Gilas wrote:Pak turbo dan siapapun, apakah dengan menambah octane booster ke dalam BBM non subsidi RON 95 untuk mobil yang sudah berkompresi 11:1 dapat meningkatkan kualitas BBM itu sendiri atau malah hanya pemborosan saja? Karena katanya di kita sekalipun sudah RON 95 masih kurang bagus, seperti, masih tinggi kadar sulfurnya..?? CMIIW.
Terima kasih.
Kalao saya pribadi sih lebih prefer utk tambah additive detergent berbahan PEA, since HOMC di kita konon lebih banyak unsur olefin & aromatic yg mana cenderung membuat endapan ketimbang HOMC berbahan branched alkanes yg digunakan pada bensin2 di negara maju.
Batasan sulphur pada Bensin di Indonesia :
http://prokum.esdm.go.id/kepdirjen/kepdjm-3674-2006.pdf
Secara global utk bensin berkualitas itu dapat dilihat dari kandungan detergent pada bensin itu sendiri (See TopTierGas), sedang standard baku emisi menyangkut pembatasan kadar max sulphur / benzene.
IMO:
Kalo ane priabdi menilai standard ESDM di atas sebetulnya sudah harus ditinggalkan dan diganti std baru dimana batas sulphur max itu jangan lebih dari 200 ppm (less is better) dan tidak boleh ada Pb sama sekali.
Konon sulphur bensin Pertamax series di range sekitar 200 ppm plus / minus ? atau kah lebih ya ? Yg jelas jika sulphur agak tinggi indikasi yg paling ketara = bau knalpot pada mobil ber Cat Conv, dimana menghasilkan bau spt obat keriting rambut.
Jika sulphur makin rendah maka bau obat keriting ini akan semakin berkurang (pada mobil ber Cat Conv)
Sulphur hanya bisa dikurangi di kilang dgn proses Hydrogenation.
CMIIW