Disclaimer:
Sebagai informasi, thread ini adalah lanjutan dari thread saya sebelumnya di suggestion corner, viewtopic.php?t=32989, dimana pembelian dilakukan berdasarkan kebutuhan mobil khusus luar kota akibat berpulangnya innivi disil mitik saya. Sebagai akibatnya, tentu tidak bisa dihindari bahwa salah satu perbandingan utamanya akan ke ipah, terutama 2GD trim G seperti mobil saya sebelumnya selain mobil2 lain yang pernah hadir di keluarga saya, dan juga mobil-mobil lain di jaman sekarang direntang harga dibawah 450 juta.
Impression:
The pros (so far):
- Sudah cukup mevvah dan kekinian - terutama karena sudah dilengkapi keyless entry, leather seat bawaan pabrik, power back door dan electric seat 8 arah, termasuk lumbar support - meski electric seat ini juga menjadi kekurangan yang akan dibahas terpisah.
- Ergonomi jempolan - dengan pengaturan seat 8 arah plus lumbar support, dan jarak main telescopic steering yang cukup jauh, membuat pencarian posisi yang sesuai menjadi sangat fleksible. Bye sakit punggung yang selama ini dirasakan ketika nyetir lama di ipah (karena telescopic steering yang jarak main nya antara ada dan tiada, dan absennya lumbar support) .
- Parking brake by muscle, kebetulan saya belum cukup percaya dengan EPB apalagi untuk keperluan emergency, jadi ini poin plus subjektif untuk saya. Tetapi posisi parking brakenya yang unik juga menjadi kekurangan yang akan dibahas terpisah.
- Tambahan daylight opening di atap - meskipun saya bukan fans sunroof (no way saya akan buka ini dengan kondisi udara di Surabaya), tapi saya suka suasana terang dan sangat appreciate adanya sumber cahaya natural tambahan dari atas. Somehow ini merupakan fitur yang juga disukai para pembeli mobil di konoha
- Lampu HID xenon projector OEM yang sudah (dan masih) cukup terang untuk selera saya. Tidak perlu lagi modif lampu seperti di ipah sejauh ini, mungkin akan agak galau ketika output mulai drop, apakah masih akan ketemu bohlam HID/LED yang cocok atau malah harus ganti LED projector.
- Big displacement gasoline NA - pepatah no replacement for displacement berlaku disini. Secara karakter mesin ini juga cukup rev happy, meskipun VTEC di K24Z ini hanyalah versi eco orientednya . Poin plus lain di aspek ini adalah mesin NA yang bebas turbo lag. Bagi tipikal cruiser seperti saya, power selalu cukup dan sudah nampol sejak bawah, cukup “capable” untuk menggantikan 2GD selap selip di tol dan melibas rute pegunungan. Meskipun tentu torsi 220nm di RPM lebih tinggi jelas tidak comparable dengan sedapnya torsi 360nm di RPM rendah milik 2GD, mobil sudah sempat dicoba di tol Surabaya-Malang dan jalur pegunungan termasuk beberapa tanjakan yang cukup ekstrim dengan selamat sentosa.
- Handling yang menyenangkan . Akhirnya saya memahami kenapa beberapa teman-teman saya maniak Ahond, kebetulan ini memang Ahond pertama saya. Dengan kondisi mobil yang pure vanilla handlingnya cukup ok dan menggugah, mungkin tidak comparable dengan beberapa mobil lain yang pernah saya kemudikan - terutama sedan dengan tendency sporty (eterna, galant, F30), tetapi cukup ok. Kalau dibandingkan dengan ipah yang suspensinya tidak jelas benar2 merupakan sebuah upgrade yang patut disyukuri.
- Pertamax (dan harusnya pertalite) friendly . Penting di masa-masa penuh ketidakpastian ini. Meskipun kebetulan memang belum pernah (dan sebisa mungkin tidak) mencoba pertalite, cuma setidaknya ada peace of mind kalau benar-benar kepepet.
EURO 4?, meskipun fuel di indonesia belum sepenuhnya comply dengan standar ini CMIIW, setidaknya artinya akan “road worthy” untuk jangka waktu yang cukup panjang
- Parts Price & Availability di Beres dan toko pihak ketiga - sejauh ini masih di taraf sesuai ekspektasi. Tetap ada inden yang cukup lama di beres untuk lock jok belakang yang udah kaput, tapi masih cukup wajar.
- Absen nya rear parking sensor dari pabrik. Lumayan butuh pembiasaan, terutama dengan layar kamera mundurnya yang kecil. Sebenarnya bisa ditambahkan tetapi saya anti melubangi body, jadi ya diterima saja.
- Posisi “tuas” (pedal) parking brake di kaki yang masih awkward, mungkin belum terbiasa saja.
- Noise & harshness yang buruk dengan ban dunlop sp sportmaxx berusia 8 tahun yang menempel di mobil ini pada saat pembelian. Dry grip nya memang masih cukup superb, hanya berisik dan kerasnya parah benar. Akhirnya digantikan dengan LM705 yang sudah beberapa kali dipakai di mobil2 sebelumnya dan sangat proven soal comfort dan seketika kenyamanan meningkat jauh, meskipun response handling memang agak sedikit berkurang karena ban yang lebih empuk. Kurangnya peredaman sebenarnya juga berkontribusi untuk hal ini, karena penggantian ban sukses meningkatkan keheningan kabin dengan signifikan.
- The bling bling factor…. Memang ahond jaman ini banyak banget parts chrome nya… . Done black chrome untuk hampir seluruh panel chrome di mobil dengan pengecualian emblem-emblem di belakang.
- Built quality yang somehow tidak mencerminkan harga barunya - no no bukan soal bahan dan ketebalan material, ini memang agak kurang untuk harga barunya tapi untuk harga seken no problem sekali. Yang bermasalah di sini adalah gap2 panel yang dipikir2 lagi besar juga, ditambah suara tutup pintu juga agak galau, somewhere antara blep berwibawa dan klang kaleng - mungkin kedepan akan coba pasang karet bantalan tambahan kalau sempat. But hey, ini masih lebih baik daripada beberapa mobil baru yg harganya udah setengah miliar hari ni, dan beberapa mobil2 LXXX di luar sana, jadi dengan harga yang sudah terdepresiasi sedemikian jauh harusnya masih acceptable.
- The aging design - kebetulan saya suka sekali desain minimalis ahond-ahond generasi terbaru, termasuk CRV RS, sayangnya price list nya belum masuk ke meteran dompet saya . Desain RM sebenarnya tidak buruk-buruk amat, hanya memang terlihat aging, terutama cluster lampu belakangnya. Namun designnya tidak sampai membuat mobil ini terlihat aneh dan pantas dipandang sebelah mata, disandingkan di sebelah mobil2 LXXX keluaran baru (yang kadang desainnya aneh) pun masih terlihat ok. Bahkan di wilayah2 upclass Surabaya masih cukup banyak juga yang pakai tipe ini atau bahkan tipe sebelumnya (RE).
- The aging parts - suka tidak suka 8 tahun adalah watu yang cukup lama, dan meskipun km rendah, tentu komponen-komponen karet seperti beberapa oil seal sudah menjadi korban (mulai gejala rembes). Hal ini cukup wajar dan sudah diselesaikan seluruhnya di beres (yang cukup mengesankan untuk availabiltynya ). Beberapa bushing juga diinfokan perlu diganti meskipun belum ada gejala apapun, next (pending) akan diganti dengan PU ketika sudah terasa.
- The electric seat….. Entah kenapa saya lebih suka feel dan response time mechanical adjustment, apalagi jika akan dipakai lebih dari satu orang dengan tinggi badan berbeda, akan lama adjustment tiap kali berganti pengemudi karena belum dilengkapi memory seat.
- Oli eh-prok gold 0w20 bawaan beres yang ampun dah. Memang ganti oli ini hanya untuk flushing dan kuras oli lama yang sedikit telat diganti oleh pemilik sebelumya. Setelah dipakai keluar kota dan test pegunungan sekitar 700km, warnanya sudah cukup hitam dengan aroma yang agak mengkhawatirkan. Langsung diganti dengan fastron gold untuk bebersih tahap dua. Next rencana settle dengan oli yang lebih bagus lagi di 3-4000km kemudian.
- Secara prestige mungkin auranya sudah mengarah ke mobil tua (terutama untuk mereka yang aware dengan dunia otomotif), terutama karena per bulan september kemarin CRV RS launching dan mengakibatkan RM resmi ketinggalan 2 generasi. Ada tendensi membuat saya terlihat seperti om2 (denial) .
- Pajaknya masih lebih mahal daripada 2GD trim G saya…. Cukup bisa diterima nalar karena harga barunyapun like 35% lebih mahal dari ipah
- Adequate passive safety features. 6 airbags, ABS, BA, VSC, dsb masih jauh lebih baik dari opsi mobil baru di rentang harga yang sama .
- No Active safety - buat saya tidak jadi dealbreaker, kebetulan memang belum terbiasa dengan mobil yang menggunakan active safety. Paling jauh cuma menggunakan dashcam ber ADAS, dan itupun lebih sering saya matikan ADAS nya karena menurut saya agak mengganggu dikondisi dalam kota - hanya saya aktifkan ketika akan masuk ke tol.
- Fuel consumption - pastinya tidak bisa seirit mesin diesel, tetapi cukup acceptable untuk saya. Somehow tidak terlalu jauh berbeda dengan mesin 1500cc bertransimisi CVT untuk rute kemacetan dalam kota - kalau rute luar kota memang jelas kalah, tapi ketidak iritannya cukup sebanding dengan power yang didapat. Cruise control cukup membantu untuk memungkinkan mencapai level keiritan yang lebih ok.
- Entertainment system yang sangat outdated, biasa saja suaranya dan well… aneh . Saya sungguh tidak terbiasa dengan head unit bawaan mobil ini, fitur yang saya bisa gunakan practically hanya radio dan bluetooh ke hp. Meskipun unit yang saya beli ini sudah dilengkapi dengan audio dari fender, menurut saya suaranya cenderung biasa saja. Saya masih belum tahu bagaimana caranya mengkonekkan headunit ini ke USB drive, tetapi ya sudahlah, head unit ini dilepas dan disimpan dulu karena digantikan head unit aftermarket.
- Klakson, sungguh menyedihkan suaranya - ada apa dengan trend mobil2 besar dengan klakson imut-imut akhir-akhir ini? Diganti dengan hella black twin tone
- Ngobrol2 dengan teman-teman bengkel, konon katanya K24 agak rewel - well mungkin dibanding atoyot memang iya, tp sejauh ini belum menemukan kendala berarti, dan kalaupun VTC actuatornya kaput mungkin bakal sekalian jadi project car dengan doping VTEC nya jadi “VTEC beneran” .
- Ganti head unit - diganti dengan head unit android ex ipah sebelumnya yang masih sempat di salvage. Improve sound quality cukup lumayan dengan built in DSP nya, dan yang terpenting bisa carplay yang sudah menjadi kebutuhan primer untuk rute luar kota
- Pasang dashcam - sepertinya sudah jadi kebutuhan primer juga di masa kini, dan memang sudah terbiasa pasang dashcam sejak tahun 2015 lalu (pakai action cam sebelum dashcam ngetrend seperti sekarang).
- Flintcote based rustproofing - lumayan membantu juga meningkatkan kekedapan kabin
- Mobil ini mungkin bukan pilihan paling value for money pada saat baru dulu, tetapi ketika harganya sudah berkurang jauh seperti sekarang menjadi sebuah pilihan yang mulai masuk akal. Pengecualian mungkin untuk mereka yang tidak mementingkan power dan mengutamakan fuel consumption.
- Dibanding LXXX 3 seater baru jaman sekarang, rasanya mobil ini adalah pilihan yang lebih make sense untuk fungsi yang saya butuhkan (kemampuan jelajah, kenyamanan, price to function ratio) dan sejauh ini tidak menyesal mengadopsi mobil ini.
- Untuk sisi relevansi, untuk standard 2023, amenities yang tersedia sudah cukup memadai dan masih lebih baik dari LXXX cars yang tersedia di konoha, misalnya AC climate control dengan dual zone, 6 airbags, sunroof? (apakah ini sebuah kebutuhan di negara tropis ini? ), dsb. Dibandingkan dengan kebutuhan jaman sekarang, selama tidak terlalu memusingkan fitur-fitur non gimmick, rasanya mobil ini masih sangat adequate, relevan dan layak dipertimbangkan dengan penambahan beberapa optional parts sesuai kebutuhan. Di kasus saya misalnya dashcam ber fitur ADAS - sure it is not active safety, tapi selama skill menyetir masih memadai harusnya tidak butuh-butuh amat.
Before treatment:
After: