Setelah berkelana 50.000 KM dan menenggak ribuan liter pertabo, obat bius penjinak kaki kanan terutama gara-gara nyaris mencapai Rp18000/ liter
, akhirnya sol sepatu mencapai titik nadir.
Rencana mau cari ban yang sudah punya reputasi dan user review yang banyak, macam Yokohama Geolandar X-CV, Continental UC6, Michelin Primacy atau Pilot Sport, ditawari pula Pirelli.
Tapi semuanya tinggal ambisi karena antara susah pol cari di Surabaya, atau nilainya bakal bikin kk saya declined dan terblokir, khususnya gara-gara merk cap rumah makan itu
, yang admin tokonya menawarkan dengan tag 7 jt per biji.
Tersadarlah bahwa sedang dipaksa batin sendiri untuk ngaku kaum maksa kaya, dan merasa diusir tipis-tipis oleh admin toko karena terdengar pegel saya tanyain opsi lain terus menerus padahal intinya cari paket kere premium look.
Saya akui masih sedikit kagetan punya mobil merk kebanyakan tapi kakinya nuntut pake sepatu mahal. Setelah penawaran berbagai merk sultan di atas dan saya belum juga iyakan, disodorkan pula sebenarnya pilihan sendal jepit Accelera di akhir diskusi. Admin toko was really cute and savage
Penampakan mbah kembar empat Tono, Toni, Tina, dan Tini. Wajahnya diwakilkan salah satu saja demi tidak menambah beban malu pihak yang ditinggalkan. Semoga amal jasa kalian tidak sia-sia di sisi tukang loak sekitar, meskipun dosa carbon footprint mu akan selalu lebih besar. Kuharap kalian semua bahagia selamanya di rombengan terdekat
Akhirnya hanya bisa nemu pilihan sedikit diatas border line yaitu Hankook HPX RA43. Nyoba nyari review ga ada blas, ada sedikit video yang mengklaim reviewer tapi kedengarannya narasi bayaran, belum ditambah jumlah viewer nya yang katrok banget sebagai yang ngaku seorang utuber pengulas.
Guratannya complex banget, entah apa corak nyentrik satu2nya andil penentu on road driving quality atau plus faktor bahan karetnya or sugesti merk n refiew oleh maha netijen.
Btw, tak kusangka hari seperti ini akan tiba, dimana nominal 8 digit akan ku tambang begitu dalam dari lubuk saldo ku demi empat karet gelang jumbo. Dulu gonta ganti ban bemo lama saya ga pernah lebih dari 1 jt, jaman pertama pegang mobil cuman 300an rb per biji untuk baleno '99
Penampakan Ecopia H/L 422 ketika relatif muda:
Pattern nya overall simetris like a common tire. Herannya harga ban ini masih terpantau setara Conti UC6, entah karena apa harganya bisa tinggi di sekitar 4.5 juta.
Fresh running shoes terpasang:
Review:
Frankly saya betul-betul awam soal tyre. Setahu saya ride quality itu di peredaman kabin, no rattle, shocks n suspension. Barulah setelah punya suv monocoq semi premium begini, mulailah terasa degrading ride quality nya seiring waktu menunda ganti ban. Karena bagi saya efek ban tua itu 'sebatas' aquaplanning yang bisa diredam dengan slower speed, atau juga more road noise yang memang jarang saya dengar karena selalu music listening.
Bahkan saya sempat berpikir kalau tread pattern nya memudar, saya akan lebih dapat grip ala slick tires on race track. Istilah orang jatim bilangnya pemahaman wong longor
. Makanya bisa diliat momen saya ganti sepatu ialah ketika benar-benar kasat mata terlihat ancur, sama dengan gerobak2 terdahulu.
Lepas dari toko ban dan beratnya mencet tombol pin saat melunasi
, yang saya rasakan initially ialah literally WOW. I am driving a new car! Heck, it feels like being on a better car brand. Agak sulit mengingatnya, tapi kesan test drive pertama saya 5 tahun lalu seharusnya tidak mungkin sebaik ini, terutama perihal vibration.
Entah ini karena peralihan dari ban butut ke baru, atau memang feel dari upgrade ban. Sebenarnya hankook ini pricelist nya 'cuma' 2.5 jt, selisih sangat banyak dibanding Ecopia H/L 422. Jadi dunno istilah upgrade ini benar ato engga. Setau saya Bstone ini yang di marketing kan adalah long lasting nya, tapi saya rasa 50rb km adalah umur biasa saja, bahkan saat 40rb sudah seharusnya ganti.
Back to riding feels, kalau bantingan tidak berubah karakternya. Tapi sekali lagi meredam getaran halus di aspal kasar inner city terasa jauh berbeda, di pavement juga amat berbeda, literally like an entirely different chassis setup kalau di 2 kondisi barusan
Rode noise. Mobil langsung dipakai jalan sejauh tol ±100km. Akhirnya kembali lagi rasa yang dulu itu, slower feel while on higher speed. Baru sadar bahwa rasa itu sebenarnya sudah lama gradually hilang, dan kembali terasa saat ini karena pembaruan.
Memang bunyi 'ngiiing' di tol cor-coran berkurang tidak sehebat getaran. Namun, smooth feeling dari hilangnya micro wiggle tadi nyata mengembalikan premium highspeed ride dari CX9.
Slowspeed turning. Sejak sudah berkeluarga sendiri, quick lateral steering sudah saya lenyapkan. Pengalaman bayi muntah dalam mobil ini membuat saya tobat melakukannya, ditambah ocehan penumpang plus pengalaman saya di sopirin berkali-kali membuat saya hijrah dari kelakuan lama. Jadi saya ga menguji handling yang terlalu bagaimana.
Terasa di belokan patah parkiran gedung, U turn, junction, memang mobil terasa sangat jauh lebih sigap. Tapi ya sekali lagi, comparasi saya adalah dengan ban butut karena sudah kurang ingat feel pertama kali nya ban standar baru soal hal ini.
Intinya, Hankook HPX RA43 ini initially sangat memuaskan, seperti saya jatuh cinta lagi dengan mobil ini. Karena jujur saya sudah mulai di tahap agak bosan mengendarainya, namun hanya karena on road presence nya yang membuat saya masih sayang. Ban ini memang bukan merk yang saya ingini, tapi minimal di pasarkan di kategori yang sama, sehingga saya bisa paham apa itu right shoe for the right sport.
Yang saya agak kuatir dan memang belum tahu adalah umurnya. Kalau memang BS Ecopia H/L 422 itu long lasting dan berusia 40-50rb km di kehidupan nyata, maka performa ban sekarang ini bisa hanya berumur 30-40rb km. Seharusnya saya ga perlu concern karena umumnya mobil tidak dinikahi selamanya, namun dalam kasus ini sepertinya saya masih in love. Ditambah bentuk CX90 yang kurang melanjutkan presence CX9 yang definitely sleek.
Saat nulis ini jadi berpikir filosofis.
Jangan-jangan banyak hal prinsip di kehidupan sudah significantly diminish karena wear n tear of surviving, namun karena so very smoothly gradual in its process, maka terasa reasonable enough to ignore. Atau memang over the time hilangnya muscle memory yang seharusnya akan memicu wakeup call kalau sarafnya masih conscious.
Kritik, membandingkan, penyesalan, ambisi. Fungsi noble dari social media sebenarnya adalah keep the nerve responding by provoking those things. Sadly, like a gun, powerful weapon is often used for murder or suicide.
Ketika saya upgrade tongkrongan yang lebih menuntut perawatan, tangisan rewelnya lebih keras saat tidak di entertain kebutuhannya. Berbeda dengan venturer, innova d4d, fortuner d4d, baleno, unit2 saya terdahulu yang tough, CX9 terasa lebih demanding. Tapi pengalaman owning this relatively needy ride ini telah mendidik saya.
Unit lama saya mengajar tentang surviving, tapi minim untuk maintaining. Yang sekarang tidak hanya mengajarkan maintenance, tapi juga menuntut excellency or she will bark to my every nerve keeping me awake from numbness. I can respect that kinda companionship.
Cars have soul.