
Mungkin lanjutan dari liga ini :
viewtopic.php?f=19&t=21429
Sudah banyak yang nunggu, karena nggak muncul-muncul sampe tenggelam dengan review – review yang lain. Ya, saya memang sengaja ngolor waktu buat nunggu sebuah kompetitor berat di kelas ini diluncurkan.
Yang akhirnya, semua timingnya pas waktu saya berencana keluarin review part 2 ini.
Lho, maksudnya?

Yeap, yang membuat timingnya pas adalah kebijakan presiden baru kita untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.

Saya bukan mau mengkritik kebijakan presiden kita atau mau sok ngebela kebijakan ini kayak yang dilakuin para hater dan fanboy jokowi di social media

kalo BBM subsidi dan non-subsidi selisihnya hanya 2ribu rupiah (atau sekarang malah 1000an di DKI), apa nggak mending kita beralih ke mobil yang bener – bener punya teknologi mutakhir untuk menghemat BBM? Bukankah selisihnya akan jauh lebih worth it?
Apalagi sekarang fuel efficient car nggak identik dengan econobox pelan yang 0-100 km/h ditempuh dalam waktu jutaan tahun dan membuat kita terlihat kayak pengemudi bodoh di jalanan karena Cuma jalan 20 – 40 km/h.
Nope. Fuel efficient car masa kini justru memiliki kemampuan berlari lebih baik dari mobil berteknologi jurrasic. Sebut saja Mazda CX-5 GT yang 0-100 km/h nya ditempuh dalam tempo 8,6 detik dengan konsumsi BBM nggak lebih boros dari hatchback purba 1500cc yang sering digembor-gemborin irit BBM dan mesinnya jadi Engine of The Year versi media sebelah (if you know what i mean). Sedangkan CR-V saya 0-100 nya di angka 11 detik dan konsumsi BBMnya malah hampir mirip mesin V6 3000cc kalo kaki nggak sekolah.
Kenapa saya harus ngomong panjang lebar soal ini? karena jujur aja, konsumen di kelas ini pertanyaan paling umum yang selalu ditanyain ke sales sebelum beli mobil adalah :
“Bisa diisi BBM bersubsidi nggak, mas/mbak?”

Pertanyaan klise yang selalu menghantui para ATPM dan dealer mobil. Bahkan di segmen mobil mewah juga masih pada nanya begini. Dan pertanyaan yang jawabnya bikin dilema.
Kalo dijawab bisa isi BBM subsidi, tinggal nunggu jebol, warranty void, ATPM ga mau tanggung jawab dan masuk surat pembaca karena melakukan pembohongan pada konsumen.

Kalo dijawab nggak bisa, konsumennya lari ke produk lain yang teknologinya dari jaman jurrasic enggak berubah dan bisa diisi BBM subsidi, end of story.

Hal ini yang membuat para ATPM ragu untuk masukin mesin – mesin berteknologi mutakhir seperti GDI (Gasoline Direct Injection), seperti yang dilakukan oleh Honda. Honda Jazz GK5 di luar punya mesin L15B EarthDreams GDI dengan 132hp. Disini? Kita dapet mesin L15Z5 120hp.
Dan setuju nggak setuju, stereotip pemikiran kayak gini itu salah satu faktor yang bikin Toyota merajai pasar Indonesia dengan LMPV nya. Produk Toyota (dan Honda) jadi terkesan “badak” karena bisa diisi BBM subsidi. Ya badak karena memang requirementnya seperti itu dari 10 taun yang lalu, dan konsumsi BBMnya juga nggak bisa dibilang irit kan untuk standar masa kini? Mobil 1300cc aja susah dapetin 1 : 10 di dalem kota. Apalagi mau 1 : 15. Operational cost doang yang murah karena kebiasaan “dimanja” BBM bersubsidi, 200ribu udah fulltank. Sedangkan non subsidi RON92 400ribu boro-boro fulltank.
Ya saya nggak mau nyalahin masyarakat kita karena yang salah juga ujung – ujungnya pemerintah, transportasi umum diliat dari jarak 100 meter aja nggak bikin kita tertarik buat naik dan pake jasanya. Infrastruktur jalan nggak sebanding dengan pertambahan kendaraan yang cenderung membludak, hasilnya : macet, polusi dimana – mana, salah satu penyebab polusi ya BBM bersubsidi kita yang bikin pembakaran nggak sempurna. Dan sekarang BBM bersubsidi naik 2ribu rupiah, pada mencak – mencak semua. Siapa yang salah?
Tapi, hey, daripada terus – terusan mencak – mencak karena harga kebutuhan yang melambung dan nyalahin pemerintah lah, bilang kecewa sama Jokowi lah, dll dll, kenapa nggak mikir solusi lain : beli mobil yang teknologinya canggih, fuel cons tidak kurang dari 9 km/l dalam kota dan isi BBM non-subsidi, toh pilihannya sekarang banyak.
Dan kali ini ada dua pilihan terbaik di kelas B-segment, sebagai kelas yang populer : Ford Fiesta EcoBoost yang diluncurkan di pertengahan tahun ini dan yang baru – baru ini populer, Mazda2 SKYACTIV. Di mana ATPM seperti Toyota dan Honda maju-mundur untuk ngeluarin teknologi canggih mereka, kedua pabrikan ini menggebrak pasar dengan teknologi.
Jika sebelumnya saya hampir mati bosen karena bahas 2 mobil yang teknologinya itu – itu ae, kali ini 2 mobil dengan teknologi termutakhir saat ini. And here we go.

Unit test adalah Ford Fiesta EcoBoost AT milik Ford Semarang yang saya test di pertengahan 2014 lalu dan Mazda2 SKYACTIV R AT yang barusan saya test bulan Desember 2014
=======================================
Exterior : How Unique? How Attractive?
Ford Fiesta EcoBoost AT

Sebetulnya hampir nggak ada perbedaan dari Ford Fiesta 1.5 S Facelift yang diluncurkan awal tahun ini dan Fiesta EcoBoost. Yang paling mudah dikenali, grill yang menyerupai British Grand Tourer ternama, Aston Martin tapi versi KW3 nya.



Karena udah pada khatam dengan bentuk eksteriornya jadi saya nggak usah panjang – panjang ya. Intinya perbedaan Ecoboost dan 1.5 S hanya di aerokit depan dan belakang aja... (kenapa nggak sekalian side skirt sih? Dasar nanggung...


Mazda2 SKYACTIV R AT

Sebagai pendatang baru di kelas ini Mazda2 datang dengan tampilan yang segar. Dirancang dari HAZUMI Concept dengan pendekatan KODO Design seperti saudara – saudaranya yang lain, CX-5, Mazda6, Mazda3, dan upcoming next : CX-3. HAZUMI Concept pada awalnya cukup mencuri perhatian publik dengan desain agresifnya, dan ketika sudah production version, Mazda2 terbaru memiliki tingkat kemiripan 70% dengan versi konsepnya.


Ya ibaratnya Mazda2 production ver itu Cuma kayak Hazumi Concept minus aerokits dan velg lebih kecil. Dan sangat mungkin HAZUMI Concept jadi inspirasi para anak muda dan para bengkel bodykit untuk berkreasi dandanin exterior New Mazda2, interesting isn’t it?


Dibandingkan dengan Mazda2 lama, New Mazda2 keliatan jauh lebih appealing dan lebih menarik. DRLnya bikin mobil apapun di kelas ini minder, saking gantengnya. Proporsi badannya, menurut saya lebih ganteng dan lebih proporsional dari New Yaris. Dan rear tail lights nya yang menurut saya mirip dengan VW Golf MK7.


Yang saya nggak suka dari exterior New Mazda2, dari tipe V sampe tipe GT spoiler belakangnya seuprit. Duh Mazda, apa susahnya sih kasih spoiler gedean dikit kayak di HAZUMI Concept biar lebih ganteng? Kalo gini sih Mazda2 lama tipe R ama RZ bokongnya jauh lebih appealing....

Conclusion :
Subjectively, menurut saya exterior New Mazda2 masih lebih menarik dari Fiesta. Fiesta memang proporsinya juga bagus, tapi sayang mungkin desainnya menurut saya terlalu konservatif dan tidak break-through.


Score :
Ford Fiesta Ecoboost AT – 0
Mazda2 SKYACTIV R AT – 1
===================================================
2. Interior & Accomodation : How Unique? How Special? How Fun?
Ford Fiesta Ecoboost AT

Kalo ngomongin interior Fiesta, jujur aja nggak ada yang terlalu break through juga. Semua orang udah ngerti fitur – fiturnya. Voice command pun sekarang udah jadi barang umum, New Mazda2 juga punya. Bluetooth connection dengan embel – embel Ford SYNC by Microsoft? Semua mobil udah punya, ya biarpun enggak semua by Microsoft.
So, what’s unique?

Yang menurut saya unik di Fiesta adalah bentuk kokpitnya yang sangat berkesan high-tech dan cocok buat para gadget-mania. Layar multifungsi kecil di tengah dengan tombol – tombol angka seperti di handphone, tombol AC yang juga terkesan berasal dari “masa depan” dan iluminasi warna biru yang nggak norak kayak Fiesta sebelumnya yang warna merah, dan kesan high-tech nya lebih mengena, kayak di film – film Sci-Fi.
Ya, intinya interiornya cukup berkesan, terutama buat gadget-mania, pasti sangat doyan sama interior Fiesta.

Sayangnya, kekurangan terbesarnya adalah nggak ada pembeda khusus di interior Ecoboost dan Fiesta 1.5 biasa, 100% plek. Mbok ya dikasih boost meter apa oil temp gauge begitu, apa stitching jok yang dibedain.... boost meter dan oil temp gauge aftermarket juga saya nggak yakin masangnya akan gampang, karena elektroniknya begitu njelimet.... Ya salah - salah check engine nyala atau mobilnya nggak bisa di stater sama sekali....

intinya kalo Cuma masuk interior nggak akan kerasa lebih spesial dari Fiesta 1.5, no, bahkan nggak lebih spesial dari produk Ford lainnya.... Lack of fun factor.


Tapi soal akomodasi, walaupun bukan terbaik di kelasnya, tapi Fiesta telak mengalahkan Mazda2. Legroom dan headroom belakangnya lebih manusiawi, berikut bagasinya juga masih reasonable untuk naruh barang.
Mazda2 SKYACTIV R AT
Sebagai pure breed SKYACTIV, seandainya kita bener – bener buta sama interiornya dan baru mau ngebuka pintunya, mungkin kita akan mikir “halah, paling nggak beda sama CX-5 dan Mazda6”....



And it proves you wrong.... Desain interior New Mazda2 betul – betul revolusioner dan berbeda dari kedua saudara tuanya. Terlihat chic, fun, dan unique. Kapan lagi ada mobil yang vent AC nya beda bentuk antara kanan dan kiri? Interiornya bener – bener head-turning, dan yang paling ngasih WOW effect, terutama buat para softpad-mania, yes, panel tengahnya itu beneran leather, bukan fake leather kayak New Yaris.



Tapi semua itu tetep nggak ada apa – apanya, yang lebih head-turning lagi adalah layar di tengah dashboard yang dikasih nama MZD Connect, dan in the future fitur ini akan jadi standar untuk mobil – mobil Mazda lain seperti CX-5, Mazda3, CX-3 dan Mazda6. Satu – satunya di kelasnya yang berani ngasih fitur begini. New Yaris juga ada sih, tapi Cuma buat nampilin jadwal servis dan buat internetan thok....
Sedangkan MZD Connect, nyaris seperti iDrive di BMW, walaupun tentu saja software nya nggak se-advanced BMW punya. Kontrolernya pun sangat mirip dengan BMW. Jauh lah kalo dibandingin sama HU Nissan Juke atau layar di New Yaris....


Tapi yang buat saya jadi kekurangan terbesar di interior New Mazda2 R adalah : cluster meternya. Untuk tipe V dan R, yang didisplay analog adalah speedometer, tachometernya digital. Sedangkan untuk GT, tachometernya analog, tapi untuk kecepatan bisa dipantau lewat heads-up display. Belom lagi tachometer digitalnya yang menyebalkan di tipe R, waktu i-STOP nyala kita nggak tau mesin mati apa kagak, wong tachonya tetep nunjuk di angka 800.



Dan speedometer analog itu konyol menurut saya, justru speedometer yang harusnya dibuat digital. Ngapain kita mantengin speedometer di dalem kota, nggak mungkin tho kita bakal sering mentokin speedometer? Yang ada kita mentokin tachometer melulu.... ya kecuali di luar negeri yang mana speed limit jadi faktor krusial, lha di Indonesia, speed limit kan hanya mitos, tho?

Minus lainnya lagi, soal space. Udah basi ngomongin space di Mazda2 dari generasi lama : sempit! Bahkan bagasinya juga mungkin paling kecil di kelasnya.

Dan untuk nambah ke tipe GT kita harus gelontorin duit 280juta, yang masuk ke ranahnya Swift Sport M/T yang jelas lebih fun karena format traditional hatchbacknya, so?
Conclusion :
Kalo Cuma liat interiornya saja, New Mazda2 jauh lebih revolusioner dan lebih unik daripada Fiesta Ecoboost. Interior Fiesta Ecoboost jujur saja terkesan terlalu mature dan tidak ada uniknya sama sekali, padahal pangsa pasar yang dikejar kan rata – rata anak muda, dan anak muda selalu suka yang unik, sementara Fiesta, okelah gadgetnya bagus, tapi terkesan terlalu dewasa sehingga agak membosankan. Sedangkan Mazda2 memberikan fun factor tersendiri, mulai dari bentuk vent AC, MZD Connect yang paling head-turning, dan panel kulit yang jahitannya asli. Memberikan kesan premium dan unique.
Walaupun Fiesta menang soal akomodasi, tapi ini hatchback, bukan MPV, tho? Jadi nggak akan juga dipake angkut lebih dari 5 orang kecuali terpaksa. Tokh keduanya sama – sama inferior soal akomodasi dibanding New Jazz atau New Yaris.
Score :
Ford Fiesta Ecoboost AT – 0
Mazda2 SKYACTIV R AT – 2
======================================
3. Gadget and Entertainment : How Useful? Is it User Friendly?
Ford Fiesta Ecoboost AT
Seperti yang udah dibahas, yang jadi daya tarik utama orang beli Fiesta adalah gadgetnya banyak. Dan memang, seperti saya bilang, mobil ini cocok untuk gadget lover, karena sistemnya sangat user-friendly dan gampang dipahami. Konektivitas dan pairing bluetoothnya cukup cepat dibanding Mazda2, dan karena interface nya yang sederhana tentu bikin sistemnya nggak terlalu lelet dibanding Mazda2.
Voice command yang dulunya sangat ribet di Fiesta non-facelift juga sudah diperbaiki sehingga lebih user-friendly dan nggak perlu logat americano untuk dapat mengoperasikannya. Suara waktu digunakan untuk telepon juga terbilang sangat clear.
Kualitas sound systemnya juga lebih baik satu tingkat dari New Mazda2, sound lebih jernih dan bassnya lebih punchy.
Hal kecil yang sedikit mengganggu di Fiesta adalah tombolnya yang agak keras sehingga butuh tenaga buat mencet. Tapi selebihnya, untuk soal gadget, Fiesta cukup bisa diandalkan.

Mazda2 SKYACTIV R AT
MZD Connect sebagai “benda asing” baru menjadi daya tarik di sini. Secara umum, pengoperasiannya hampir mirip iDrive, hanya saja ya kayak bandingin hape iPhone 5S ama hape Android murah dibawah 3juta. Maksudnya MZD Connect yang kayak hape android murah dibawah 3juta....

Pengoperasiannya agak lelet, pairing bluetooth agak lama dan cukup bermasalah untuk gadget yang konektivitasnya nggak terlalu bagus. Saya coba di Samsung Galaxy Core buat nyetel musik, terputus – putus, terutama waktu ngerem atau kena jalan nggak rata. Lalu karena penasaran, bro steven coba konek dengan iPhone dia, dan hasilnya? Suara jauh lebih jernih dan nggak ada keputus – putus.

Hal ini nggak masalah kalo mobil ini BMW Seri-5 yang rata – rata pemiliknya mampu beli iPhone 5S semua, sementara New Mazda2 yang rata – rata pemiliknya ababil yang hape aja dibeliin ortunya, sementara dengan banyaknya pilihan hape android murah saat ini, saya meragukan konektivitasnya.... kecuali Mazda ada program beli Mazda2 free 1 unit iPhone 5S atau Samsung Galaxy Note 4, ya itu baru worth....



Sistemnya juga kurang user-friendly, kadang kita harus mikir mencet tombol apa buat balik ke menu sebelumnya. Agak laggy, walaupun HU touch screen di Yaris masih lebih lelet sih....


Sound systemnya juga menurut saya kurang bagus, bass mendem, vokal nggantung, more or less nggak jauh sama Honda Jazz. Yang jelas jauh lah sama Fiesta Ecoboost.
Intinya, tambahan yang bagus, sayang nggak signifikan aja, dan kurang begitu berguna....
Conclusion :
MZD Connect memang merupakan suatu value buat Mazda, satu – satunya di kelas yang ada sistem seperti ini. Sayangnya sistem ini masih sangat inferior, dan kurang user friendly. Sedangkan di Fiesta walaupun tampilannya sederhana tapi lebih user friendly dan konektivitasnya lebih baik. Thanks to Microsoft, though.
Score :
Ford Fiesta Ecoboost AT – 1
Mazda2 SKYACTIV R AT – 2
====================================================
4. Driving Impression : How Fun? How It Behaves?
Ford Fiesta Ecoboost AT

Ford Fiesta menggendong mesin L3 Ecoboost bertenaga 125PS dan torsi 170Nm. Mesin ini hanya 1000cc 3-silinder, dengan Turbo. Honestly, ketika denger mesin 3-silinder, saya teringat dengan betapa horrornya getaran dan suara mesin di Nissan March adik saya dulu. Dan ketika denger New Fiesta akan dikasih mesin 3-silinder? Hmmm......
Masuk ke mobil, adjust posisi duduk. Cukup nyaman, sayang joknya tidak terlalu supportif, masih lebih supportif joknya Mazda. Di awal saya menyalakan mesin, saya nggak berharap terlalu banyak. Pikir saya, yo wis lah kalo getarannya berlebih, namanya juga 3-silinder. Nyatanya? Kejeniusan engineer Ford bikin saya geleng – geleng kepala. Getarannya nyaris tidak terdeteksi, bahkan lebih halus dari mesin 4-silinder pada umumnya. Whaaaat?

Saya coba jalanin mobil keluar dari parkiran area test drive, seperti biasa, langsung melesat seperti anak panah tak tau arah, langsung bejek gas penuh. Torsi sebesar 170Nm terasa sangat.... sangat kuat di mobil ini. Saya sampe kaget. Response nya benar – benar nggak terduga. A bit like Golf TSI MK7, tapi lebih jinak dari Golf TSI MK6. Malah respon bawahnya lebih liar daripada TSI MK7.AD74YA wrote: • Mesin EcoBoost L3 ini dinobatkan sebagai mesin L3 dengan NVH terendah, bahkan menyamai NVH mesin 4 silinder non-turbo. Hal ini salah satunya disebabkan oleh desain flywheel dan pulley yang sengaja di posisikan di ujung-ujung berlawanan sehingga tidak balance, lalu di balance dengan offset crankshaft yang meng-counter getaran berlebih yang dihasilkan, setelah itu engineer masih menambahkan 3 damping vibrations, special engine mounting yang bisa meredam getaran, dan timing belt system yang secara konstan dibalur oleh oli mesin untuk mengurangi friksi dan bunyi yang timbul.
Saya bawa ke jalan Arteri untuk membawanya lebih jauh, surprising, 140 km/h dengan mudah diraih. Ini mobil 1000cc, lho? Walaupun setelah itu..... nafasnya udah abis. kurva tenaga di mobil ini agak tricky, sehingga kalo nggak bener – bener paham dan nggak khatam dengan Manual, rasanya DCT merupakan wise choice.
I can hardly understand.... Eco engine, not performance engine yang ngejar top speed dan peak power di hi-rev. Untuk ukuran eco-engine 3 silinder, performanya memuaskan. Nggak menyedihkan seperti Nissan March.
Handlingnya pun superrr, grip ban berlimpah dengan chassis yang one of the best di kelasnya. Walaupun to be honest, karena based on Mazda2 lawas chassisnya, jadi mobil secara keseluruhan kerasa lebih berat. Cuma karena ketolong bobot mesin 3-silindernya, balance mobil jadi lebih baik dibanding Fiesta lama maupun Mazda2 lama. Dan grip bannya betul – betul jauh meninggalkan ban eco di New Mazda2 yang terdengar bodoh....


Performa pengereman secara menyeluruh juga lebih baik daripada New Mazda2. Lebih halus dan tidak ngagetin. Kekedapan dan road noise, juga lebih baik daripada New Mazda2 yang (lagi – lagi) disebabkan oleh ban eco-nya.... shame on you, Mazda.

Dampingnya hmmm... mungkin karena faktor low-profile tyres, jadi kerasa agak firm, tapi nggak terlalu jauh bikin pantat sakit juga.
Steeringnya juga cukup baik, walaupun secara keseluruhan kalah quick dan kurang komunikatif dibandingkan dengan Mazda2.
Tapi kekurangan terbesar Fiesta Ecoboost adalah transmisinya, meskipun diklaim sebagai transmisi DCT, tapi sama sekali nggak terasa DCT. Kita Cuma dapet jerky nya aja waktu stop-and-go. Response nya kurang sigap, kalah sigap dibanding 6-speed SKYACTIV-DRIVE di Mazda2. Saya tau seperti apa respon DSG yang seharusnya karena udah 3x ngerasain mobil dari “bapaknya” DSG, Volkswagen. Dan DCT di Fiesta performanya kurang baik untuk transmisi yang dibilang “dual-clutch”.
Yang jadi masalah adalah waktu kita memakai mobil ini di perkotaan yang macet, kombinasi turbo lag dan jerkiness nya akan sangat menyebalkan.
Overall, a brilliant car, a good performance eco engine, walaupun IMO, there’s something missing.
Mazda2 SKYACTIV R AT

New Mazda2 sebagai pendatang baru dengan pure SKYACTIV DNA, hadir dengan mesin SKYACTIV-G 1.5Liter 115hp @6000RPM dan torsi 148Nm @4000RPM.
Berbeda dengan EcoBoost, untuk menyelamatkan lingkungan Mazda menggunakan motor GDI dengan rasio kompresi tinggi dan modifikasi di piston serta ruang bakar untuk mencegah knocking karena rasio kompresi yang tinggi (13:1). Yang sering di highlight orang ketika ngomong SKYACTIV adalah mesin rasio kompresi tingginya, padahal SKYACTIV merupakan rangkaian teknologi yang saling berkaitan, dari engine, transmission, suspension, chassis, body.
OK, enough with the intermezzo. Masuk ke unit test yang disediakan, adjust posisi duduk, sedikit lebih tinggi dibanding New Jazz tapi memberikan visibilitas yang baik. Start engine dan menderum cukup halus. Lalu saya jalankan mobil keluar parkiran dealer.
Yang saya notice pertama kali adalah setirnya, ya karena EPAS, kerasa ringan waktu saya muter setir pertama kali buat mundurin. Tapi nggak se-lifeless Honda. Ya sedikit lebih berat dari New Jazz lah.
Begitu keluar saya bejek gas dalem – dalem...... lho?
Respon trotelnya agak sedikit terhambat, seperti yang saya rasain pada CX-5 2.0, rasanya di Mazda2 settingannya sama. Tapi begitu udah kenceng, transmisinya seamless, seperti di CX-5 dan Mazda6. Probably the best in class. Untuk stop and go transmisinya halus walaupun respon sedikit terlambat.
Nah, hal berikut ini yang bikin saya bingung. Ketika sales konter berinisial “E” yang merupakan korban madcat bilang
E : “ko, itu ada selektor di gear levernya buat mindah ke mode SPORT”
C : “o ya? SPORT mode?” *dengan penuh excitement langsung tanpa babibu pindahin ke SPORT*
Begitu saya pindah ke SPORT, semua hal positif dari mesinnya keluar. Respon bukaan trotel agresif, mesin meraung dan rev counter naik dengan cepat, perpindahan gigi juga terasa lebih cepat, dan mobil dengan mudah melesat tanpa beban. Seperti unleashing semua potential yang tersembunyi di mode NORMAL.
Tapi yang jadi kekurangan terbesar waktu mode SPORT, transmisinya jadi jerky abis, sentakannya cukup parah, walaupun delay nya nggak separah waktu mode NORMAL. Dan ini yang bikin galau.


Kalo mode NORMAL, kita disuguhi respon pedal gas yang lelet dan super-smooth ala CVT. Sedangkan di mode SPORT, kita disuguhi perpindahan gigi cepat dan sentakan khas DSG. Bingung kan? Ini 6-speed AT single clutch tapi karakternya malah kayak terbagi-bagi.

Dan akhirnya saya milih NORMAL untuk dalem kota. Honestly walaupun memang super-smooth dan saking smoothnya jadi agak lemot, tapi ya nggak se-menyebalkan jerky+turbo lag di Fiesta juga sih.
Selama perjalanan, yang jadi point of interest saya malah sebenernya bukan mesinnya. Tapi handlingnya. Dengan bobot lebih ringan 100kg dari Ford Fiesta EcoBoost, Mazda2 terasa lebih nimble dan lebih lincah di jalan. Fiesta EcoBoost jadi seperti mobil yang terlalu banyak excess bobot berlebih jika dibandingkan Mazda2. Mazda2 terasa jauh lebih ringan, lebih nimble, juga lebih fun. Chassisnya kaku, dan bantingan suspensinya cukup firm sehingga membuat Mazda2 bener – bener menyenangkan untuk dikemudikan, dan steering yang quick semakin membuat nilai fun to drive Mazda2 meningkat. Perbedaan bobot 100kg dari chassis yang lama membuat pengendalian New Mazda2 jauh lebih lincah dibanding sebelumnya.
Pengereman Mazda2 bisa dibilang cukup baik, walaupun jujur saja nggak bisa se-smooth Fiesta, tetep ada efek “kaget”.
Nah, lantas apakah Mazda2 merupakan mobil yang sempurna? Sayangnya ada beberapa hal yang cukup mengganggu.
Pertama dan yang paling saya benci dari New Mazda2 adalah penggunaan ban eco Dunlop ENASAVE dengan profil tebal. Udah bagus – bagus chassis dan supportnya kayak gitu, malah dikasih ban eco ecoan nggak jelas kayak gini. Akibatnya, waktu hard cornering, chassis sebaik itu jadi agak mubazir, ban udah kehilangan grip duluan sebelum chassisnya mencapai batas grip. Dan profilnya tebal, juga bikin gripnya semakin buruk. Mazda2 lama gripnya malah jauh lebih baik dengan ban Bridgestone profil tipis. Ban eco – ecoan nggak masalah kalo mau dikasih ke LMPV atau LCGC, tapi di sebuah hatchback seperti ini, jelas enggak kontekstual.
Yang kedua, dan sekali lagi ban yang jadi tersangka utama, road noise yang buruk. Ketika dibawa jalan di paving, road noise nya benar – benar mengganggu. Jadi kesimpulannya, sediakan extra 5 juta untuk beli ban baru sekelas Bridgestone Turanza.
Yang mengganggu lagi, saya nggak bisa memantau i-STOP udah bekerja apa belum. Akibat dari tachometer digitalnya yang tetep di posisi 800 RPM (idle) waktu berhenti. Yang saya rasain Cuma mobilnya agak bergetar nandain mesinnya mati, tapi honestly saya nggak ngerti itu beneran mati apa nggak. Annoying.

Untuk kenyamanan, New Mazda2 memiliki bantingan yang cukup firm sebagai konsekuensi handlingnya yang luar biasa. Sayangnya terasa keras di jalan nggak rata, tapi lembut ketika lewat polisi tidur. Kualitas dampingnya cukup baik.
Intinya, Mazda2 memang bukan mobil yang sempurna, tapi terbaik di kelasnya? Mungkin.
Conclusion :
Sebenernya saya bingung mau ngasih nilai macem apa. Kalo secara subjektif saya rasa New Mazda2 masih lebih fun dibanding Fiesta Ecoboost. Tapi kembali lagi, kedua mobil ini fun to drive dalam arti yang berbeda. Untuk penikmat torsi besar dan forced induction, Fiesta adalah mobil yang lebih fun dan menarik. Sementara untuk dibawa sruntulan, Mazda2 lebih menjanjikan, asal sekali lagi.... BUY A NEW SET OF TYRES. Jadi kalo dari skala objektivitas, kedua mobil saya kasih nilai sama, walaupun saya sendiri lebih condong ke Mazda2. If it not because the sh*tty tyres.
Score :
Ford Fiesta Ecoboost AT – 2
Mazda2 SKYACTIV R AT – 3
===================================
5. Verdict : Which One Better?
Two most high-tech hatchback on its class, dengan price tag yang juga nggak main – main.
Ford Fiesta Ecoboost dengan harga 270an juta, merupakan pilihan yang cukup sensibel. Mesin 1000cc Ecoboost L3 nya benar – benar revolusi terbaru di dunia engineering. Mesin 3-silinder dengan kehalusan yang luar biasa. Pun dengan konektivitas gadget yang lebih baik untuk para anak muda. Sayangnya Ecoboost terasa kurang lincah, dan agak membosankan karena nggak ada yang spesial di interiornya dibandingin Ecosport maupun Fiesta 1.5, walaupun kesannya futuristik, tapi a bit boring.
Mazda2 R dengan harga 260an juta, sebenarnya merupakan lawan serius bagi Fiesta Ecoboost. sayangnya sekali lagi, beli tipe R itu nanggung, karena banyak hal yang hilang dari tipe GT seperti sensor – sensor, head-up display, dll. Dan sistem MZD Connect yang masih butuh banyak refinement. Plus kekonyolan Mazda masang ban eco ecoan di mobil ini, bikin gripnya kacau balau. Sementara itu kalo kita beli tipe GT, akan kerasa nggak worth karena mahal.
Untuk orang – orang yang hanya sekedar mencari akomodasi, mencari mobil yang diperuntukkan untuk jalan dari point A ke point B, serta nggak peduli dengan handling maupun kelincahan mobil, New Jazz merupakan pilihan terbaik.
Tapi untuk para speedgoers, yang nggak peduli akomodasi sampah, orang yang mengerti mobil dan mengapresiasi engineering, rasanya New Mazda2 dan Fiesta Ecoboost cukup layak dipertimbangkan.
Dan di part 2 ini saya memenangkan New Mazda2 karena secara paket ia lebih menarik dari Fiesta Ecoboost. Nah sekarang masalah trim, kalo kita beli R nanggung, beli GT kemahalan.... dilema lagi deh ujungnya. Yang jelas bukan tipe V, karena sangat trondolan dan murahan.
Will there be part 3? We’ll see.....


=============================================
Thanks for Reading....