APA arti sebuah nama?
Ungkapan terkenal William Shakespeare itu tidak berlaku dalam dunia permobilan. Tanpa sebuah nama, salah dalam memilih nama, akan sangat mempengaruhi sukses tidaknya penjualan mobil di pasar.
Memilih nama mobil memang susah-susah gampang. Sesungguhnya setiap mobil yang diproduksi sudah mempunyai nama. Akan tetapi, nama yang diberikan oleh pabrikan mobil itu tidak selalu memiliki nilai komersial. Nilai komersial itu berbeda dari satu negara ke negara yang lain, dari satu kawasan ke kawasan yang lain.
Sebagai contoh adalah nama Pajero yang digunakan Mitsubishi bagi kendaraan sport utility vehicle (SUV)-nya yang malang melintang di reli terganas di dunia, Paris-Dakar. Di Amerika Serikat dan Amerika Latin, Pajero dikenal dengan nama Montero. Namun, karena kedua nama itu akhirnya menjadi sama populernya, maka SUV Mitsubishi yang turun di reli Paris Dakar kini menggunakan nama Pajero-Montero.
General Motors pun demikian. Setiap produk General Motors dijual dengan menggunakan merek yang dianggap populer di negara tempat produk mereka akan dijual. Misalnya, di Indonesia, Zafira dijual dengan nama Chevrolet Zafira. Di Singapura dan di negara-negara lain di mana merek Opel pernah berjaya, Zafira dijual dengan nama Opel Zafira. Khusus di Inggris dan di beberapa negara persemakmuran, Zafira dijual dengan nama Vauxhall Zafira.
Uniknya, di Indonesia, Blazer justru dijual dengan nama Opel. Padahal, di Indonesia, nama Opel itu tidak sepopuler Chevrolet yang dikenal tangguh. Akibatnya, kemudian muncul keinginan untuk mengganti nama Opel itu dengan Chevrolet.
Dan, pada tanggal 12 September 2002, tanpa didahului dengan penjelasan apa pun, PT General Motor Indonesia, yang meluncurkan Blazer versi facelift, mengganti nama Opel menjadi Chevrolet. Akibatnya, banyak pemilik mobil Opel Blazer yang bingung dan khawatir akan kelangsungan penyediaan suku cadangnya. Seharusnya mereka tidak perlu bingung karena yang berbeda antara Opel Blazer dan Chevrolet Blazer hanya sosoknya. Sisanya sama, termasuk mesinnya, mesin Holden 2.2 Liter (2.198 cc), 4 silinder segaris (inline), dan single over-head camshaft (SOHC). Namun, karena mereka tidak dipersiapkan lebih dulu, muncullah kebingungan dan kekhawatiran itu. Yang menangguk untung adalah pesaing langsungnya, yakni Nissan Terrano.
Suzuki pun demikian. Di masa lalu, Suzuki memasarkan sedan hatchback-nya di Indonesia dengan nama Suzuki Forsa. Padahal, nama asli yang dikenakan pada mobil itu adalah Suzuki Swift.
Begitu juga dengan multi-purpose vehicle (MPV) dari Suzuki, Aerio, yang dipasarkan bulan Juli lalu. Nama asli yang melekat pada mobil itu sesungguhnya Suzuki Liana. Liana itu merupakan kependekan dari Life in A New Age, Kehidupan di dalam Abad Baru. Suzuki Liana turun dengan dua varian, yakni MPV dan sedan. Versi sedannya diluncurkan di Geneva Motor Show 2002.
Liana dipasarkan ke Amerika Serikat dan negara sekitarnya dengan nama Aerio. Nama Aerio itu pula yang diberikan kepada Suzuki Liana MPV yang dijual di Indonesia. Sambutannya luar biasa, penjualan Aerio laris bak pisang goreng.
Dalam waktu dekat ini, Suzuki juga akan memasarkan Liana sedan ke Indonesia. Disebut-sebut, setelah melalui perdebatan panjang, nama yang akan diberikan kepada Liana sedan itu adalah New Baleno, untuk tak mengacaukannya dengan Aerio yang MPV itu
* Lucu juga kalo dipikir, padahal menurut saya lebih bagus pake nama Liana, daripada Aerio ut. kasus Suzuki .. susah nyebutnya !
