Honda Civic Uji Coba Biofuel
Moderators: r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit, Ryan Steele, sh00t
-
- Full Member of Senior Mechanic
- Posts: 475
- Joined: Sun Jul 10, 2005 16:36
- Location: Cideng
Honda Civic Uji Coba Biofuel
Jakarta - Seiring program pemerintah menggalakkan pemakaian bahan bakar alternatif, PT Honda Prospect Motor (HPM) telah melakukan uji coba penggunaan biofuel untuk produknya yakni Honda Civic. Uji coba itu tidak dilakukan oleh HPM sendiri, namun oleh Badan Penerapan dan Pengembangan Teknologi Indonesia (BPPT). "Kita sih tidak menguji coba sendiri. Tapi dari hasil BPPT itu diuji sejauh 5 ribu kilometer dengan mesin standar tidak ada masalah. Nantinya ada pengujian-pengujian lebih lanjut," ujar Sales an Marketing General Manager PT HPM, Jonfis Fandy. Ia menyampaikan hal tersebut disela-sela peluncuran Honda Jazz tipe baru di Plasa Senayan, Jakarta, Sabtu (3/6/2006). Jonfis menambahkan, sejauh ini pengujian baru dilakukan untuk Honda Civic dan belum melebar ke produk Honda lainnya.
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2010
- Joined: Tue Apr 11, 2006 3:03
- Location: Casablanca
-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 556
- Joined: Thu Feb 16, 2006 10:31
-
- Full Member of Senior Mechanic
- Posts: 475
- Joined: Sun Jul 10, 2005 16:36
- Location: Cideng
-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 556
- Joined: Thu Feb 16, 2006 10:31
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2010
- Joined: Tue Apr 11, 2006 3:03
- Location: Casablanca
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2961
- Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34
Bukan, biofuel yang dimaksud di atas bukan yang dicampur dengan hasil esterifikasi minyak sawit, Mr. Mike. Kalau itu, biofuel yang namanya biodiesel. Karena hasil esterifikasi minyak sawit murni berbentuk metil ester, yang memiliki karakteristik seperti petrodiesel (diesel yang berasal dari minyak bumi).Mike wrote:BioFuel (ada kandungan minyak sawit 5%) kira2 bikin deposit kerak gak ya di blok...
Fuel : petrol (bensin) and diesel (diesel, di Indo dijual Pertamina dengan merk dagang 'solar', kalau di semua negara lain di dunia, disebut diesel. Entah kenapa disebut 'solar' yang artinya matahari, tidak nyambung).
Demikian pun, biofuel ada dua yaitu biodiesel, dan bio-petrol.
Bio-petrol biasanya berbentuk campuran petrol (bensin) dan bio-ethanol atau umum dikenal sebagai E85.
Civic yang dimiliki BPPT adalah Civic versi sedan, buatan Jepang, berarti bermesin bensin, karena versi sedan tidak ada yang bermesin diesel. Yang ada versi diesel adalah Civic Euro hatchback yang diproduksi di Inggris dan dijual untuk pasar Eropa.
Jadi, biofuel yang digunakan BPPT pada Civic bermesin bensin adalah campuran petrol (bensin) dengan bio-ethanol, bukan biodiesel.
Sementara, untuk menjawab pertanyaan Anda, mengenai apakah biodiesel yang mengandung 5% hasil esterifikasi minyak sawit akan membentuk kerak atau tidak di blok mesin, jawabannya adalah, justru 5% biodiesel itu malah dapat menghancurkan deposit kerak yang ada dan membersihkan blok mesin.
Mengapa demikian, karena metil ester (biodiesel) memiliki sifat korosif karena ia adalah solvent. Makanya tidak direkomendasikan untuk dicampur lebih besar daripada 20% (B20), karena dapat 'memakan' selang bahan bakar, jika selang itu masih terbuat dari karet alam. Jika selang yang dipakai dibuat dari 100% karet sintetik atau bahkan silikon, tidak ada masalah korosi ini.
Tapi, ada penjelasan mengenai mengapa Anda pernah mendengar bahwa minyak sawit dapat menimbulkan kerak pada engine block.
Jika yang digunakan adalah minyak sawit murni hasil penyulingan (refining), dan TIDAK di-esterifikasi menjadi metil ester, maka minyak sawit murni ini tidak bersifat korosif/solvent.
Tapi, karena bukan berbentuk metil ester, minyak sawit murni TIDAK BISA dicampur dengan petrodiesel (diesel yang berasal dari minyak bumi). Jadi, bukan yang dikenal sebagai B5, B10 atau B20 (B=Biodiesel), melainkan sebagai salah satu SVO (Straight Vegetable Oil = minyak nabati murni).
SVO seperti minyak sawit murni, bisa digunakan 100% dan langsung pada mesin diesel. Tapi, SVO memiliki viskositas (kekentalan) yang jauh lebih tinggi daripada biodiesel ataupun petrodiesel (baca = lebih kental), dan akan semakin kental pada suhu semakin rendah (semakin dingin). Ini menjadi problem di negara2 yang ada winter, musim dingin.
Maka, harus dipasang alat bantu berupa pemanas untuk memanaskan SVO ini sebelum masuk ke ruang bakar, agar viskositasnya cukup rendah (cukup encer) untuk dapat terbakar secara sempurna.
Jika viskositas kurang tinggi (terlalu kental), pembakaran tidak akan sempurna dan akan meninggalkan deposit kerak pada blok mesin.
Semoga rekan2 bisa paham perbedaan antara bio-petrol, biodiesel dan SVO, dengan penjelasan singkat di atas. Mr. Turboman, maaf mendahului. Mungkin ada yang bisa Anda tambahkan lagi.
-
- Full Member of Senior Mechanic
- Posts: 338
- Joined: Sun Jan 11, 2004 9:54
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2010
- Joined: Tue Apr 11, 2006 3:03
- Location: Casablanca
-
- New Member of Mechanic Engineer
- Posts: 556
- Joined: Thu Feb 16, 2006 10:31
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2961
- Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34
Ethanol yang digunakan pada E85 adalah bio-ethanol, yang dapat dibuat dari berbagai macam tumbuhan. Amerika mengandalkan jagung, Indonesia bisa mengandalkan glukosa dan singkong, misalnya. Banyak juga pilihan lain.calvin99 wrote:![]()
Mr.Conan, thx buat penjelasannya.
trus, keuntungan yg didapat dengan memakai campuran ethanol pada mesin bensin ini apa ya?
Keuntungan terbesarnya, terutama bagiku secara pribadi, bahwa bio-ethanol ini dapat diperbaharui (renewable), jadi tidak akan pernah habis2, tidak seperti minyak bumi yang akan habis dan semakin hari semakin mahal saja, karena jumlah penduduk bumi dan mobil di dunia ini bertambah terus dan semuanya membutuhkan bahan bakar.
Indonesia juga suatu hari bisa menjadi salah satu produsen bio-ethanol terbesar di dunia, bahkan ketika persediaan minyak bumi Indo sudah habis sama sekali. Menurutku, inilah keuntungan terbesar penggunaan bio-fuel, di samping yang tak kalah pentingnya, tingkat emisi yang lebih rendah (lebih bersih).
-
- Administrator
- Posts: 2500
- Joined: Thu Aug 08, 2002 9:07
- Location: Surabaya
- Daily Vehicle: Toyota Rush TRD
-
- Member of Mechanic Engineer
- Posts: 2980
- Joined: Thu Jul 22, 2004 14:10
- Location: Kingdom of Heaven
Bisa Hemat 7,2 Juta Liter
SURABAYA - Setelah Jakarta, PT Pertamina (Persero) mulai memasarkan biosolar di Surabaya. Kota Pahlawan ini diharapkan menjadi pionir bagi penggunaan energi terbarukan di tanah air. "Pemerintah mendukung pemakaian biofuel. Selain mengurangi beban negara, manfaat bahan bakar alternatif ini bagi masyarakat juga besar," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro usai meresmikan penggunaan biosolar dan biopremium di gedung Pertamina Unit Pemasaran (UPms) V Jatim akhir pekan lalu.
Hadir dalam kesempatan itu Menteri BUMN Sugiharto, Menristek Kusmayanto Kadiman, dan Ketua Tim Nasional Pengembangan Biofuel Al Hilal Hamdi.
Dirut Pertamina Ari H. Soemarno menambahkan, penjualan BBM bersubsidi di Surabaya selama ini mencapai 1,4 miliar liter per tahun. Dengan adanya biosolar, konsumsi BBM bisa dihemat 7,2 juta liter per tahun. "Kelebihan lain biosolar yang dijual Rp 4.300 per liter ini, pengguna tidak perlu mengganti mesin kendaraannya," ujarnya.
Pada tahap awal, biosolar baru tersedia di lima SPBU di Surabaya. Yaitu di SPBU Jalan Dr Soetomo, Pasar Turi, Jemursari, Perak Barat, dan Jalan M. Natsir. Selain biosolar, Pertamina juga meluncurkan biopremium (gasohol) B5 di Malang. Dengan meningkatnya produksi biofuel, Ari berharap pemerintah menetapkan pengaturan harga jual. Sebab, harga biofuel terkait dengan harga kelapa sawit dan etanol dunia. "Keduanya terkait dengan harga minyak global," terangnya.
Chairman Jawa Pos Group Dahlan Iskan mendukung sepenuhnya program BBM-bio yang digalakkan pemerintah. Selain kualitasnya bagus, produk BBM-bio pun ramah lingkungan. "Seluruh truk Jawa Pos siap menggunakan biosolar," katanya kemarin.
Sementara itu, penjualan biosolar di beberapa SPBU masih terlihat sepi. "Masih banyak yang tanya-tanya apa itu biosolar dan perbedaannya dengan solar biasa," ujar SPBU Leader Jemursari Untung Wibisono kemarin. Menurutnya, masyarakat masih banyak yang ragu. Apalagi, banyak yang menganggap untuk memakai biosolar perlu mengubah spesifikasi mesin. "Padahal, itu sama saja dengan solar biasa," tuturnya. Sejauh ini, lanjut dia, pembeli biosolar kebanyakan mobil-mobil boks. Meski begitu, tak sedikit mobil pribadi yang juga mengonsumsi biosolar. (ina/wir/yad)
Senin, 14 Agt 2006,
Jatim Jadi Pusat Produksi Biofuel
SURABAYA - Antusiasme kalangan swasta dalam memproduksi BBM bio mulai terasa setelah PT Pertamina (Persero) menyediakan diri sebagai pembeli siaga. "Memang, belum ada pengaturan harga beli oleh Pertamina. Namun, berapa pun produksi BBM bio akan kita beli," ujar Dirut Pertamina Ari H. Soemarno saat meresmikan penggunaan biosolar dan biopremium di gedung Pertamina Unit Pemasaran (UPms) V Jatim akhir pekan lalu.
Hadir dalam kesempatan itu Menteri BUMN Sugiharto, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menristek Kusmayanto Kadiman, dan Ketua Tim Nasional Pengembangan Biofuel Al Hilal Hamdi.
Saat ini Pertamina UPms V Jatim membeli biosolar dari produsen swasta di Gresik. Untuk biopremium, Pertamina membelinya dari PT Molindo Raya, Lawang. Biosolar dihasilkan dari pengolahan minyak sawit, sedangkan biopremium dari tetes tebu. Belum ada BBM-bio yang dihasilkan dari tanaman jarak pagar.
Wagub Jatim H Soenarjo minta Pertamina benar-benar menjadi pembeli siaga. "Bukan pembeli [cencored] lho," guraunya. Jatim sendiri, kata dia, sudah ditetapkan menjadi sentral produksi BBM-bio. Namun, untuk tanaman jarak pagar masih harus ada pemecahan banyak hal. Antara lain, pengadaan lahan, infrastruktur, dan mesin pengolah.
Pertamina mencampur solar miliknya dengan 5 persen biosolar dari sawit. Pencampuran dilakukan di terminal oplos Pertamina di Perak. Untuk sementara, baru mencukupi kebutuhan lima SPBU di Surabaya, namun akan terus diperluas. "Karena hari ini Sabtu Legi, mudah-mudahan setiap bulan Pertamina bisa melipatkan jumlah SPBU yang menjual biosolar dengan kelipatan sembilan," kelakar Soenarjo.
Di Jakarta, tambah Ari Soemarno, mula-mula hanya 9 SPBU yang menjual biosolar. Tapi, tiga bulan kemudian sudah lebih dari 100 SPBU. "Dengan menggunakan biosolar, terasa sekali asap yang dikeluarkan knalpot tidak lagi hitam," ujar Kepala Pertamina UPms V Jatim Djoko Prasetyo.
Biopremium hasil campuran dari BBM-biotebu, baru dijual di satu SPBU di Malang. Itu pun khusus untuk sepeda motor. Tapi, produsen BBM-bio di Lawang akan terus meningkatkan produksinya tidak hanya dari tebu, tapi juga dari singkong. "Kami akan membangun pabrik etanol dari singkong di Pacitan dan Lampung," kata Donny Winarno, vice president marketing PT Molindo Raya.
Saat ini Pertamina membeli biopremium seharga Rp 5.000 per liter dan dijual kepada konsumen Rp 4.600. Pertamina memang rugi, tapi harga etanol tersebut masih lebih murah dibanding kalau Pertamina membeli premium dari luar negeri yang harganya Rp 5.600 per liter. (ina)
SURABAYA - Setelah Jakarta, PT Pertamina (Persero) mulai memasarkan biosolar di Surabaya. Kota Pahlawan ini diharapkan menjadi pionir bagi penggunaan energi terbarukan di tanah air. "Pemerintah mendukung pemakaian biofuel. Selain mengurangi beban negara, manfaat bahan bakar alternatif ini bagi masyarakat juga besar," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro usai meresmikan penggunaan biosolar dan biopremium di gedung Pertamina Unit Pemasaran (UPms) V Jatim akhir pekan lalu.
Hadir dalam kesempatan itu Menteri BUMN Sugiharto, Menristek Kusmayanto Kadiman, dan Ketua Tim Nasional Pengembangan Biofuel Al Hilal Hamdi.
Dirut Pertamina Ari H. Soemarno menambahkan, penjualan BBM bersubsidi di Surabaya selama ini mencapai 1,4 miliar liter per tahun. Dengan adanya biosolar, konsumsi BBM bisa dihemat 7,2 juta liter per tahun. "Kelebihan lain biosolar yang dijual Rp 4.300 per liter ini, pengguna tidak perlu mengganti mesin kendaraannya," ujarnya.
Pada tahap awal, biosolar baru tersedia di lima SPBU di Surabaya. Yaitu di SPBU Jalan Dr Soetomo, Pasar Turi, Jemursari, Perak Barat, dan Jalan M. Natsir. Selain biosolar, Pertamina juga meluncurkan biopremium (gasohol) B5 di Malang. Dengan meningkatnya produksi biofuel, Ari berharap pemerintah menetapkan pengaturan harga jual. Sebab, harga biofuel terkait dengan harga kelapa sawit dan etanol dunia. "Keduanya terkait dengan harga minyak global," terangnya.
Chairman Jawa Pos Group Dahlan Iskan mendukung sepenuhnya program BBM-bio yang digalakkan pemerintah. Selain kualitasnya bagus, produk BBM-bio pun ramah lingkungan. "Seluruh truk Jawa Pos siap menggunakan biosolar," katanya kemarin.
Sementara itu, penjualan biosolar di beberapa SPBU masih terlihat sepi. "Masih banyak yang tanya-tanya apa itu biosolar dan perbedaannya dengan solar biasa," ujar SPBU Leader Jemursari Untung Wibisono kemarin. Menurutnya, masyarakat masih banyak yang ragu. Apalagi, banyak yang menganggap untuk memakai biosolar perlu mengubah spesifikasi mesin. "Padahal, itu sama saja dengan solar biasa," tuturnya. Sejauh ini, lanjut dia, pembeli biosolar kebanyakan mobil-mobil boks. Meski begitu, tak sedikit mobil pribadi yang juga mengonsumsi biosolar. (ina/wir/yad)
Senin, 14 Agt 2006,
Jatim Jadi Pusat Produksi Biofuel
SURABAYA - Antusiasme kalangan swasta dalam memproduksi BBM bio mulai terasa setelah PT Pertamina (Persero) menyediakan diri sebagai pembeli siaga. "Memang, belum ada pengaturan harga beli oleh Pertamina. Namun, berapa pun produksi BBM bio akan kita beli," ujar Dirut Pertamina Ari H. Soemarno saat meresmikan penggunaan biosolar dan biopremium di gedung Pertamina Unit Pemasaran (UPms) V Jatim akhir pekan lalu.
Hadir dalam kesempatan itu Menteri BUMN Sugiharto, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menristek Kusmayanto Kadiman, dan Ketua Tim Nasional Pengembangan Biofuel Al Hilal Hamdi.
Saat ini Pertamina UPms V Jatim membeli biosolar dari produsen swasta di Gresik. Untuk biopremium, Pertamina membelinya dari PT Molindo Raya, Lawang. Biosolar dihasilkan dari pengolahan minyak sawit, sedangkan biopremium dari tetes tebu. Belum ada BBM-bio yang dihasilkan dari tanaman jarak pagar.
Wagub Jatim H Soenarjo minta Pertamina benar-benar menjadi pembeli siaga. "Bukan pembeli [cencored] lho," guraunya. Jatim sendiri, kata dia, sudah ditetapkan menjadi sentral produksi BBM-bio. Namun, untuk tanaman jarak pagar masih harus ada pemecahan banyak hal. Antara lain, pengadaan lahan, infrastruktur, dan mesin pengolah.
Pertamina mencampur solar miliknya dengan 5 persen biosolar dari sawit. Pencampuran dilakukan di terminal oplos Pertamina di Perak. Untuk sementara, baru mencukupi kebutuhan lima SPBU di Surabaya, namun akan terus diperluas. "Karena hari ini Sabtu Legi, mudah-mudahan setiap bulan Pertamina bisa melipatkan jumlah SPBU yang menjual biosolar dengan kelipatan sembilan," kelakar Soenarjo.
Di Jakarta, tambah Ari Soemarno, mula-mula hanya 9 SPBU yang menjual biosolar. Tapi, tiga bulan kemudian sudah lebih dari 100 SPBU. "Dengan menggunakan biosolar, terasa sekali asap yang dikeluarkan knalpot tidak lagi hitam," ujar Kepala Pertamina UPms V Jatim Djoko Prasetyo.
Biopremium hasil campuran dari BBM-biotebu, baru dijual di satu SPBU di Malang. Itu pun khusus untuk sepeda motor. Tapi, produsen BBM-bio di Lawang akan terus meningkatkan produksinya tidak hanya dari tebu, tapi juga dari singkong. "Kami akan membangun pabrik etanol dari singkong di Pacitan dan Lampung," kata Donny Winarno, vice president marketing PT Molindo Raya.
Saat ini Pertamina membeli biopremium seharga Rp 5.000 per liter dan dijual kepada konsumen Rp 4.600. Pertamina memang rugi, tapi harga etanol tersebut masih lebih murah dibanding kalau Pertamina membeli premium dari luar negeri yang harganya Rp 5.600 per liter. (ina)