Inspiring Story about Honda

Ingin membahas hal-hal umum mengenai mobil dan otomotif, silakan bahas disini...

Moderators: Ryan Steele, sh00t, r12qiSonH4ji, avantgardebronze, akbarfit

TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Inspiring Story about Honda

Post by TomS »

Soichiro Honda Gagal 99 Persen

Amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada kendaraan bermerek Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merek kendaran ini memang selalu menyesaki padatnya lalu lintas. Karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja jalanan.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri kerajaan bisnis Honda --Soichiro Honda -- selalu diliputi kegagalan saat menjalani kehidupannya sejak kecil hingga berbuah lahirnya imperium bisnis mendunia itu. Dia bahkan tidak pernah bisa menyandang gelar insinyur. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

Saat merintis bisnisnya, Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun, ia terus bermimpi dan bermimpi. Dan, impian itu akhirnya terjelma dengan bekal ketekunan dan kerja keras.

''Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya
di sekitar mesin, motor dan sepeda,'' tutur Soichiro, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.

Kecintaannya kepada mesin, jelas diwarisi dari ayahnya yang membuka
bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang
Tengah. Di kawasan inilah dia lahir. Kala sering bermain di bengkel, ayahnya selalu memberi catut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906 ini dapat berdiam diri
berjam-jam. Tak seperti kawan sebayanya kala itu yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain penuh suka cita. Dia memang menunjukan keunikan sejak awal. Seperti misalnya kegiatan nekad yang dipilihnya pada usia 8 tahun, dengan bersepeda sejauh 10 mil. Itu dilakukan hanya karena ingin menyaksikan pesawat terbang.

Bersepada memang menjadi salah satu hobinya kala kanak-kanak. Dan buahnya, ketika 12 tahun, Soichiro Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Sampai saat itu, di benaknya belum muncul impian menjadi usahawan otomotif. Karena dia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya selalu rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke kota, untuk bekerja di Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja di situ, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, Saka Kibara mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya kian membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya tak jarang hingga larut malam, dan terkadang sampai subuh. Yang menarik, walau terus kerja lembur otak jeniusnya tetap kreatif.

Kejeniusannya membuahkan fenomena. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik untuk kepentingan meredam goncangan. Menyadari ini, Soichiro punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia.

Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani patennya yang pertama. Setelah menciptakan ruji. Lalu Honda pun ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Mulai saat itu dia berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan ring piston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada 1938.

Lalu, ditawarkannya karya itu ke sejumlah pabrikan otomotif. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring Piston buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu dan menyesalkan dirinya keluar dari bengkel milik Saka Kibara.

Akibat kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal ring pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin.

Siang hari, setelah pulang kuliah, dia langsung ke bengkel mempraktekkan pengetahuan yang baru diperoleh. Tetapi, setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

''Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan
dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,'' ujar Honda, yang diusia mudanya gandrung balap mobil. Kepada rektornya, ia jelaskan kuliahnya bukan mencari ijazah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Tapi dikeluarkan dari perguruan tinggi bukan akhir segalanya. Berkat kerja kerasnya, desain ring pinston-nya diterima pihak Toyota yang langsung memberikan kontrak. Ini membawa Honda berniat mendirikan pabrik. Impiannya untuk mendirikan pabrik mesinpun serasa kian dekat di pelupuk mata.

Tetapi malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana kepada masyarakat. Bukan Honda kalau menghadapi kegagalan lalu menyerah pasrah. Dia lalu nekad mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Namun lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar, bahkan hingga dua kali kejadian itu menimpanya.

Honda tidak pernah patah semangat. Dia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, untuk digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Penderitaan sepertinya belum akan selesai. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik ring pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang, Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya akibat krisis moneter itu. Padahal dia ingin menjual mobil itu untuk membeli makanan bagi keluarganya.

Dalam keadaan terdesak, ia lalu kembali bermain-main dengan sepeda pancalnya. Karena memang nafasnya selalu berbau rekayasa mesin, dia pun memasang motor kecil pada sepeda itu. Siapa sangka, sepeda motor--cikal bakal lahirnya mobil Honda -- itu diminati oleh para tetangga. Jadilah dia memproduksi sepeda bermotor itu.

Para tetangga dan kerabatnya berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Lalu Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya, menjadi raja jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Semasa hidup Honda selalu menyatakan, jangan dulu melihat keberhasilanya dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. ''Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99 persen kegagalan saya,'' tuturnya. Ia memberikan petuah, ''Ketika Anda mengalami kegagalan, maka segeralah mulai kembali bermimpi. Dan mimpikanlah mimpi baru.''

Jelas kisah Honda ini merupakan contoh, bahwa sukses itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, dan hanya berasal dari keluarga miskin. bid/berbagai sumber
( )


Moral ceritanya, Honda bisa sukses krn pinter, ulet dan hokie. Hal lainnya yg ikut mendukung, adalah sifat bangsanya sendiri yang tidak luar negeri minded (begitu juga dengan orang Korea)
Kalau Honda orang Indonesia, ceritanya akan lain, krn bangsanya sendiri pasti gak mau pakai karyanya dan pasti allergic dengan yang bau-bau komponen lokal :D

Tragis dan ironic
the-mantal
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 526
Joined: Wed Apr 27, 2005 9:47
Location: jakarta

Post by the-mantal »

wahh...... kebetulan nih, cerita di atas mirip kisah saya yang lagi banyak gagal invest sekarang... apa kalau diterusin bisa berhasil kayak honda ya?! :D
Harta Cinta Tahta!!!
Choose yours
TomS
Member of Senior Mechanic
Member of Senior Mechanic
Posts: 296
Joined: Mon Jul 04, 2005 13:55
Location: Shinjuku

Post by TomS »

the-mantal wrote:wahh...... kebetulan nih, cerita di atas mirip kisah saya yang lagi banyak gagal invest sekarang... apa kalau diterusin bisa berhasil kayak honda ya?! :D
Slogan Honda kan "The Power of Dream"
Selama masih nafas kenapa gak dicoba ?

Kalau suatu negara punya industri part yang kuat, untuk terjun langsung ke dunia otomotif tinggal tunggu waktu saja.

Cerita di Cina juga bagus, banyak managernya yang sebelumnya kerja di perusahaan mobil asing, cabut dan bikin merk sendiri setelah dapat ilmunya.
Mereka ngerti komponen ini harus ambil dari supplier mana, komponen yang itu supplier mana yang bisa supply.

Mungkin sekarang produknya masih gak dilihat dengan sebelah mata, tapi siapa yang berani memprediksi bahwa di antara merk2 baru yang bermunculan itu dua puluh tahun lagi semuanya akan mati ???
Apa jangan-jangan bisa juga jadi merk yang diperhitungkan dunia ?
Kuda lari dapat dikejar, nasib orang siapa tahu :D

Akong, Achmad, PT. Cahaya Terang, dan lain-lainnya kalau memang produknya part-nya bagus, tinggal tunggu orang yang menyatukannya saja.

Industri kendaraan roda 2 (motor) yang notabene sudah full local content saja Indonesia tidak punya merk sendiri (apa mungkin Kanzen ???)

Kasus di Cina, mereka bisa bikin merk baru dan jual mobil dengan harga murah dibanding pabrikan asing (krn memang mobil asingnya mahal)
Kalau di sini, jika ada pabrikan asli Indonesia dapatkah mereka melawan economic of scale dari pabrikan yang produksinya ratusan ribu unit ?
Seperti misalnya APV atau Avanza yang harganya berkisar cuma Rp. 100 jutaan ?
Belum lagi masih menghadapi masalah orang-orang yang sok luar negeri minded :D
Saya merasa bahwa mobil Jepang dan Korea itu bisa sampai tahap seperti sekarang karena modal awalnya dukungan dari bangsanya sendiri

Tapi kalau pabrikan asli masih bisa jual Rp. 75 juta masih ada kemungkinan untuk hidup :D
Memang lebih tidak gampang sekarang
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

See ? This guy yang mungkin sejak kecil mamanya terlalu sering kasih dia nonton Tom and Jerry is at it again.

OK ! So what saya sok luar negeri minded ? At least saya dan keluarga akan hidup lebih panjang di mobil JDM yang strongly built dan banyak life protection devicesnya.

Justru orang macam U kita akan lama di suapin Toyota dengan mobil yang jika di jual balik di showroom Jepang, akan di tertawakan dan 1 unit pun tidak akan laku !

Ngak percaya ? Lihat saja. Di Jepang, mobil kecil / murah pun pasti safety featurenya lengkap ! Demikian di Eropa.

Apakah U may bangsa ini terus di hanggap miskin, rakyatnya sangking miskin, kasihan, atau low class, ngak pantas beli mobil sebagus yang di jual di Jepang ?

Kita selera dan jalur pikirnya ngak boleh kalah dengan orang Jepang ! Jika kalah, ya pasti di remehkan !

Lihat orang Thailand ! Toyota mana berani jual ke mereka mobil kosong ? Avanza / Innova yang di export ke situ kenapa beda ama versi kita ? Think abt THAT Tom and Jerry !
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Bung Szli, Anda ini benar2 aneh (maaf jika Anda tidak suka pilihan kata ini). Sepertinya Anda ini ada dua personality. Anda bisa memiliki dua pendapat di dua sisi yang berbeda, dan seiring dengan waktu pendapat Anda juga bisa berubah 180 derajat.

Anda sangat tidak pantas mengatakan bahwa konsumen Indo dianggap second class, apa Anda tidak ingat begitu serunya dulu di thread C24, rekan2 justru yang mengatakan pada Anda bahwa pasar Indo dianggap pasar kelas dua dengan diberi C24 yang sudah outdated? Aku masih ingat sampai2 Mr. Hdrw had to came up with a 'pesta makan' analogy segala.

Ingat bahwa C24 jika dijual balik ke showroom di Jepang, sudah tidak akan laku karena sudah outdated. Lalu mengapa NMI masih ngotot menghabiskan stoknya di sini?
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

OK. Sekarang kita coba lihat scenario 2 contoh :

A : c24. Orang Jepang datang ke Indonesia. Mereka lihat c24. What will they think ? "Oh, Otawa san, ternyata sini ada juga c24. Sekarang di Jepang sudah ganti model. Tapi itu mobil sudah sangat bagus untuk negara berkembang seperti Indonesia. Memang kita dapat c25, tapi featurenya, safetynya etc. ngak beda jauh banget.

B : Innova. Orang Jepangnya penasaran. Wah ! Itu Toyota ! Kok di Jepang tidak ada ? Mereka pasti penasaran, mobil Toyota ini seperti apa ? Kenapa ngak di jual di Jepang ?

So mereka ke showroom Auto 2000. Lihat segalanya. Bisa saja reaksi mereka seperti " Wah ! Otawa san ! Kita di Jepang hoki yah ! Mana ada mobil Toyota di Jepang seperti ini mobil ?

Tidak ada airbag, tidak ada ABS, atau cuman ABS untuk V, mesin 2000 cc kok cuman 130 HP banding mesin Wish / Voxy yang 150 HP ? Tapi ya pantas lah ! kita orang Jepang kan fanatik mutu. Mungkin orang sini maunya asal murah, meskipun cuman 10-20 juta saja bedanya.

Atau takutnya ngak seribet ini. Gayanya ikut orang Inggris Top Gear " So this is yr Kijang ? "

So Mr. Conan, kalau saya, mending hadapi tamu dari Jepang pakai c24, banding Innova. At least mereka ngerti c24 itu pernah laku keras di Jepang. Innova ? Tell me what the Japs from Tokyo will really think. Will they be angry with Toyota for not selling the Innova in Japan ?

U tell me.

Atau gini deh. Mau pesta makan. OK. Misalnya Indofood / Wings keluar instant noodle baru. Namanya Mie Supersedaaap ! Enak banget, tapi ngak beda jauh banget ama Mie Sepaaap sekarang.

Terus kita ke Malaysia / Singapura, kita terus ketemu Mie Sedaaap di situ. Apa yang kita pikir. Oh ternyata di situ ada juga. Mungkin yang Supersedaaap akan nyusul nanti.

Tapi kalau kita ketemu mie keluaran Indofood di situ yang tidak ada di Jakarta, kita pasti kaget, kok ngak ada di Jakarta malah muncul di luar negeri ?

Terus coba. Eh, kok bumbunya lebih dikit ? Rasanya mild banget ! Apa yang kita pikir ? Wow ! Beruntung kita di Jakarta. Orang Malaysia / singapura di sajikan mie baru, tapi kok seperti gitu ?

Nah, which will U choose ?
conan
Member of Mechanic Engineer
Member of Mechanic Engineer
Posts: 2961
Joined: Tue Jul 13, 2004 17:34

Post by conan »

Bung Szli, bagiku sih sama saja. Bukankah hanya ada satu kesamaan antara C24 dan Innova, yaitu bahwa sekarang mereka tidak ada dijual di Jepang. Yang satu karena sudah outdated, released from 1999, sudah berganti generasi, sudah tidak lagi memenuhi standar dan selera pasar Jepang sekarang. Yang satu lagi memang dari awalnya tidak memenuhi standar dan selera pasar disana.

Lalu, aku bertanya pada Anda, bukankah NMI juga akan segera mengikuti jejak TAM, dengan membuat model lokal AUV di sini? 100% pasti, AUV ini tidak akan diekspor ke Jepang untuk dijual di sana! Bisa2 disana merusak nama Nissan yang baru pulih!

Jadi apa bedanya AUV dengan IMV, dan NMI dengan TAM, dan Nissan dengan Toyota? Semuanya mau memerah uang konsumen2 Asean dengan model murah. Semuanya menganggap kita pasar kelas dua atau bahkan kelas tiga.

Orang Jepang sekarang bisa beli C25 : pasar kelas satu.
Kita baru bisa beli C24 di sini : pasar kelas dua. At least C24 pernah dijual di Jepang.
Tahun depan kita disuguhi AUV : pasar kelas tiga! Seperti Innova, tidak akan pernah ada AUV di Jepang!
szli wrote:Nah, which will U choose ?
Batalkan AUV, dan mulai perakitan C25, Lafesta, Presage dan Note. Perlakukan kami seperti pasar kelas satu dong!

But that's never going to happen. Dan akan ada versi AUV 'pahe', yang tanpa airbag dan ABS. SIGH!

:(
szli
New Member of Mechanic Engineer
New Member of Mechanic Engineer
Posts: 917
Joined: Mon Jun 07, 2004 2:38

Post by szli »

" Bu Cai Hu Tian Cang Di Jiu. Zi Cai Hu Chen Jing Yong You "

Artinya no matter what, c24 pernah di jual di Jepang, artinya its good enough for Japanese customers.

Toh nanti c25 juga datang. Better late than never.

As for the AUV, again Mr. Conan, ingat kata ini dari film iron eagle " Don't criticize the cuisine before its served ".

Anda kan mungkin pikir, mana mungkin mobil murah bisa selengkap mobil mahal.

Nah, jangan lupa, Ghosn and his team terkenal " Le Cost Killer ".

My guess is the top end of the AUV will have ABS/EBD/BA + 2 airbags for a bit more than the Innova.

Anyway, look on the bright side. Even if the AUV sucks, AT LEAST we have alternative menu selection of JDM models to choose from. Ngak cuma model AUV saja.

Paling penting, GIVE US THE OPTION ! Kalau TAM, they give us far less options. CBU ? Yah ! Mau beli RAV 400+ juta. Previa 400+ juta. Wah ! Mending tambah dikit ambil Alphard dong !

Anyway I have decided. Toh c24 saya sudah kena cipratan cat, sudah.... ya long story deh. Ngak se-sempurna dulu. Sudah ngak sesayang dia lagi seperti dulu.

If the AUV is below my expectations, I WILL change to the c25 in a few years time. Ngak bisa dapat Elgrand, c25 is a damn near Elgrand in terms of minivan cleverness.

Cuman, yaitu, ngak berani lagi bawa ke kantor. Takut kena cat lagi. If only my office cark park is a safe one !
WP
Full Member of Mechanic Engineer
Full Member of Mechanic Engineer
Posts: 4612
Joined: Wed Sep 15, 2004 13:33
Location: jauh di mata, dekat di hati

Post by WP »

Cerita tentang Soichiro Honda, juga bisa dibaca di komik biografi Soichiro Honda, yg di terbitkan Honda Prospect Motor. Tapi, kayanya komik ini ga dijual bebas. Saya cuma bisa pinjam punya perpus SMA saya dulu. But, komiknya bagus sekali, inspire anak2 dan remaja untuk bekerja keras buat meraih impian, sesuai kehidupan Soichiro Honda. Karena dia berhasil membuktikan: THE POWER OF DREAMS
Objects In The Rear View Mirror Are Closer Than They Appear
User avatar
adisantosa
Full Member of Senior Mechanic
Full Member of Senior Mechanic
Posts: 497
Joined: Tue Nov 30, 2004 19:38
Location: surabaya

Post by adisantosa »

:e-clap: :e-clap: :e-clap: :e-clap: :e-clap: :e-clap: :e-clap: :e-clap: