Saya coba comment netral aja,
solar_kerosen wrote:Presiden ingin membeli pesawat pribadi khusus untuk acara kenegaraan
2. mobil pejabat sekelas menteri naik dari 400 juta menjadi 1,2 Miliard rupiah
3. departemen perikanan dan kelautan membeli YACHT mewah yg katanya untuk memeriksa TERUMBU KARANG

4. Istana kepresiden diperbaiki pagarnya dan memakan dana puluhan miliard
5. Bank SAMPAH kaya Century ditolong, padahal hanya sebuah bank kecil yg bukan apa apa dalam ekonomi nasional
1. moga2 terbukti bahwa membeli pesawat lebih murah daripada carter pesawat, kalo gk terbukti, ayo kita demo rame2, kalo perlu diperetelin pesawatnya, diloakin aja, sapa tau kebagian mesin turbinnya, lumayan, bisa buat drag race, hehehe....
2. Boil pejabat emang udah keterlaluan, kalo emang udah dianggarkan tiap beberapa thn ganti, gak usah pake yang mahal2. mewah tidak selalu mahal. mahal juga gk berarti mewah. malu dong ama jepang yang bikin boil keren2 tapi py pejabatnya termasuk sederhana dibandingkan tingkat kemajuan otomotifnya.
3. Istana presiden saya rasa perlu diberi fasilitas pengamanan yang lebih ketat. malu kalo pengamanan istana bisa dibobol, kalo ada apa2 pemimpin negeri ini bisa gampang jadi sasaran. saya gak tahu maksud perbaikan pagar ini. kalo tujuannya buat memperbaiki sistem pengamanan, saya kira bagus. tapi kalo sampe habis bermilyar2, saya kira kurang bijaksana. kalo bener cuma buat berwah2an aja, mending kita dobrak rame2, pasti roboh.
harusnya presiden mencontoh Gusdur, Istana benar2 bukan tempat sakral n exclusive khusus presiden (toh presiden juga makan uang dari rakyat kan?). Istana terbuka seperti itu akan menambah kepekaan presiden terhadap rakyatnya. tapi tetap harus memenuhi unsur2 keamanan, bagaimanapun presiden yang baik sekalipun tetap menjadi incaran pihak2 yang tidak senang, bisa dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
4. Saya benar2 gak tahu masalah bailout bank century tepat atau tidak.
tapi nyatanya bank century sekarang tetap eksis, dan mampu meraup laba yang besar, bahkan asetnya kalo dijual sanggup, bahkan sisa banyak untuk mengganti dana bailout,
Yang saya kurang setuju, kesan bahwa menkeu dan wapres jadi kambing hitam (seolah2 penjahatnya). saya kira itu tidak bijak. Saya cuma menangkap bahwa tuduhan itu berasal dari orang2 yang gak suka, ato dari lawan politik, ato dari pihak lain yang ingin memperkeruh suasana. sebagai seorang yang mengedepankan rasio dan keutuhan bangsa, tidak sepantasnya langsung menjustifikasi menonaktifkan mereka.
saya prihatin kalo bangsa ini bertengkar terus, masalah besar yang menghadang (misal FTA), malah gak keurus, hanya mikirin bailout, mikirin hal remeh-temeh yang harusnya bisa diselesaikan dengan cepat.
saya malah ragu dengan kinerja DPR. Sejak dahulu saya gak percaya DPR. Entah kenapa DPR bukannya berfungsi sebagai wakil rakyat, tapi merupakan wakil kepentingan tertentu dari golongan tertentu.
DPR harusnya murni untuk rakyat. saya kira kalo mereka murni, gak ada debat2an prinsip dalam pemecahan masalah. saya melihat, saat ini pihak tertentu berusaha menggagalkan pihak lain, untuk tujuan politik.
demikian pula nanti sebaliknya, pihak yang digagalkan akan membalas. sampai kapan ini akan berakhir?
harusnya demokrasi benar2 dilaksanakan, kalo yang satu merasa dikalahkan, mereka harus mendukung yang menang, bukannya menjatuhkan yang menang. tentu saja fungsi oposisi harus tetap jalan, jangan sampai kebablasan mendukung, tanpa mengawasi kinerja sehingga minim kritik dan saran.
Kritik dan saran harus ada, namun cara2 yang jauh diluar etika bermoral bangsa ini hendaknya dihindari. saya khawatir kalo tiap ada masalah diselesaikan dengan cara2 diluar etika atau bahkan kekerasan, nantinya akan melekat menjadi budaya bangsa.
Kalau pemerintah emang sudah melenceng jauh, gerakan apapun mungkin bisa dilakukan. misal kalo 1998 gak ada demo besar2an, pasti reformasi gk akan terjadi. namun yang saya lihat sebagai orang awam, pemerintah saat ini belum pantas mendapat perlakuan sperti itu. memang Kinerja DPR dkk sangat mengecewakan, namun tetap harus didukung dan diarahkan biar benar. toh konsekuensi demokrasi, kita harus mengikuti hasil mufakat, meskipun itu tidak menguntungkan kita.
silverlining wrote:berani2nya lg indo mo free trade ma china.
david vs goliath atuh.
yg bener tuh fair trade.
tobat...
pada saat pemerintahan Ibu Megawati, FTA dianggap menguntungkan bangsa, maka ditandatanganilah FTA tersebut, dan baru berlaku penuh tahun ini. Namun saya juga tidak tahu kebenaran "FTA menguntungkan saat itu", coz yang ngomong para ahli, tentu saja ahli yang berpihak pada pemerintah saat itu, kalo ahli yang gk berpihak, ya pasti berlawanan arah.
Yang penting, FTA sudah terjadi, kewajiban kita, ya harus berusaha sekuat tenaga memenangkan FTA. Pemerintah juga harus mendukung, jangan cuma menguntungkan pemain besar aja, harusnya pemerintah juga ikut aktif berperan, misalnya melakukan pembatalan kontrak FTA, atau melakukan kebijakan2 yang menguntungkan. yah seperti yg bro silverlining bilang, fair trade. misal, kalo bahan baku rotan gak dijual murah ke luar negeri, maka dengan sendirinya industri meubel rotan di Indo akan lebih murah dari negara2 lain. kan rotan yang memproduksi terbesar cuma Indonesia dan sedikit negara2 lain (malaysia, papua nw Guinea) soal kualitas, saya yakin industri lokal mampu bersaing.
Saya cuma berharap, kita sesama bangsa tidak layak untuk saling menjatuhkan, setiap ketidakberesan haruslah diselesaikan,
apapun kebijakan pemerintah, pasti ada pihak yang senang, maupun yang tidak senang, tergantung sikap kita melihat keadaan.