 800 juta lebih murah.
Kita sebagai petrolhead, wajib memberi credit Mazda untuk menciptakan mobil - mobil seperti ini ke depannya, apalagi mengingat di dunia semakin tidak memihak mobil bermesin internal combustion dan memaksa kita untuk menelan mobil - mobil listrik baru yang membosankan, Mazda being Mazda, still having faith on internal combustion, and we need to appreciate it.