M-90 wrote:AD74YA wrote:Kalau kendaraan kantor/dinas, sangat beda cerita dengan kendaraan pribadi. Kendaraan kantor Wajib ditetapkan sebagai aset, sehingga nilai return nya harus diperhitungkan, dalam bahasa simpel nya, dihitung sebagai investasi.
Sedangkan untuk kendaraan pribadi, hampir tidak bisa dihitung sebagai investasi..
Mau seindah apapun bahasanya, kendaraan pribadi (mobil) akan lebih sering dipakai leisure ketimbang bisnis, dan secara prinsip ekonomi aja udah gak masuk sebagai investasi.. kalau mobil pribadi mau dijadiin investasi, IMO, mobil cuma boleh dipakai buat nganter ke kantor atau transaksi bisnis. Dan berani taruhan deh, untuk kota kayak jakarta, bolak balik ngantor naik ojek+jalan kaki lebih menguntungkan secara finansial ketimbang rawat mobil.
Nah.. seperti kata seorang member diatas, kalau member SM udah paham kalau mobil bukan investasi, maka itu tugas Saya, dan kita semua sebagai member SM untuk memberikan edukasi/pengertian bahwa memang resale value merupakan unsur yang penting, tapi bukan yang terpenting. Kenapa? Karena bakal kehilangan banyak kesempatan untuk merasakan pengalaman menggunakan mobil yang lebih baik dari yang resale value nya tinggi.. justifikasi yang sangat berbahaya.. bagaikan melihat wanita hanya dari besarnya pinggul atau payudara.. it is a trap.
Dan kembali lagi, menurut saya, itu tugas kita sebagai insan otomotif, gear head, petrol head, atau car freak dan apa pun sebutannya,. Untuk sedikit banyak mengaburkan frame akan resale value merupakan elemen terpenting..
It is important, no doubt, tapi mobil bukan investasi. Jadi gimana caranya? Ya cari mobil yang menyenangkan dipakai, tetapi resale nya nggak terlalu jauh dengan leader resale value tertinggi... lebih rendah resale nya 20 juta, tapi beda 20000 km senyum di jalan.. Kalau beneran nikmati berkendara, it is worthed.
Kalau memperlakukan mobil cuman jadi alat transport dari A ke B, pastinya resale value menjadi paling penting, tetapi saya pecinta mobil, dimana saya mengganggap mobil sebagai partner perjalanan hidup, dan saya anggap, sebagian besar member SM juga begitu..
Kok jadi curcol... kembali ke lap..... top.....
Se-7 sekalee Bro Helm Putih......
...............

berondok lagee
tulll....ane jg setuju sekale sm adjaya dlm bbrp hal.
1.
- om M90 mensharing joke nya org2 akunting. lalu ane komen jg dlm rangka/secara joking. artinya keduanya berada dlm konteks joking.
- sdgkan pak adjaya membahasnya dlm konteks serius.
artinya, itu dua hal yg tidak berhubungan. jd hal ini tdk perlu dibahas lbh lanjut.
2.
AD74YA wrote:"tugas Saya, dan kita semua sebagai member SM untuk memberikan edukasi/pengertian bahwa memang resale value merupakan unsur yang penting, tapi bukan yang terpenting."
tulll.... setuju sekalee.
sdgkan yg ane tidak setuju... adlh caranya. dlm hal ini yg ane tidak setuju ada pada penggunaan istilah "investasi",
yg oleh adjaya, diatas, disebutkan sbg sebuah penyederhanaan istilah..
masalahnya, penyederhanaan istilah mjd "berpemikiran investatif" tsb, ane memandangnya: tidak tepat.
memberikan edukasi adlh hal baik, tp jika dg cara tidak tepat dlm menggunakan istilah, itu adlh keliru. krn sangat berpotensi misleading.
bahkan ...bila itu dilakukan secara sengaja, maka bisa juga dibilang bahwa: meskipun itu sebuah edukasi.... namun dilakukan dg cara2 pembunuhan karakter. maka itu adlh hal yg tidak baik. jd, sulit ane terima.
*disini ada pengecualian ya....jika character assasination tsb dilakukan oleh seorang pakar jebmen kepada sesama pakar jebmen....maka itu boleh... misalnya antara: abu2, ZombiE, poeticmind, hansen ....nah itu tdk apa2 ....
....tp, klo dah antar org itu pada saling bunuh karakter dan saling jebmen, maka ane sbg nubie pasti milih brondok aja, drpd pelanduk matek di tengah2.......uwkwkkwkwk
lanjut.... lbh jelasnya, begini:
(makanya spt kemaren jg ane) cross quote.... yg dicontohkan oleh om adhi tsb:
c_adhi_k wrote:
karena bagi orang indonesia kebanyakan mobil adalah salah satu barang yang sangat berharga, sehingga diharapkan ketika membutuhkan dana untuk berobat atau tambahn investasi bisnis maka diharapkan mobil tersebut dapat dijual kembali dengan cepat dan harganya tidak berkurang banyak
IMALY hehehe
Kalau takut jual mobilnya susah itu juga masih termasuk resale value kan? atau kategori berbeda lagi?
orang2 yg berpemikiran spt yg dicontohkan om adhi tsb tidak boleh dibunuh karakternya, atau dikerdilkan, atau diciutkan.... dg dibilang: "ah itu artinya elu berpikir bhw beli mobil adlh tindakan investasi dong."
klo begitu itu...mskpun niatnya edukasi, tp pondasi konstruksi pemikiran yg dikemukakan udah keliru duluan..... jd, edukasi macam apakah itu?
meng-edukasi: harus
mempengaruhi, mempersuasi, menggosok2 beli ini jgn beli itu: sangat dipersilakan
dg prasyarat: dilakukan dg cara se-tidak keliru mungkin, yg kita bisa lakukan.
kembali,
kata investasi yg srg dikemukakan disini, sehubungan ketika org membicarakan ttg resale value, merupakan penyederhanaan (dan/atau analogi) yg sangat tidak tepat.
tdk tepatnya bagaimana? ....krn, ketika org berpikir ttg resale value, itu tentu adlh berbeda, dg cara pikir org ketika melakukan investasi. spt apa berinvestasi tu? adlh investasi beli emas, beli tanah, reksadana, menabung/deposito, dsb.
lalu istilah apa yg lbh tepat?
ane jg tidak tau. kebetulan ane bukan ahlinya.
jd mohon kepada yg punya ide utk kata yg lbh tepat, silakan mengemukakannya.
dan utk sementara ini, utk org yg beli mobil dg pemikiran resale value, (plus sdikit merujuk pula spt yg dicontohkan om adhi di atas)... maka ane pakai dulu istilah: insurance.
krn nampaknya sebenrnya lebih deket ke situ, drpd istilah investasi....
insurance, dlm arti: you lose an amount of money, and you get benefit from it then
again, klo ada ide istilah yg tepat, mohon dikemukakan.
krn,
dlm hal-hal lain, penggunaan istilah bisa saja adlh hal yg tdk penting. "ah, cuma istilah aja kok diributin."
tp dlm bbrp hal, temasuk hal ini, penggunaan istilah yg tidak tepat, bisa mengandung arti: misleading. krn dikemukakan sbg pondasi dari sebuah konstruksi pemikiran. bila pondasi dari sebuah konstruksi sudah kurang tepat, maka bangunan yg berdiri di atasnya sangat berpeluang menjadi tidak proporsional lg.
============================================
Risol1 wrote:Terserah yg punya duit lah....ada yg lebih pentingin resale value, ya silakan beli. Yg pentingin fun to drive silakan dibeli, gak ada yg bisa nge-cap orang lain salah bener, atau bodoh pinter, atau melek buta teknologi, melek buta investasi cuma karena pilihan mobilnya.
toh produk2 jaman sekarang jg udah gak kaya dulu lagi artinya banyak juga mobil yg resalenya bagus tapi handling juga gak jelek, yg handlingnya super tapi resalenya juga gak jelek2 amat

sejalan dg pemikiran Risol tsb.....
bagi bbrp org, menjadi penting menyeimbangkan antara nilai "insurance" nya.
ada yg pilih/rela kehilangan uang byk, tp mendapatkan layanan kenyamanan yg asik...dan ada pula yg memilih bayar premi asuransi kecil saja, sepanjang dia sdh dapatkan layanan standar yg layak dr asuransi tsb, maka dia sudah merasa cukup.
bagi org2 spt ini, itulah yg ditimbang2 dari pembelian sebuah mobil. merasa perlu menyeimbangkan/maximize/optimize antara brp byk peluang kehilangan uangnya, dg peluang hal2 positif yg dia bisa dapatkan dari mobilnya.
keliru kah org yg berpemikiran spt itu?
===================
*yg ane bahas, berbeda domain/berbeda semesta pembicaraannya dg yg dibahas oleh RV. tidak berkaitan.
selow olweis ....tos dulu lah Djayyyy
maapkanlah awak yg nubie nii, klo sesekali tak sependapat.
IMALY
KAKASY